Our Life

Sunday, September 09, 2012

Majelis Taklim di Bangkok

Gak menyangka di negara non muslim ini justru saya mudah menemukan komunitas muslimah yang mengenakan cadar ketimbang sewaktu saya berada di Indonesia,derah tempat tinggal orgtuaku...mertuaku...juga rumah kami sendiri...
(Sebenarnya di Indonesia juga sdh banyak muslimah yang menjalankan sunnah cuma saya belum ketemu aja ya...)

Kakak berkata, eyang uti cerita bahwa pernah ada muslimah pakai cadar ngontrak rumah di daerah perumahan eyang tetapi cuma sebentar, ia sudah pindah karena anak-anak kecil takut padanya...
"Eyang uti kan gak suka ibu pake cadar," kata kakak lagi.
"Gak apa-apa...yang penting ibu suka sama eyang uti...ibu sayang dan insyaAllah akan berbakti ke eyang uti semampu ibu..."
Kak Mariam selalu mengundang saya untuk menghadari majelis taklim yang rutin diadakan bersama istri kun Abdurrahman, Yasmin, kak Maryam sendiri, seorang wanita bercadar yang menjadi guru di TK depan mesjid Jawa dan kali ini ada dua muslimah lain yang hadir...satu tdk mengenakan cadar dan yang satu lagi mengenakan cadar, namanya Aisha. MasyaAllah dia juga seperti Yasmin, istri kun Abdurrahman dan Asma, Aisha juga hijrah dari agamanya yang dulu, Budha.
Walaupun taklim menggunakan bahasa Thailand tapi tidak mengapa saya hadir karena hadits di bawah ini:

Tidaklah suatu kaum berkumpul di satu rumah Allâh,
mereka membacakan kitabullâh dan mempelajarinya,
kecuali turun kepada mereka ketenangan, dan rahmat menyelimuti mereka,
para malaikat mengelilingi mereka
dan Allâh memuji mereka di hadapan makhluk yang ada didekatnya.
Barangsiapa yang kurang amalannya, maka nasabnya tidak mengangkatnya.

Belakangan barulah suami memberitahu bahwa mereka kelompok jama'ah dakwah tablik. Suami-suami mereka biasa meninggalkan mereka untuk dakwah. Kadang-kadang istri mereka diajak juga...mereka berdakwah pindah2 dari satu daerah ke daerah llain bahkan negara ke negara lain. Kak Mariam dan kawan-kawannya membaca buku hadits fadhail amal...saya mendengarkan meski tdk paham bahasa Thai tapi sedikit2 paham bahasa arab dari hadits-hadits yang saya pernah baca atau dengar.

Walaupun semenjak kami tinggal di Saudi...kami mengenal dakwah ahlus sunnah wal jama'ah tapi kami tidak anti pada kelompok Islam yang lain... kami bermuamalah sesuai tuntunan Rasulullah saw. Nikmat Allah mana lagi yang kami dustakan...kami dipertemukan dengan saudara saudari seiman yang baik-baik di sini...

Muslimin di kampung Jawa ini beragam...muslim Thai keturunan Jawa, muslim Thai yang berasal dari South Thailand atau muslim Thai yg sebelumnya agama Budha, muslim Pakistan, orang Bangladesh diantaranya finance Manager dan Math Teacher di sekolah anak-anak...Mereka juga tinggal di Kampung Jawa, mendekatkan Mesjid. Sekarang ditambah muslim dari Indonesia...Indahnya ukhuwah Islamiyah....

Chao Praya River

Sabtu kemaren ibu menemani kakak ke Central World Siam. Kakak ingin beli buku di Asia Book. Oke lah...Ibu belikan buku yg kakak mau supaya kakak bersyukur pada Allah ya nak...

Sepulang dari Siam...by BTS...di bawah stasiun kami bertemu ayah dan adek...
Kata ayah, mereka mau jalan-jalan ke Sathorn pier tempat naik boat kalau mau menyusuri sungai Chao Praya. Kata orang mesjid, gak jauh dari sini hanya satu stasiun setelah stasiun BTS Surasak. Persisnya Sathorn pier ini di bawah stasiun BTS Sapha Taksin...

Akhirnya kami naik tuktuk ke sana...
Waah...senangnya...iya, daerah tempat tinggal kami strategis...
Byk pilihan transportasi, bisa naik bis, taxi dll, train dan juga boat.
Ada free shuttle boat menuju ke Asiatique tempat wisata sekaligus belanja yg letaknya di pinggir sungai, kayak riverside point di Singapore.
Gak jauh dari Sathorn pier ada pusat belanja Robinson...di samping Robinson ada Mesjid juga...Agak jauhan lagi di soi Charoen Krung 42 ada Mesjid Haroon. Selain itu di daerah tempat kami dekat Silom Road, daerah turis menginap dan jalan-jalan. Ada pasar kaget disamping mall yg menjual batu2 perhiasan di Silom.
Ayah ingin ajak ibu dan kalian naik boat tapi karena sebentar lagi adzan maghrib, ayah ingin pulang dan berjanji insyaAllah lain kali akan ajak kita naik boat.



Thursday, September 06, 2012

Suara-Suara Pengingat Kepada Allah

Ibu putuskan kalian ke sekolah dengan van sekolah saja.
Ayah ingin kalian naik kendaraan umum saja supaya kalian menjadi anak yang berani, mandiri.
Ibu mungkin terlalu penakut tapi ini kota, jalan raya...kalau pagi sulit mendapatkan taxi atau tuktuk kosong. Selain itu jalanan macet daripada ibu kepikiran, ibu pikir lebih aman naik van saja.Alhamdulillah van monitor nya juga orang Kampung Jawa, supirnya juga muslim...dia tinggal dekat mesjid Haroon di Charoen Krung.

Waktu ibu membuka pintu van antar jemput sekolah anak-anak.
Alhamdulillah terdengar lantunan murotal Qur'an dari speaker mobil
Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah pada kalian, kakak dan adik...
Ba'da subuh adik juga mendengarkan murotal surat An Naba.
InsyaAllah nanti malam kita belajar iqro lagi ya nak...
Kakak, semoga dengan ikut tahfidz Qur'an di sekolah kakak bertambah pintar sekaligus cinta Al Qur'an...amiin.
Di rumah juga terdengar jelas suara adzan di mesjid bahkan suara anak-anak mengaji ba'da maghrib di sana. Terkadang pengumuman berita duka.
Subhanallah...suara suara itu pengingat Kepada Allah.

Saya berusaha memenuhi janji pada Asma.
Saya tadi pijat di rumahnya lagi...kali ini foot massage aja...
Sambil cerita-cerita sama Asma
Allahu Akbar dulu dia beragama budha, masuk Islam karena pernikahan.
Sama seperti Yasmin dan istri kun Abdurrahman (pemilik ruko).
Asma bercerita, dulu di kerja sebagai marketing toko perhiasan/permata tapi karena dia ingin pakai hijab dan kalau kerja gak bisa pakai hijab akhirnya dia resign.
Saya tanya, apakah dia menyesal setelah resign?
Dia bilang tidak bahkan happy...
Dia beli rumah di charoen rat ini karena ingin dekat dengan mesjid juga.
Supaya anaknya bisa mengaji di mesjid.
Sekarang dia buka tempat massage (thai massage), jualan roti dan terima pesanan cake.
Sekaligus bisa mengurus anak dan orangtuanya di rumah (orangtuanya masih beragama budha) karena dia anak satu-satunya. Suaminya tidak bekerja, hanya membantu bisnisnya dan dakwah, subhanallah.
Saya tersentuh mendengar cerita Asma. Barakallahu fiik, yaa ukhti.


Tuesday, September 04, 2012

Pemilik Rumah Yg Baik...MasyaAllah...

Sama seperti kun Layla...adik pemilik sara apartement yang mengurus apartement adiknya itu...kak Walida juga baik pada saya..dia minjamin perabotannya ke saya...gelas, blender, toaster...duh, belum ninggalin pavilion ini saya udah merasa gak enak hati. Saya dan anak-anak sudah suka pavilion ini tapi suami merasa bersalah karena deal dengan orang lain setelah deal akan menyewa ruko Abdurrahman. Waktu itu kami terdesak karena sudah tidak nyaman, dicaci maki bule dan pacarnya, wanita Thailand yg tinggal di kamar lantai bawah kami. Sebenarnya saya kurang sreg dengan ruko Abdurrahman waktu suami saya mengajak ke sana, saya setuju aja karena taat suami, saya tahu perasaan kakak...dia juga kurang suka jika lihat....(waktu kita lewati ruko itu sepulang sekolah, dia bilang "gak mau, ah!"). Tapi kita di sini ikut ayah, nak...kita turuti kemauan ayah saja. InsyaAllah akan ada ganti yang lebih baik dari Allah buat kita. Bisa jadi nenek gaek tinggal sama kita sebulan insyaAllah...kakak pasti senang kan...Ayah ingin menjadi orang yang amanah, tidak mau memungkiri janji. Kalau minggu lalu kita langsung pindah ke ruko Abdurrahman emang gak mungkin...Abdurrahman sedang dakwah dan kondisi ruko itu masih berantakan, penuh dengan barang-barangnya seperti gudang...kita sewa kosong jadi kita harus beli tempat tidur, meja belajar dan AC paling tidak karena itu yg penting.Ibu langsung sewa pavilion kak Walida ini demi kenyamanan kalian. Maafkan ibu jika ibu tidak bisa berbuat apa-apa lagi...selain sabar...sabar menghadapi ayah dan sabar menghadapi kalian. Ibu yakin kesabaran ini akan ada hikmahnya, amiin.



Sunday, September 02, 2012

Rumah Baru & Teman Baru



Alhamdulillah...
Ternyata ada beberapa muslimah yang berhijab syar'i di Kampung Jawa ini. Mereka memakai cadar seperti aku, masyaAllah laa hawla wa laa quwwata illah billah.
Yang tertua namanya Mariam,istrinya khun Syarif.

Mariam yang membawa kami ke rumah cucu dari KH Ahmad Dahlan yang tinggal selang satu rumah dari belakang mesjid Jawa.
Cucu KH Ahmad Dahlan ini bernama Walida...sama seperti nama istri KH Ahmad Dahlan. Ayah Walida bernama Irfan Dahlan. Walida single parent, dia tinggal dengan Ella, anak perempuan satu-satunya yang masih kuliah di sastra Inggris di universitas Chulangkorn.
Walida dan Ella yang menempati dan merawat rumah keluarga besarnya...

Di belakang rumahnya terdapat pavilion.
Hanya satu ruangan utk ruang tamu sekaligus ruang makan. Sebagian dari ruangan ini aku jadikan kamar tidur yang hanya disekat tirai dengan ruang tamu. Lalu di belakangnya ada kamar mandi dan dapur. Di loteng dibuat kamar tidur...anak-anak senang sekali karena mereka sudah lama ingin punya kamar di atic. Bangunannya terbuat dari kayu dan bergaya antik.

Tapi di sini pun hanya sementara.
Menurut suami, lebih baik kita pindah ke ruko milik Abdurrahman karena lebih besar. Jika nenek dan gaek anak-anak datang insyaAllah ada tempat buat mereka. Abdurrahman ini kawan baik suami Mariam  juga. Ayah bisa shalat berjama'ah di Mesjid Jawa dgn mereka.

Aku menyayangi pee (kak) Mariam karena Allah Ta'ala.
Uhibbuki fillah yaa ukhti Mariam...
Aku menemukan dua orang kakak di Bangkok ini..pee Mariam dan kak Walida.
Senangnya tinggal di pavilion milik keluarga besar almarhum Irfan Dahlan, anak-anak mulai tertawa...senang...apalagi Walida sering mengirim kue...
Pee Mariam mengenalkan aku pada Yasmin, wannita Thai bercadar juga. Allahu Akbar dia muslimah baru 6th sedangkan suaminya baru memeluk Islam sejak 8th lalu, sebelumnyamereka beragama Budha. Senangnya saya punya teman baru yang bercadar juga...jadi saya bukanlah makhluk asing satu-satunya di Bangkok...

Semoga anak-anak juga segera punya teman dekat biar mereka betah...

Satu lagi yang membuat aku terharu..
Ada seorang muslim yang tinggal di mesjid jawa (entahlah siapa dia..penjaga mesjid atau apa) sudah beberapa kali dia menghantarkan makanan buat anak-anak. Dia sayang sama adek yang hampir selalu shalat bersama ayah di mesjid...Alhamdulillah, semoga Allah membalas kebaikan yg lebih baik dan banyak buat dia...amiin.

Penjual makanan di sekitar sini muslimin jadi makanannya halal.
kakak suka beli makanan pada seorang nenek yg tinggal dekat mesjid.
Katanya, nenek itu ramah...suka tersenyum dan kalau kita beli, selalu bilang alhamdulillah, jazakallah...
Memang, masih banyak muslimah yang tidak berhijab. Mirip dengan muslimah di Indonesia.
Semoga Allah memberi taufik dan hidayahNya pada kita semua, akhwat fillah....amiin.

Kakek Pendiri Muhammadiyah, Cucu Pendiri Riset Halal

Photo Teras Belakang Rumah Tua Kelg Putra, Menantu dan Cucu2 KH Ahmad Dahlan di Bangkok


Di tengah sulitnya mencari makanan yang tidak mengandung babi di Bangkok, ternyata di ibu kota Thailand terdapat pusat riset makanan halal yang diklaim sebagai yang pertama dan terbesar di dunia. Yang menarik, pusat riset itu didirikan Winai Dahlan, cucu pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan.
SELAIN menyaksikan langsung dinamika konflik di Thailand Selatan dengan mengunjungi Pattani, Yala, dan Narathiwat, Jawa Pos berkesempatan mengenal tokoh-tokoh intelektual muslim di Negeri Gajah Putih itu. Salah satu yang mengundang penasaran adalah saat diperkenalkan takmir Masjid Akbar Yala dengan keluarga Ahmad Dahlan, tokoh pembaru Islam asal Jogjakarta yang mendirikan Muhammadiyah, salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia.
Dalam acara silaturahmi yang diadakan takmir Masjid Yala pada Senin (24/3) sore itu, hadir puluhan undangan, mulai pengusaha, nelayan, dokter, hingga guru sekolah di sana. Namun, saat Ketua Takmir Masjid Yala Mokhtar Hadi menyebut nama Phaisal Dahlan, dosen Yala University, Jawa Pos langsung tertarik. Sebab, Mokhtar menyebut Phaisal berasal dari keluarga tokoh muslim terpandang di Indonesia, KH Ahmad Dahlan.
Usai acara, Jawa Pos langsung mendekat dan memperkenalkan diri kepada Phaisal yang murah senyum itu. Phaisal ternyata tidak bisa berbahasa Melayu. Dia hanya menguasai bahasa Siam dan Inggris. Karena itu, perbincangan sambil makan malam pun terjadi. Yang langsung ditanyakan Jawa Pos adalah bagaimana keturunan KH Ahmad Dahlan bisa bermukim di Thailand.
Menurut Phaisal, ayahnya, almarhum Irfan Dahlan -anak keempat KH Ahmad Dahlan- dikirim belajar ke luar negeri sejak muda. Sepulang dari belajar di Lahore, Pakistan, sekitar 1940-an, Irfan tidak dapat masuk ke Indonesia karena situasi politik yang tidak memungkinkan. Sebab, saat itu Lautan Hindia menjadi medan tempur Perang Dunia II antara sekutu dan Jepang.
“Maka, bapak kami (Irfan Dahlan, Red) memutuskan untuk tinggal di Thailand, membangun keluarga di sana, dan dikarunia sepuluh anak,” kata Phaisal.
Irfan adalah anak KH Ahmad Dahlan dengan Siti Walidah yang dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri pergerakan Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH Ahmad Dahlan mempunyai enam orang anak. Yaitu, Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, dan Siti Zaharah.
Meski tidak bermukim di tanah air, Irfan Dahlan aktif mengembangkan dakwah dan selalu mendorong anak-anaknya tetap memberikan kontribusi positif bagi dunia Islam.
“Jadi, tidak masalah di Thailand atau Indonesia, kita bisa memberikan apa yang kita mampu bagi dunia muslim,” ujar Phaisal, mengutip pesan mendiang ayahnya. Kini seluruh keturunan keluarga Irfan Dahlan sudah menjadi warga negara Thailand.
Phaisal juga merekomendasikan agar Jawa Pos menjumpai kakaknya, Winai Dahlan, yang mengepalai The Halal Science Center di Chulalongkorn University, Bangkok. Perjanjian lewat telepon pun dibuat saat itu juga. Namun, sayang, saat dihubungi, Winai mengatakan akan berangkat ke Paris, Prancis. Dia mendapat tugas dari pemerintah menghadiri konferensi tentang makanan halal dan baru balik ke Bangkok awal April.
Dengan ramah, Winai meminta Jawa Pos tidak kecewa dan menyarankan agar mengirimkan daftar pertanyaan tentang Halal Center ke email-nya. “Saya akan menjawab pertanyaan Anda semampu saya dari Paris,” ujarnya.
Winai juga mempersilakan datang ke Laboratorium Halal Science Center di Chulalongkorn University, Bangkok. “Saya akan meminta kepala laboratorium di sana untuk mewakili saya mengantar Anda melihat fasilitas dan menjelaskan semua hal tentang Halal Center,” tambahnya.
Kunjungan itu pun akhirnya terjadi pada Kamis (27/3) siang lalu, sekitar pukul 11.30. Jawa Pos langsung disambut hangat oleh Sirichai Adisakwattana, kepala Laboratorium Halal Center. Seperti sudah diberi tahu oleh Winai, Sirichai langsung mengajak Jawa Pos meninjau fasilitas pusat riset halal.
Gedung dua lantai di samping pintu masuk kampus Chulalongkorn University itu sarat dengan peralatan yang modern dan canggih untuk mengidentifikasi status makanan apakah halal atau tidak. Sirichai dengan didampingi para staf berbahasa Melayu pun menjelaskan secara singkat latar belakang berdirinya pusat kajian halal tersebut. “Pusat kajian halal ini didirikan pada 2005 untuk menganalisis tentang halal dan najis dengan instrumen ilmiah,” jelas periset 35 tahun yang baru sebulan lalu menikah itu.
Selanjutnya, Jawa Pos diajak ke ruangan berukuran 4 x 6 meter, tempat alat berbentuk kotak dengan monitor dan panel yang menyatu seperti komputer ukuran jumbo zaman dahulu. Alat yang bernama Gas Chromatography Coupled with Mass Spectrometry (GC-MS) itu mampu mengetahui kandungan organik yang terdapat dalam makanan.
“Selain itu, alat ini mampu mengidentifikasi kandungan lemak yang ada dalam makanan sampai spesifik di ukuran milimikron,” jelasnya.
Dengan GC-MS, lemak dari binatang haram, seperti babi, bisa diketahui secara jelas. “Objek penelitian kami adalah molekul organik dalam makanan yang tidak dapat dianalisis oleh GC analisis konvensional,” kata Sirichai dengan bahasa Inggris fasih.
Lalu, Jawa Pos diajak mengunjungi ruangan yang berisi alat untuk menguji apakah suatu makanan atau minuman mengandung alkohol. Alat berupa tabung mirip rice cooker itu diberi nama Gas-Liquid Chromatography (GLC). “Alat ini mampu menganalisis kandungan kimia yang kompleks seperti alkohol,” terang Sirichai.
Satu lagi alat yang ditunjukkan Sirachai adalah Liquid Chromatography. Kotak yang di salah satu sudutnya berongga untuk tempat pipet sampel uji coba itu mampu menganalisis kandungan peptin, sakarin, atau pemanis buatan yang terdapat dalam makanan.
Di Halal Center bukan hanya potensi barang haram dan najis dalam makanan dan minuman yang diteliti. Alat untuk menganalisis kandungan merkuri yang terdapat dalam kosmetik atau sabun pun tersedia. Namanya, Inductively Coupled Plasma Spectrometry.
Sedangkan alat termahal dan tercanggih di Halal Center berada di ruangan lantai II yang hanya berukuran 3 x 3 meter. Harganya, menurut Sirichai, USD 8 juta atau sekitar Rp 73,6 miliar. Alat yang dinamakan Real Time Polymerase Chain Reaction itu mampu menganalisis DNA binatang dalam produk makanan, apakah berasal dari babi, sapi, atau bebek.
Alat termahal berikutnya adalah Fourier Transform Infra Red Spectroscopy (FTIR) yang digunakan untuk menganalisis produk. Terutama yang mengandung minyak, seperti minyak babi. “Alat yang menggunakan teknik inframerah ini merupakan cara yang murah dan cepat untuk mengidentifikasi material organik. Sebuah produk Anda bawa ke sini, sejam kemudian bisa kami sebutkan material organiknya secara rinci,” jelasnya. Dia menambahkan, harga FTIR saat diimpor dari Jerman tahun lalu USD 5 juta atau Rp 46 miliar.
Seluruh biaya pengadaan alat laboratorium dan fasilitas gedung itu, kata Surachai, bantuan dermawan dari negera-negara muslim di seluruh dunia, khususnya Timur Tengah. “Sebagian lagi berasal dari pemerintah Kerajaan Thailand. Bahkan, tahun depan kami akan mendapatkan gedung baru dua lantai yang lebih besar di depan kampus,” tuturnya.
The Halal Science Center menyediakan 15 periset muda yang berusia 21-35 tahun. Meskipun hasil penelitian sangat bermanfaat bagi masyarakat muslim, tidak semua peneliti beragama Islam. “Ada dua periset yang nonmuslim, termasuk saya yang beragama Buddha,” ungkap Surachai yang membuat kaget Jawa Pos.
Surachai termotivasi bergabung dengan Dr Winai Dahlan karena tertarik dengan manfaat riset halal yang dilakukan seniornya. “Saya menjadi tahu bahwa halal adalah inti dari sehat. Jika kita konsisten mengonsumsi produk halal, kita pasti juga sehat,” terangnya.
Selain periset tetap, Halal Science Center juga menjadi lokasi kerja praktik periset dari mancanegara. “Kami sedang memberikan training kepada mahasiswa dari Malaysia dan serta perwakilan enam provinsi di Thailand,” ungkapnya.
Dengan sumber daya tersebut, Halal Science Center Chulalongkorn University, Bangkok, telah mengkaji lebih dari dua ribu produk yang direkomendasikan untuk dimintakan fatwa Majelis Ulama setempat. “Selain itu, kerja sama dengan lembaga sejenis dan perusahaan telah dilakukan untuk memajukan pangsa pasar makanan halal di dunia,” tambah Surachai.
Sementara itu, Dr Winai Dahlan mengatakan, upayanya mendirikan Halal Center hanya sebagian di antara cara untuk memajukan dunia Islam “Saya berpikir, apa yang bisa saya buat untuk dunia Islam dengan ilmu yang dianugerahkan kepada saya,” tulis Winai dalam email-nya. Winai mengaku tidak menyangka bahwa dengan pemikiran sederhana itu, pusat kajian yang didirikannya menjadi pusat kajian pertama dan terbesar di dunia.
Winai yang juga menjabat dekan Fakultas Ilmu Kesehatan di Chulalongkorn University mengatakan mendapat dukungan penuh Kerajaan Thailand setelah berhasil menunjukkan besarnya potensi ekonomi produk halal di Thailand dan pasar global.
“Populasi muslim di Thailand terus tumbuh rata-rata 12,47 persen pada 2000-2007. Dari sini muncul potensi pasar hingga 11 miliar baht (Rp 3,3 triliun),” ujar Winai yang mengaku sudah tidak bisa berbahasa Melayu itu.
Tidak hanya di dalam negeri Thailand. Pasar produk halal juga terus meluas di mancanegara. “Selain pasar yang pasti (captive market) yang berjumlah 1,9 miliar populasi muslim dunia, produk halal merambah Eropa dan AS,” ujarnya.
Dia juga mengaku telah merintis kerja sama dengan beberapa universitas di Indonesia untuk mewujudkan Halal Science Center di tanah air kakeknya. “Kami aktif menjalin kontak dengan IPB dan Universitas Hasanuddin. Kami berharap, Halal Center juga berkembang di Indonesia dan negara-negara muslim lain di seluruh dunia,” katanya.
End
Adik...
Adik memang nakal..
Adik memang pemarah...
Semoga Allah mengganti kenakalanmu dengan akhalul karimah
Semoga Allah mengganti sifatmu itu denngan kesabaran yang tinggi.
Amiin...

Adik...ibu bersyukur...
Di sini kamu tetap shalat 5 waktu jamaah di mesjid.
Di sekolah adik belajar adzan dan iqomah juga mengimami shalat.
InsyaAllah bersama kakak akan mengikuti kelas tahfidz Qur'an.
Ibu juga bersyukur adik mau puasa ramadan meski tanya terus...kenapa sih kita mesti puasa?
kenapa sih Allah ingin kita kelaparan?

Adik...ibu juga bersyukur
Bersama ayah, adik bisa menyalatkan jenazah juga di sini seperti di masjidil haram, Mekkah.
Ibu tidak tahu kapan maut datang menjemput...
Tapi jika sudah tiba waktunya...
Bersyukurlah nak, ibu pernah membimbingmu membaca Qur'an dan doa-doa serta sunnah Rasulullah saw.
Itulah wasiat terbaik bagimu dan juga kakakmu...
Bimbinglah kakakmu selalu...dia pun insyaAllah akan membimbingmu..
Allah lah tempat kalian bergantung.
Allah lah sebaik-baik penolong kalian.
Ibu hanya hamba Allah yang lemah yang diamanahi mendidik, mengurus kalian...
Maafkan ibumu yang penuh salah, tidak baik mengurus kalian...
Doakan ibu, Allah mengampuni ibu...
Berbuat baiklah pada ayah kalian.
Ibu menyanyangi ayah,,,doa ibu semoga Allah memberikan yang terbaik buat ayah dan kalian...
Bersyukurlah pada ayahmu...karena Allah melalui ayahmu lah kalian bisa hidup seperti ini..
Tinggal dari satu negara ke negara yang lain..
Mempunyai banyak pengalaman dan teman...

Adik dan kakak tersayang,
Jangan lupa doakan ibu...
"Allahumma firli wa lii wa lii daiyya warhamhumma kamma robbayanii shoghiro..."



Kakak

Photos interior rumah mungil (sewaan) kami di belakang masjid Jawa, Bangkok. Rumah yang akan selalu jadi kenangan......


Kakak masih saja sedih, kadang dia bilang....ingin mati aja. Gak kuat ngikutin kemauan ayah dan ibu...
"Parents demand a lot from children but they don't respect children," begitu kata kakak.
Betulkah ibu begitu? Astaghfirullah...ampuni hambaMu yang lemah ini ya Rabb...
Salahkah saya jika yang saya inginkan hanya mengajarkan tauhid pada anak-anak.

Selama di aramco camp, mereka terlena, hanyut terbawa pergaulan barat yang bebas dan menyenangkan aja.. Tapi saya bersyukur, kakak mau pakai jilbab, tetap salat 5 waktu, meskipun jarang membaca Al Qur'an tapi kalau saya sudah ngomel akhirnya baca juga...dan sekarang Alhamdulillah mereka mengikuti ekskul tahfidz Qur'an di sekolah. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat buat dunia dan akherat kalian, nak...amiin.

Hanya saya khawatir kenikmatan yang sebenarnya fana itu lama-lama akan menariknya begitu kencang hingga mendekati syirik. Saya sendiri tdk sempurna, saya banyak salah, banyak dosa...contohnya saya masih riya juga dengan menulis blog...padahal ini sudah termasuk syirik...walaupun syirik terkecil. Tapi bismillah saya menulis ini semoga terlepas dari riya, semata2 karena Allah...sebagai kenangan buat anak-anak jika ibu tiada nanti dan semoga bermanfaat bagi orang lain yang membacanya

Okey lah nak, ibu juga belajar...semoga ibu bisa menjadi ibu yang lebih baik bagi kalian. Ibu akan total mengurus kalian, ayah, rumah tangga. Ini ibadah ibu. Ibu antar jemput kalian, kadang naik taxi, kadang tuk tuk kadang jalan supaya hemat dan uangnya buat beli jajan untuk kalian...ibu berdoa semoga Allah melembutkan hati kalian, kalian ikhlas bersekolah di CIS...dengan segala kekurangan dan kelebihannya yg kita alami selalu bersyukur pada Allah.

Mencari Tempat Tinggal

Hari Sabtunya kami kembali ke mesjid Jawa, bersama suami saya.
Suami juga tertarik untuk tinggal di sini apalagi hanya 1 KM ke stasiun BTS Skytrain Surasak.
Suami saya ke kantor dan pulangnya naik train plus ojek sampe kantor.
MasyaAllah jamaah masjid nya baik-baik...suamiku bertanya-tanya pada seorang jamaah yang seharusnya membimbing tak'lim ba'da dzhuhur tapi karena dia mengantar suami saya melihat-lihat rumah yabg mau di sewa akhirnya tak'lim tertunda. Saya perhatikan...jamaah mesjid ini mirip-mirip dengan muslim di jawa, kadang-kadang mereka mengerjakan hal-hal yang bid'ah seperti tahlilan. Tapi si penolong ini masyaAllah kelihatannya orang yg nyunnah. Alhamdulillah karena bantuan Allah melalui dia...kami menemukan tempat tinggal sementara, apartement kecil, studio, 1 tempat tidur, 1 lemari pakaian, 1 meja rias, 1 meja dan 2 kursi makan, 1 kulkas, 1 meja samping dan kamar mandi di balkon. Pemiliknya wanita muslimah yang bertudung juga.
Alhamdulillah....dari South Sathorn ini anak-anak saya bisa lebih dekat ke sekolah di soi Sathorn 1. Kami  naik taxi, jaraknya hanya 5 KM tapi...ini downtown jadi maceeet...tetap Alhamdulillah al kulli hal.

Jawa Mosque



Dalam waktu 4 minggu kami sudah pindah 3 kali tempat tinggal
Pertama, kami tinggal di poonchook maison, hotel/apartement sederhana tidak jauh dari kantor suami di Chatuchak.Setelah dua hari tiba di Bangkok, barulah saya daftarkan anak-anak saya ke Cresent International School yang berlogo bulan sabit (tanda sekolah Islam). Lokasinya jauh sekali dari chatuchak. Sekolah di district Sathorn, di belakang Germany Embassy. Terpaksa anak-anak tidak sekolah selama 3 hari. Genap seminggu tinggal di poonchook maison kemudian kami pindah ke Sara Apartement di soi Charoen Rat 1 Orang Bangkok menyebut daerah ini Kampung Yawa. Kami tinggal di Sara Apartement selama dua minggu, itu juga gak betah...karena hanya satu kamar (studio) dengan kamar mandi di balkon (luar kamar). Suara kaki kami yang berempat ini mengganggu penghuni di kamar bawah, hampir setiap hari bule gendut yang omongannya kasar itu mengetuk kamar kami dan complaint. Katanya setiap hari, pagi, malam..kami selalu berisik. Kebetulan bulan Ramadan, kami memang bangun awal untuk shalat tahajud, sahur dan shalat subuh. Alhamdulillah, akhirnya ada muslimah baik yang membawa kami melihat pavilion yang mau disewakan oleh pemiliknya. Muslimah ini wanita Thailand bercadar yang pernah kujumpai di depan mesjid Jawa beberapa hari sebelumnya. Ternyata dia istri dari khun Syarif, jama'ah mesjid Jawa yang membantu suamiku mencari apartement hingga kami bisa tinggal di Sara Apartement. Sebetulnya suami sudah 'confirmed' mau menyewa ruko milik muslim patani (tetangga si pemilik pavilion ini) tapi karena urgent (kami dicaci maki si bule penghuni Sara Apt.), kami terpaksa pindah ke pavilion ini dulu. Jujur saya suka pavilion ini tapi suami tetap akan menyewa ruko tersebut. Saya paham, dia ingin menjadi orang yang amanah, katanya...kita ini pendatang jadi kita yang harus bisa membawa diri dalam lingkungan setempat. Okey lah, kebetulan si pemilik pavilion hanya memberikan kontrak pertama selama tiga bulan...Setelah itu kami akan pindah lagi. Oya, Alhamdulillah pavilion ini hanya selang serumah dari belakang Mesjid Jawa. Dan subhanallah...pemilik pavilion cantik di belakang rumah besar yang saya injak ini adalah keturunan KH. Ahmad Dahlan yang sebelum hijrah ke Bangkok (sewaktu masih di Saudi) aku googling, ketemu lah informasi ttg putra KH Ahmad Dhahlan yang bernama Irfan Dahlan yg menikah dgn wanita Jawa yang mukim di kampung Jawa, Bangkok.

Oya,nak...ini kenangan ibu bersama kalian ketika pertama kali ke Mesjid Jawa di Kampung Jawa...

Hari Jumat sebelum berangkat kerja, ayah meminta ibu membawa adek shalat jumat di mesjid.
Ibu ajak kakak, sama-sama kami bawa adek ke mesjid Jawa ke South Sathorn, soi Charoen Rat 1.
Dari Poonchook Maison kami jalan sampai station MRT Phanon Yothin, naik MRT sampai di Silom terus ganti train, BTS Sky train di stasiun Sala Daeng, terakhir berhenti di stasiun BTS Sky train Surasak. Di bawah stasiun, naik tuk tuk hingga mesjid Jawa. Gonta-ganti ya...maklum orang baru, sekarang baru tahu bhw cara ibu gak praktis

Sepanjang perjalanan ibu ngomelin kakak...maafin ibu ya kak...
Karena kakak yang paling lambat bangun, lambat mandi dan malas-malasan pergi...
Emang sih sedang puasa Ramadan...tapi kita kan harus tahu waktu jangan sampai missing shalat Jumat time...Alhamdulillah begitu turun dari tuk tuk barulah adzan pertama, kita belum terlambat.
Ibu menangis mencium kening kakak dan adek, langsung sujud syukur di pelataran mesjid yang dipenuhi ibu-ibu mau ikutan salat jumat.

Di halaman mesjid berjejer bangku dan meja seperti sekolahan...kalau bulan ramadan dipakai untuk buka puasa bersama. Kalau bulan biasa untuk anak-anak belajar Qur'an ba'da maghrib. Di depan mesjid terdapat kuburan muslim subhanallah....


Saya ingin tinggal di sini...tapi ini kampung dan tidak saya lihat apartement yang memadai seperti apartement kita waktu di KL dulu...Mungkinkah anak-anak saya bisa menerima keadaan kami yang akan berbeda kini yaa Allah? InsyaAllah...bi idznillah...

Hijrah Kami ke Bangkok

4 Agustus 2012 qadar Allah kami melanjutkan pengembaraan kami dari satu negara ke negara lain. Kali ini dari Saudi Arabia kami hijrah ke Bangkok, Thailand.
Kami niatkan hijrah kami karena Allah dan mengikuti sunnah RasulNya...
Bismillah...
Suamiku menjadi consultant utk oil company di sana, kontraknya setahun...
Walaupun kali ini bukan negara Islam tapi ini terjadi dengan idzin Allah. Semoga Allah memudahkan kami untuk istiqomah di jalan-Nya, aamiin.
Kakak sedih sekali, dengan terpaksa dia meninggalkan sekolah, teman-teman, lingkungannya, dan segala fasilitas camp yang Alhamdulillahiladzi bi ni'matihi tatimush sholihaat, semua nikmat sekali dan kenikmatan itu harus ia tinggalkan demi mentaati orangtua. Tapi aku juga ingin dia kembali membumi. Aku ingin kami sama-sama belajar tidak terikat dengan nikmat dunia yang sementara. Segala sesuatu ada masanya, kalau kenikmatan itu harus berakhir seiring dengan keputusan ayah hijrah... ya kita kembalikan semuanya padaNya, memang semua fasilitas itu hanya pinjaman dari Allah Ta'ala.

Kami harus menjalani hidup yang baru, kak. American school dalam camp dulu tinggal kenangan, nak. Alhamdulillah seorang wanita Malaysia (kak Lynn) yg tinggal di Bangkok dan saya kenal melalui blognya, membantuku mencarikan International School yang beragama Islam. Ternyata hanya ada dua pilihan, Pan Asia International School dan Cresent International School. Lokasi Pan Asia International School jauh sekali dari kantor suamiku, sekolah ini dekat airport Suvarnabhumi. Pilihanku pada Cresent International School ini berada di soi Sathorn 1 dan tidak jauh dari Mesjid Jawa (kurang lebih 5 KM jaraknya) yang masih di daerah Sathorn Road. Di Sathorn Road ada stasiun BTS Surasak jadi strategis untuk kemana-mana terutama buat suami sehari-hari harus berangkat bekerja. Tinggal mencari rumah atau apartement dekat stasiun BTS sekaligus mesjid Jawa supaya suamiku tetap bisa menjaga shalat 5 waktunya jama'ah di mesjid. Tentang sekolah anak-anak, yayasan sekolah ini disubsidi oleh Qatar Embassy. Muridnya 90% muslim. Kakak bisa pakai jilbab, seragam dengan rok panjang, tidak seperti dulu pakai  baju bebas dan pakai jeans melulu....Yang penting ada pelajaran Arabic, Islamic Studies, Qur'an dan ruang shalat. Murid2 bisa shalat dzuhur jamaah di bawah pengawasan guru dan bisa shalat jumat juga.Sekolah ini memakai sistem British Curriculum. Fasilitas sekolah, sangat jauh dibawah dibandingkan fasilitas Aramco School tapi biarlah... yang penting anak-anakku bisa belajar ilmu dunia sekaligus ilmu akherat dan insyaAllah dengan saya masukkan mereka ke ekskul tahfidz Qur'an bisa menumbuhkan rasa cinta pada Qur'an hingga apa pun profesi mereka kelak landasannya adalah Qur'an dan Sunnah. Kakak menangis, sedih terus...dia tidak suka sekolah ini, adeknya pun dihasutnya. Aku ingatkan diri bahwa anak adalah ujian, yaa Allah berilah saya kesabaran menghadapi ujian-Mu. Saya percaya Engkau tidak akan membiarkan aku sendiri menghadapi semua ini. Yaa Allah berikanlah kami terutama anak-anak kami taufik dan hidayah...Allahu yahdikum, nak...