Our Life

Thursday, January 30, 2014

Chris : Why i'm convert to Islam

Wednesday, January 29, 2014

Al-Qur'ân Bukan Untuk Orang Mati

Rabu, 13 Maret 2013 23:21:54 WIB
AL-QUR'AN BUKAN UNTUK ORANG MATI

Oleh
Ustadz Abu Ismail Muslim al-Atsari


Adalah kebiasaan di beberapa daerah, orang membaca kitab suci al-Qur'ân –atau membaca surat Yâsin- kemudian pahalanya dihadiahkan untuk orang yang telah mati. Bahkan sebagian orang, ada menyewa atau membayar seseorang atau sekelompok orang untuk membaca al-Qur'ân dan menghadiahkan pahalanya kepada keluarganya yang telah meninggal dunia. Pembacaan al-Qur'ân ini terkadang dilakukan di rumah duka, di kuburan atau lainnya. Benarkah perbuatan mereka itu menurut syari'at Islam?

Membaca al-Qur'ân untuk orang mati tidak dibenarkan dalam agama Islam dengan alasan-alasan sebagai berikut :

1. Membaca al-Qur'ân lalu menghadiahkan pahalanya untuk orang yang telah mati tidak pernah dikerjakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , para sahabat dan para tabi'in. Sementara kewajiban kita dalam beragama adalah mengikuti petunjuk, bukan membuat perkara baru. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ

Katakanlah, "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allâh, ikutilah aku, niscaya Allâh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." [Ali 'Imrân/3:31]

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya pada (diri) Rasûlullâh itu telah ada suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allâh. [Al-Ahzâb/33:21]

2. Orang yang membolehkan membaca al-Qur'ân lalu menghadiahkan pahalanya untuk orang yang telah mati, dia harus mendatangkan dalil dari al-Qur'ân atau as-Sunnah. Jika dia tidak bisa mendatangkan dalil, berarti dia telah berbicara tentang agama tanpa dasar ilmu.

Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Katakanlah, "Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allâh dengan sesuatu yang Allâh tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allâh apa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allâh tanpa ilmu)" [al-A’râf/7:33]

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullâh bin Bâz rahimahullah mengatakan, “Berbicara tentang Allâh tanpa ilmu termasuk perkara terbesar yang diharamkan Allâh. Bahkan itu lebih tinggi dari perbuatan syirik. Karena dalam ayat tersebut Allah Azza wa Jalla mengurutkan perkara-perkara yang diharamkan mulai dari yang paling rendah ke yang paling tinggi. Berbicara tentang Allâh tanpa ilmu, meliputi berbicara (tanpa ilmu) tentang hukum-hukum Allah, syari’at-Nya dan agamaNya. Termasuk berbicara tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla . Ini lebih besar dosanya daripada berbicara (tanpa ilmu) tentang syari’at dan agama Allah Azza wa Jalla .”[1]

3. Barangsiapa membolehkan membaca al-Qur'ân untuk dihadiahkan pahalanya buat orang yang telah mati, berarti dia telah membuat syari'at yang tidak diidzinkan oleh Allâh Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman mengingkari orang-orang musyrik yang mengikuti syariat agama yang tidak diidzinkan oleh Allah:

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۗ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allâh yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allâh? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allâh) tentulah mereka telah dibinasakan. [asy-Syûrâ/42: 21]

4. Perbuatan tersebut bertentangan dengan firman Allâh Azza wa Jalla :

أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ

Seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. [an-Najm/53: 38-39]

Imam asy-Syaukani rahimahullah berkata, "Maksudnya adalah seorang manusia hanya mendapatkan pahala dari usaha dan balasan perbuatannya sendiri. Amalan seseorang tidak bisa mendatangkan manfaat bagi orang lain. Keumuman makna dalam ayat ini dikecualikan dengan semisal firman Allâh Azza wa Jalla :

أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ

Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka. [ath-Thûr/52:21]

Dan semisal riwayat tentang syafa'at para Nabi dan Malaikat untuk para hamba, doa orang hidup untuk orang-orang yang telah mati dan semacamnya. Orang yang mengatakan bahwa ayat ini mansûkh (hukumnya dihapus) dengan perkara-perkara tadi adalah perkataan yang tidak benar. Karena dalil yang khusus tidak menghapus dalil yang umum, namun hanya mengkhususkannya (mempersempit keumuman maknanya). Sehingga semua dalil yang menunjukkan bahwa manusia bisa mendapatkan manfaat dari selain usahanya sendiri itu adalah dalil yang mengkhususkan keumuman ayat di atas." (Fathul Qadir, tafsir surat an-Najm ayat 39)

Adapun membaca al-Qur'ân lalu pahalanya dihadiahkan buat orang yang telah mati, tidak ada dalil yang menuntunkannya.

5. Allah Azza wa Jalla menurunkan al-Qur'ân sebagai hidayah (petunjuk) bagi manusia. Sehingga orang hidup bisa memanfaatkannya, mengikuti petunjuknya di dunia ini dan mengamalkannya. Di akhirat, orang-orang yang seperti ini akan dituntun oleh al-Qur'ân menuju surga.

Sedangkan orang yang telah mati, maka amalannya telah terputus, dia tidak mampu menambahi atau mengurangi amalannya.

Perbuatan sebagian orang di zaman ini berlawanan dengan kondisi di atas. Ketika masih hidup, mereka meninggalkan al-Qur’ân, enggan membaca atau mendengarkannya. Mereka lebih suka menyanyi, mendengar musik, menonton film dan hal-hal lain yang tidak bermanfaat di akhirat. Jika ada orang mati, mereka membacakan al-Qur'ân buat jenazah tersebut pada acara pemakamannya atau di kuburnya.

Mereka ini ibarat orang mogok makan sampai mati kelaparan. Setelah dia mati, orang-orang mendatanginya membawakan makanan agar dia memakannya. Al-Qur'ân hanya bermanfaat bagi orang yang hidup selama masih berada di dunia, ladang beramal. Adapun setelah mati, maka dia telah pindah dari fase beramal menuju fase pembalasan amal. Pada waktu itu al-Qur'ân tidak bermanfaat baginya, karena ketika hidup dia meninggalkan al-Qur'ân, padahal dia mampu mengambil manfaat darinya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ وَقُرْآنٌ مُبِينٌ لِيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكَافِرِينَ

Al-Qur'ân itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan. Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir. [Yâsîn/36:69-70]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman,

كَذَٰلِكَ نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ مَا قَدْ سَبَقَ ۚ وَقَدْ آتَيْنَاكَ مِنْ لَدُنَّا ذِكْرًا مَنْ أَعْرَضَ عَنْهُ فَإِنَّهُ يَحْمِلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وِزْرًا خَالِدِينَ فِيهِ ۖ وَسَاءَ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِمْلًا

"Demikianlah Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang telah lalu, dan sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan (al-Qur'ân). Barangsiapa berpaling dari al-Qur'ân, maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat. Mereka kekal di dalam keadaan itu dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat." [Thâha/20:99-101]

6. Membaca al-Qur'ân adalah ibadah dan ibadah itu tauqifiyyah, artinya harus mengikuti tuntunan. Jika seseorang beribadah tanpa tuntunan, berarti dia beribadah kepada Allâh semaunya sendiri, padahal Allâh Azza wa Jalla berfirman :

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya ! Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya ?,Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). [al-Furqân/25:43-44]

7. Pahala suatu amal belum tentu diraih oleh orang yang mengamalkannya. Bagaimana mungkin ia menghadiahkan sesuatu yang belum pasti kepada orang lain. Karena amalan akan diterima dengan beberapa syarat :

1. Iman
2. Ikhlas
3. Sesuai tuntunan syari’at
4. Bersih dari hal-hal yang membatalkan amal, seperti riyâ’, ‘ujub dan lainnya.
Seseorang tidak tahu, apakah amalnya diterima atau tertolak.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma pernah berkata, “Jika aku tahu shalatku diterima (oleh Allâh), maka aku benar-benar mengharapkan kematian, karena Allâh Azza wa Jalla berfirman :

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa. [al-Mâidah/5:27]

8. Membaca al-Qur'ân pada acara kematian atau di depan jenazah atau di kuburan merupakan perkara baru dalam agama, sedangkan semua perkara baru dalam agama adalah bid’ah dan semua bid’ah adalah sesat. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertaqwa kepada Allâh; mendengar dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya barangsiapa hidup setelahku, dia akan melihat perselishan yang banyak. Maka wajib kamu berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan giggitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama), karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat. [HR. Abu Dawud no: 4607; Tirmidzi 2676; Ad-Darimi; Ahmad; dan lainnya dari al-‘Irbâdh bin Sâriyah]

Perbuatan tersebut tidak ada tuntunan dari Nabi, dari Khulafaur rasyidin, dari para sahabat, dari tabi’in dan dari tabi’ut tabi’in, sehingga hukumnya bid’ah dan sesat.

9. Kalau kita tahu bahwa hal itu bid’ah, maka pasti tidak ada pahalanya, sebaliknya yang ada adalah dosa. Jika demikian keadaannya, maka menghadiahkan pahala merupakan perkataan dan perbuatan sia-sia. Ini ibarat orang yang menggenggam tangannya yang kosong, lalu dia berkata kepada orang lain yang membutuhkan bantuan, “Ambillah!”, padahal tangannya kosong.

10. Sesungguhnya semua orang sangat butuh kepada amalannya. Pada hari kiamat nanti, semua orang akan sangat mengkhawatirkan dirinya, akankah amalannya bisa menyelamatkannya ?! Masing-masing akan lebih mementingkan dirinya daripada saudaranya atau ibunya atau bapaknya. Jika demikian, berarti orang yang menghadiahkan amalannya seakan dia sudah memastikan bahwa dirinya dijamin aman, tidak rugi dan seakan tidak butuh karunia Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla berfirman :

فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ

Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. [‘Abasa/80:33-37]

Demikianlah uraian singkat tentang beberapa poin penting berkaitan dengan bacaan al-Qur'ân yang dihadiahkan pahalanya buat orang yang sudah meninggal. Ada sebagian orang yang berkilah bahwa apa yang dia lakukan itu adalah tradisi atau adat. Namun itu hanya alasan saja, karena yang menjadi tujuannya adalah pahala, sementara yang namanya tradisi atau adat, pelaksanaannya bukan untuk mencari pahala. Kalau tujuannya mencari pahala, berarti itu adalah ibadah. Dan ibadah harus sesuai dengan tuntunan syari'at.

Semoga uraian singkat ini bisa bermanfaat dan menggugah kesadaran kita untuk lebih semangat dan waspada dalam melaksanakan ibadah.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XIV/1431/2010M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Catatan kaki kitab at-Tanbihatul Lathîfah ‘Ala Ma Ihtawat ‘alaihi al-‘aqidatul Wasithiyah, hlm. 34, tahqiq Syaikh Ali bin Hasan, penerbit Dar Ibnil Qayyim

Bismillah...sebelum makan ya nak...


Lasagna ala kadarnya, semoga bisa membahagiakan anak-anak sepulang mereka dari sekolah...aamiin...




Tuesday, January 28, 2014



Steak salmon utk kakak....


Monday, January 27, 2014

Nasihat Ulama: Amalkan Ilmu!

Para ulama selalu menasehatkan kepada kita, “Amalkanlah Ilmu!” Ilmu bukan hanya sekedar tambah wacana, untuk berbangga diri, atau supaya disebut pintar debat. Siapa yang tidak mengamalkan ilmu, maka sia-sialah ilmunya bagai pohon yang tidak berbuah.


Malik bin Dinar berkata,
من طلب العلم للعمل وفقه الله ومن طلب العلم لغير العمل يزداد بالعلم فخرا
“Barangsiapa yang mencari ilmu (agama) untuk diamalkan, maka Allah akan terus memberi taufik padanya. Sedangkan barangsiapa yang mencari ilmu, bukan untuk diamalkan, maka ilmu itu hanya sebagai kebanggaan (kesombongan)” (Hilyatul Auliya’, 2: 378).
Dalam perkataan lainnya, Malik bin Dinar berkata,
إذا تعلم العبد العلم ليعمل به كسره علمه وإذا تعلم العلم لغير العمل به زاده فخرا
“Jika seorang hamba mempelajari suatu ilmu dengan tujuan untuk diamalkan, maka ilmu itu akan membuatnya semakin merunduk. Namun jika seseorang mempelajari ilmu bukan untuk diamalkan, maka itu hanya akan membuatnya semakin sombong (berbangga diri).” (Hilyatul Auliya’, 2: 372).
Wahb bin Munabbih berkata,
مثل من تعلم علما لا يعمل به كمثل طبيب معه دواء  لا يتداوى به
“Permisalan orang yang memiliki ilmu lantas tidak diamalkan adalah seperti seorang dokter yang memiliki obat namun ia tidak berobat dengannya.” (Hilyatul Auliya’, 4: 71).
Ibrahim Al Harbi berkata,
حملني أبي الى بشر بن الحارث فقال يا أبا نصر ابني هذا مشتهر بكتابة الحديث والعلم فقال لي يا بني هذا العلم ينبغي أن يعمل به فان لم يعمل به كله فمن كل مائتين خمسة مثل زكاة الدراهم
“Ayahku pernah membawaku pada Basyr bin Al Harits, lanta ia berkata, “Wahai Abu Nashr (maksudnya: Basyr bin Al Harits), anakku sudah masyhur dengan penulisan hadits dan ia terkenal sebagai orang yang berilmu.” Lantas Basyr menasehatiku, “Wahai anakku, namanya ilmu itu mesti diamalkan. Jika engkau tidak bisa mengamalkan seluruhnya, amalakanlah 5 dari setiap 200 (ilmu) seperti halnya hitungan dalam zakat dirham -perak- (yaitu 1/40 atau 2,5%).” (Hilyatul Auliya’, 8: 347)
Syaqiq Al Balkhi berkata,
الدخول في العمل بالعلم والثبات فيه بالصبر والتسليم إليه بالإخلاص فمن لم يدخل فيه بعلم فهو جاهل
“Masuk dalam amalan hendaklah diawali dengan ilmu. Lalu terus mengamalkan ilmu tersebut dengan bersabar. Kemudian pasrah dalam berilmu dengan ikhlas. Siapa yang tidak memasuki amal dengan ilmu, maka ia jahil (bodoh).” (Hilyatul Auliya’, 8: 69).
Sufyan bin ‘Uyainah berkata,
ما شيء أضر عليكم من ملوك السوء وعلم لا يعمل به
“Tidak ada sesuatu yang lebih memudhorotkan kalian selain dari raja yang jelek dan ilmu yang tidak diamalkan.” (Hilyatul Auliya’, 7: 287).
‘Abdul Wahid bin Zaid berkata,
من عمل بما علم فتح الله له ما لا يعلم
“Barangsiapa mengamalkan ilmu yang telah ia pelajari, maka Allah akan membuka untuknya hal yang sebelumnya ia tidak tahu.” (Hilyatul Auliya’, 6: 163).
Ma’ruf Al Karkhi berkata,
إذا أراد الله بعبد خيرا فتح الله عليه باب العمل وأغلق عنه باب الجدل وإذا أراد بعبد شرا أغلق عليه باب العمل وفتح عليه باب الجدل
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada seorang hamba, Dia akan membuka baginya pintu amal dan akan menutup darinya pintu jidal (suka berdebat atau bantah-bantahan). Jika Allah menginginkan kejelekan pada seorang hamba, Dia akan menutup baginya pintu amal dan akan membuka baginya pintu jidal (suka berdebat)” (Hilyatul Auliya’, 8: 361).
Semoga Allah memberi kita taufik dalam ilmu dan amal.

Akhukum fillah,
Muhammad Abduh Tuasikal (Rumaysho.Com)
@ Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 16 Dzulhijjah 1434 H

Beralasan Sibuk Sehingga Enggan Belajar Agama

Subhanallah...semuanya memang Allah yang ngatur, abis posting tulisan di blog di bawah tadi tiba-tiba muncul nasihat dari abu Rumaysho...semoga Allah membalas kebaikannya...
Baca ini ya baik-baik ya ibu, ayah, kakak dan ade...dan jangan sok sibuk ya bu.....alasan aja ya...

Beralasan Sibuk Sehingga Enggan Belajar Agama


Banyak yang beralasan sibuk sehingga enggan belajar agama …
Ada yang beralasan, sedang menulis TA = Tugas Akhir.
Ada yang beralasan, sibuk karena banyak pasien.
Ada yang beralasan, sedang banyak proyek.
Ada yang beralasan sibuk mengurus anak-anak.
Padahal kebutuhan akan ilmu itu ibarat seseorang butuh makan.
Kebutuhan akan belajar agama itu hingga liang lahat, bukan hanya saat di bangku madrasah atau kuliah.
Tanpa ilmu, tentu hidup tidak akan bahagia, tidak akan tentram, terjerumus dalam yang haram, meninggalkan yang wajib, sampai berbuat syirik, hati selalu gundah gulana.
Fasilitas begitu mudah saat ini.
Anda dapat belajar di Dunia Maya via Muslim.Or.Id dan Rumaysho.Com yang update setiap harinya
Anda dapat mendengar Radio Rodja dan Radio Muslim Jogja
Anda dapar mengganti TV yang penuh maksiat dengan TV Rodja, Weshal TV, Insan TV dan TV Islami lainnya.
Anda dapat belajar dari buku-buku yang sudah banyak yang diterjemahkan
Anda dapat manfaatkan BB dan WA untuk mendapatkan broadcast dan kajian audio gratis.
Namun yang utama tentu dengan belajar lewat majelis ilmu secara rutin.
Mari luangkan waktu barang sejenak setiap hari:
Rajin buka website Islami
Rajin dengarkan radio dan tonton TV Islami
Rajin mengoleksi buku dan mengkajinya
Manfaatkan pula gadget canggih Anda untuk belajar agama
Niscaya kita akan semakin mulia dan semakin tenang dengan ilmu.
Fasilitas yang begitu banyak saat ini sudah jadi hujjah bagi kita. Jadi jangan beralasan sibuk sehingga enggan belajar agama.
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
Rumaysho.Com
Muhammad Abduh Tuasikal
Di pagi hari penuh berkah, Senin, 25 Rabi’ul Awwal 1435 H

Terinspirasi Pekerja Proyek

Sudah lama mau nulis terinspirasi pekerja2 pada proyek bangunan sekitar Masjidil Haram Mekkah...biasanya mereka bekerja pada perusahaan konstrusi besar binladen group. Tertulis pada bagian punggung baju seragam mereka. Dulu waktu kami masih tinggal di Saudi berumrah sekeluarga, suamiku pernah berkata,"Lihat, mereka...kerja disini bisa shalat 5 waktu berjama'ah di masjidil haram...bahkan bisa belajar agama ba'da maghrib dengan sheik-sheik pada halaqah-halaqah dalam masjidil haram..."

Rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau. Pandangan muslim yang tidak tinggal di Saudi terhadap muslim yang hijrah ke Saudi terutama Mekkah biasanya memang demikian. Tinggal di pusat peradaban Islam seharusnya bisa belajar bahasa Arab, menguasai Al Qur'an, hadits dan ilmu agama...seharusnya...tapi segala sesuatu tergantung niatnya. Jika niat hijrahnya karena Allah dan mengikuti Rasulullah saw idealnya, mempelajari ilmu agama dan beribadah di masjidil haram lah yang utama, bekerja disana sebagai penopang hidup dan memenuhi kewajiban mencari nafkah untuk keluarga yang ditinggalkan atau yang ikut bersamanya. Alangkah idealnya, jika ilmu yang ia dapatkan bisa diamalkan untuk diri sendiri lalu untuk keluarga dan disampaikan kepada ummat di kampung halamannya. Sehingga ia menjadi orang yang bermanfaat...bi idznillah...

Kembali ke niat...jika niatnya hanya untuk mencari uang bisa jadi ilmu agama yang didapat atau ibadah yang dilakukannya hanya sekedarnya saja. Bisa jadi masih jauh lebih baik ilmu agama dan ibadah orang yang menetap di negerinya sendiri tapi pencinta ilmu dan taat beribadah serta beramal shalih.

Dalam hati aku malu, malu sendiri...kenapa? Sebenarnya aku juga alhamdulillahiladzi bi ni'matihi tatimushsholihaat...diberi Allah kesempatan hidup di Saudi (meskipun gak di Mekkah) di tempat dimana bisa belajar bahasa arab, Al Qur'an...tapi karena kesibukan rutinitas pekerjaan rumah tangga dan segala macam alasan yang kubuat-buat...aku tergolong orang yang merugi yang kudapat hanya sekedar cerita pengalaman dan kenangan tinggal di Saudi saja...tapi bagi yang niat hijrahnya karena  Allah dan ia bersungguh-sungguh...karena niat bisa saja demikian tapi kesungguhan usahanya kurang...saya yakin bi idznillah ada lah beberapa dari mereka (sekian banyaknya para pekerja tsb) yang memanfaatkan waktunya di Saudi untuk menambah ilmu agama, Al Qur'an, Hadits dan bahasa Arab seusai waktu kerjanya. Sementara yang lainnya tidur, beristirahat...mungkin bisa jadi dengan mendalami ilmu agama itulah saat ia beristirahat....subhanallah....

Ingin aku, suami dan kedua anak-anakku bisa berbuat demikian...hidup akan terasa lebih nikmat dan  merasa selalu dekat pada Allah....bi idznillah...aku berdoa yaa Allah bukakanlah hati anak laki-lakiku satu-satunya untuk mau belajar ilmu agama kelak disamping ilmu dunia pilihannya (katanya ingin jadi engineer seperti ayah insyaaAllah)....tapi kembalilah,  nak...kembalilah ke Mekkah atau Madinah suatu hari nanti...doa ibu menyertaimu, nak.
Sedangkan kakak, "One day...mudah-mudahan Ansya kembali lagi ke Aramco bersama suami dan anak-anak Ansya..." Semoga Allah mengabulkan doamu, nak...luruskanlah niat untuk berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, nak. Belajarlah, nak...belajarlah agama dengan orang-orang yang berilmu di sana...bi idznillah...semoga tidak terulang lagi kesalahan yang sama...ayah dan ibu tidak belajar bahasa arab dan Al Qur'an dengan sebaik-baiknya...menyesal memang tapi tetap bersyukur..Alhamdulillah ada pak Wicak yang mengorganisir kajian agama rutin mingguan dibimbing ustadz Zainudin dari Islamic Cultural Center Dammam...bisa belajar juga ilmu agama dgn bahasa pengantar bahasa Indonesia...selain belajar dengan ummu Jud di Dakwah Center Rahima dan bu Layla selama 3 bulan di Dhahran...tetap Alhamdulillah...bismillah semoga bisa tetap belajar walaupun di Bangkok...aamiin...

Sunday, January 26, 2014

Pekerja2 Project Itu....








Selama 37 Tahun Istiqomah Shalat Berjamaah di Masjid

Selama 37 Tahun Istiqomah Shalat Berjamaah di Masjid 16
Apabila Anda menonton siaran langsung shalat berjamaah 5 waktu dari Masjid Nabawi, maka di shaf terdepan bagian sebelah kanan dekat dengan imam, Anda akan melihat seorang laki-laki tinggi besar mengenakan peci berupa turban hitam khas orang-orang Bengali, dialah Haji Muhammad.
Haji Muhammad, seorang berkebangsaan Afghanistan yang tinggal di Kota al-Madinah al-Munawwaroh. Ia menjadi seorang yang populer di Madinah –semoga Allah menjaga keikhlasannya- karena selama seper-empat abad ini selalu tampak di televisi dengan penampilan khasnya, berada di shaf pertama Masjid Nabawi untuk menunaikan shalat 5 waktu secara berjamaah.
Ia menceritakan bahwa pertama kali menginjakkan kaki di Arab Saudi saat berumur 19 tahun. Selama 37 tahun di negeri kaya minyak ini, Haji Muhammad bekerja sebagai tukang reparasi pipa.
Haji Muhammad Selama 37 Tahun Istiqomah Shalat Berjamaah di Masjid
Haji Muhammad
Haji Muhammad mengatakan, “Aku berupaya untuk selalu shalat 5 waktu secara berjamaah di Masjid Nabawi sejak aku masih muda. Aku sangat senang mengambil dan meletakkan kembali Alquran yang telah dibaca dan ditinggalkan oleh para pengunjung, agar dapat rapi tertata kembali di lemarinya semula.”
Para jamaah dari luar Madinah dan luar Arab Saudi banyak yang terkesan dengan keistiqomahannya shalat di shaf pertama dan di tempat yang sama selama bertahun-tahun. Padahal kita mengetahui sangat sulit untuk mendapatkan shaf pertama di Masjid Nabawi apalagi sampai bisa berada di tempat yang sama terus-menerus. Masjid ini sangat ramai dan padat dikunjungi umat Islam dari berbagai penjuru negeri.
Beberapa orang yang bekali-kali mengunjungi Madinah senantiasa menjumpainya berada di shaf pertama dan tempat yang sama pula (sebelah kanan imam). Turban hitamnya membuatnya sangat mudah dikenali oleh para jamaah.
“Ketika aku mengikat kontrak kerja dengan seseorang, kukatakan dari awal, aku tidak ingin kehilangan satu kali pun shalat berjamaah di Masjid Nabawi (lantaran pekerjaan ini). Dan di bulan Ramadhan, aku meliburkan diri karena aku ingin selalu berada di masjid.” Kata Haji Muhammad.
Apa yang dipraktekkan oleh Haji Muhammad ini mengingatkan kita kepada para ulama salaf yang senantiasa istiqomah berada di shaf pertama dalam waktu yang panjang. Muhammad bin Samaah rahimahullahu berkata,
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سَمَاعَهْ قَالَ مَكَثْتُ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً لَمْ تَفَتْنِي التَكْبِيْرَةُ الأُوْلَى إِلَّا يَوْمًا وَاحِدًا مَاتَتْ فِيْهِ أُمِّيْ فَفَاتَتْنِي صَلَاةٌ وَاحِدَةٌ فِي جَمَاعَةٍ
“Aku tinggal selama 40 tahun tidak pernah luput dari takbir pertama melainkan satu hari saja yaitu hari ketika ibuku meninggal maka luput dari saya satu shalat berjamaah.”
Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullahu mengisahkan biografi Said bin al-Musayyab (seorang tabiin) rahimahullahu,
مَا نُوْدِي بِالصَّلَاةِ مِنْ أَرْبَعِيْنَ سَنَة إِلَّا وَسَعِيْدٌ فِي المَسْجِدِ
“Tidaklah diseru panggilan shalat sejak 40 tahun melainkan Sa’id berada di dalam masjid.” (Tahdzibut Tahdzib, 4:87)
Asy-Sya’bi rahimahullahu berkata,
مَا أُقِيْمَتِ الصَّلَاةُ مُنْذُ أَسْلَمْتُ اِلَّا وَأَنَا عَلَى وُضُوْءٍ
“Sejak aku masuk Islam, tidaklah ditegakkan iqamat shalat melainkan aku masih dalam keadaan mempunyai wudhu (belum batal wudhunya).” (Tahdzibut Tahdzib, 7:166).
Semoga Allah member taufik kepada kita untuk senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Sumber: Saudi Gazette
Ditulis oleh Nurfitri Hadi
Artikel www.KisaMuslim.com

Subhanallah...Adegan Dalam Kereta Yang Diatur oleh Allah Ta'ala

Seorang wanita berambut pirang yang baru saja naik kereta dari stasiun Rachadamri tiba-tiba minta ijin pada seorang wanita bercadar yang berpakaian serba hitam untuk duduk disebelahnya. Mungkin karena tubuh wanita bercadar itu kurus dan kecil tapi yang pasti semua terjadi atas kehendak Allah Ta'ala. Wanita berambut pirang itu menunjuk salah satu kakinya yang dibungkus, melihat kakinya dalam cast, wanita bercadar itu langsung berdiri dan mempersilahkan wanita berambut pirang itu duduk. Lalu wanita bercadar itu berdiri dihadapan wanita berambut pirang yang telah duduk.

"What happened with your leg?" tanya wanita bercadar.
"Oh... I got surgery..." kemudian dia menceritakan kenapa kakinya cedera.
"I am sorry to hear that...from the bottom of my heart, wishes of speedy recovery,"
"Oow..thank you..."

Ketika kereta memasuki stasiun Surasak, wanita bercadar itu mengedip-ngedipkan matanya sebagai isyarat senyum pada wanita berambut pirang itu, sambil berkata,"Take care...."
"Thank you...byee..." balas wanita berambut pirang, mengiringi langkah waita bercadar itu meninggalkan kereta melalui pintu yang sudah terbuka...

Rasulullah saw mengajarkan berbuat kebajikan, kepada siapa saja...baik pada non muslim maupun muslim. Inilah akhlaqul karimah....dakwah pun tidak selalu dengan membacakan ayat-ayat suci Al Qur'an dan hadits namun dakwah bisa melalui akhlak mulia...alhamdulillahiladzi bi ni'matihi tatimush sholihaat kejadian dalam kereta tersebut adalah hal biasa tapi maasyaa Allah menjadi luar biasa karena pelakunya seorang muslim atau muslimah yang berpakaian dengan atribut yg biasa menjadi fitnah di seluruh dunia. Beberapa penunpang terutama yang berkulit putih menjadi penonton. Semoga wanita bercadar tadi bisa mewakili muslimin dalam berdakwah...menyampaikan bahwa Islam adalah agama yang damai....karena selama ini media sering memberitakan kejahatan dan keburukan Islam...kalaupun ada muslim yang jahat itu adalah orang yang tidak takut pada Allah...agama Allah ini agama yang terbaik...hanya karena segelintir orang yang beramal tanpa ilmu yang haq akhirnya seluruh muslimin yang terkena dampaknya...Sebenarnya banyak muslim yang baik tapi hanya sedikit yang diekspos, semoga wanita bercadar yang dirahmati Allah dengan kemudahan berbuat kebajikan, bisa mem berikan pencerahan pada orang-orang yang berpandangan keliru terhadap Islam...Allahu yahdikum...

Saturday, January 25, 2014

Setiap Kali Teringat Dia, Dunia Ini Terasa Tidak Ada Harganya


Setiap Kali Teringat Dia,

Dunia Ini Terasa Tidak Ada Harganya

Kisah Yang Menakjubkan Tentang Ikhlash
Setiap Kali Teringat Dia, Dunia Ini Terasa Tidak Ada Harganya
 .
Ibnul Mubarak rahimahullah menceritakan kisahnya:
“Saya tiba di Mekkah ketika manusia ditimpa paceklik dan mereka sedang melaksanakan shalat istisqa’ di Al-Masjid Al-Haram. Saya bergabung dengan manusia yang berada di dekat pintu Bani Syaibah. Tiba-tiba muncul seorang budak hitam yang membawa dua potong pakaian yang terbuat dari rami yang salah satunya dia jadikan sebagai sarung dan yang lainnya dia jadikan selendang di pundaknya. Dia mencari tempat yang agak tersembunyi di samping saya. Maka saya mendengarnya berdoa,
“Ya Allah, dosa-dosa yang banyak dan perbuatan-perbuatan yang buruk telah membuat wajah hamba-hamba-Mu menjadi suram, dan Engkau telah menahan hujan dari langit sebagai hukuman terhadap hamba-hamba-Mu. Maka aku memohon kepada-Mu wahai Yang pemaaf yang tidak segera menimpakan adzab, wahai Yang hamba-hamba-Nya tidak mengenalnya kecuali kebaikan, berilah mereka hujan sekarang.”
Dia terus mengatakan, “Berilah mereka hujan sekarang.”
Hingga langit pun penuh dengan awan dan hujan pun datang dari semua tempat. Dia masih duduk di tempatnya sambil terus bertasbih, sementara saya pun tidak mampu menahan air mata. Ketika dia bangkit meninggalkan tempatnya maka saya mengikutinya hingga saya mengetahui di mana tempat tinggalnya. Lalu saya pergi menemui Fudhail bin Iyyadh. Ketika melihat saya maka dia pun bertanya, “Kenapa saya melihat dirimu nampak sangat sedih?” Saya jawab, “Orang lain telah mendahului kita menuju Allah, maka Dia pun mencukupinya, sedangkan kita tidak.” Dia bertanya, “Apa maksudnya?” Maka saya pun menceritakan kejadian yang baru saja saya saksikan. Mendengar cerita saya, Fudhail bin Iyyadh pun terjatuh karena tidak mampu menahan rasa haru. Lalu dia pun berkata, “Celaka engkau wahai Ibnul Mubarak, bawalah saya menemuinya!” Saya jawab, “Waktu tidak cukup lagi, biarlah saya sendiri yang akan mencari berita tentangnya.”
Maka keesokan harinya setelah shalat Shubuh saya pun menuju tempat tinggal budak yang saya lihat kemarin. Ternyata di depan pintu rumahnya sudah ada orang tua yang duduk di atas sebuah alas yang digelar. Ketika dia melihat saya maka dia pun langsung mengenali saya dan mengatakan, “Marhaban (selamat datang –pent) wahai Abu Abdirrahman, apa keperluan Anda?” Saya jawab, “Saya membutuhkan seorang budak hitam.” Dia menjawab, “Saya memiliki beberapa budak, silahkan pilih mana yang Anda inginkan dari mereka?” Lalu dia pun berteriak memanggil budak-budaknya. Maka keluarlah seorang budak yang kekar. Tuannya tadi berkata, “Ini budak yang bagus, saya ridha untuk Anda.” Saya jawab, “Ini bukan yang saya butuhkan.”
Maka dia memperlihatkan budaknya satu persatu kepada saya hingga keluarlah budak yang saya lihat kemarin. Ketika saya melihatnya maka saya pun tidak kuasa menahan air mata. Tuannya bertanya kepada saya, “Diakah yang Anda inginkan?” Saya jawab, “Ya.” Tuannya berkata lagi, “Dia tidak mungkin dijual.” Saya tanya, “Memangnya kenapa?” Dia menjawab, “Saya mencari berkah dengan keberadaannya di rumah ini, di samping itu dia sama sekali tidak menjadi beban bagi saya.” Saya tanyakan, “Lalu dari mana dia makan?” Dia menjawab, “Dia mendapatkan setengah daniq (satu daniq = sepernam dirham –pent) atau kurang atau lebih dengan berjualan tali, itulah kebutuhan makan sehari-harinya. Kalau dia sedang tidak berjualan, maka pada hari itu dia gulung talinya. Budak-budak yang lain mengabarkan kepadaku bahwa pada malam hari dia tidak tidur kecuali sedikit. Dia pun tidak suka berbaur dengan budak-budak yang lain karena sibuk dengan dirinya. Hatiku pun telah mencintainya.”
Maka saya katakan kepada tuannya tersebut, “Saya akan pergi ke tempat Sufyan Ats-Tsaury dan Fudhail bin Iyyadh tanpa terpenuhi kebutuhan saya.” Maka dia menjawab, “Kedatangan Anda kepada saya merupakan perkara yang besar, kalau begitu ambillah sesuai keinginan Anda!” Maka saya pun membelinya dan saya membawanya menuju ke rumah Fudhail bin Iyyadh.
Setelah berjalan beberapa saat maka budak itu bertanya kepada saya, “Wahai tuanku!” Saya jawab, “Labbaik.” Dia berkata, “Jangan katakan kepada saya ‘labbaik’ karena seorang budak yang lebih pantas untuk mengatakan hal itu kepada tuannya.” Saya katakan, “Apa keperluanmu wahai orang yang kucintai?” Dia menjawab, “Saya orang yang fisiknya lemah, saya tidak mampu menjadi pelayan. Anda bisa mencari budak yang lain yang bisa melayani keperluan Anda. Bukankah telah ditunjukkan budak yang lebih kekar dibandingkan saya kepada Anda.” Saya jawab, “Allah tidak akan melihatku menjadikanmu sebagai pelayan, tetapi saya akan membelikan rumah dan mencarikan istri untukmu dan justru saya sendiri yang akan menjadi pelayanmu.”
Dia pun menangis hingga saya pun bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Dia menjawab, “Anda tidak akan melakukan semua ini kecuali Anda telah melihat sebagian hubunganku dengan Allah Ta’ala, kalau tidak maka kenapa Anda memilih saya dan bukan budak-budak yang lain?!” Saya jawab, “Engkau tidak perlu tahu hal ini.” Dia pun berkata, “Saya meminta dengan nama Allah agar Anda memberitahukan kepada saya.” Maka saya jawab, “Semua ini saya lakukan karena engkau orang yang terkabul doanya.” Dia berkata kepada saya, “Sesungguhnya saya menilai –insya Allah– Anda adalah orang yang saleh. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memiliki hamba-hamba pilihan yang Dia tidak akan menyingkapkan keadaan mereka kecuali kepada hamba-hamba-Nya yang Dia cintai, dan tidak akan menampakkan mereka kecuali kepada hamba yang Dia ridhai.” Kemudian dia berkata lagi, “Bisakah Anda menunggu saya sebentar, karena masih ada beberapa rakaat shalat yang belum saya selesaikan tadi malam?” Saya jawab, “Rumah Fudhail bin Iyyadh sudah dekat.” Dia menjawab, “Tidak, di sini lebih saya sukai, lagi pula urusan Allah Azza wa Jalla tidak boleh ditunda-tunda.” Maka dia pun masuk ke masjid melalui pintu halaman depan.
Dia terus mengerjakan shalat hingga selesai apa yang dia inginkan.
Setelah itu dia menoleh kepada saya seraya berkata, “Wahai Aba Abdirrahman, apakah Anda memiliki keperluan?” Saya jawab, “Kenapa engkau bertanya demikian?” Dia menjawab, “Karena saya ingin pergi jauh.” Saya bertanya, “Ke mana?” Dia menjawab, “Ke akherat.” Maka saya katakan, “Jangan engkau lakukan, biarkanlah saya merasa senang dengan keberadaanmu!” Dia menjawab, “Hanyalah kehidupan ini terasa indah ketika hubungan antara saya dengan Allah Ta’ala tidak diketahui oleh seorang pun. Adapun setelah Anda mengetahuinya, maka orang lain akan ikut mengetahuinya juga, sehingga saya merasa tidak butuh lagi dengan semua yang Anda tawarkan tadi.” Kemudian dia tersungkur sujud seraya berdoa, “Ya Allah, cabutlah nyawaku agar aku segera bertemu dengan-Mu sekarang juga!” Maka saya pun mendekatinya, ternyata dia sudah meninggal dunia. Maka demi Allah, tidaklah saya mengingatnya kecuali saya merasakan kesedihan yang mendalam dan dunia ini tidak ada artinya lagi bagi saya.”
(Al-Muntazham Fii Taarikhil Umam, karya Ibnul Jauzy, 8/223-225)
Diterjemahkan oleh: Abu Almass bin Jaman Al-Ausathy
17 Rabi’ul Awwal 1435 H
Daarul Hadits – Ma’bar – Yaman

Monday, January 20, 2014

Peaceful Qur'an Recitation! Surah 'Abasa - Sheikh Abu Bakr Al-Shatri - w...

Semoga Allah menolong saudara saudriku di sana....aamiin

Yaa Allah tolonglah saudara-saudariku di daerah kota kelahiranku yang sedang diuji dengan musibah banjir.

Allahumma hawaa lainaa wa laa'alainaa, Allahumma 'alal aakaam wadzdzhoroob wa buthuunil awdiyah, wa manaabitisysyajar...
"Ya Allah, turunlah hujan di sekitar kami dan janganlah ditimpakan bencana ke atas kami. Ya Allah, turunkannya di dataran tinggi, bukit-bukit, lembah-lembah serta tempat tumbuhnya pokok-pokok."

Ampunilah salah dan dosaku, keluargaku, orangtuaku, anak cucu keturunan kami semua ummat Islam di Indonesia dan dimana pun berada. Yaa ayyuhannas ittaqurrabakum...Wahai manusia takutlah
pada Tuhan kalian, berhentilah mengerjakan perbuatan maksiyat...kita turut andil dalam terjadinya musibah atau bencana yang menimpa kita... Allah mengingatkan kita untuk sadar, bertaubat dan kembali kepada jalanNya.

Allah mengingatkan kita bahwa akan adanya azab hari kiamat yang amat menakutkan,tak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki diri yang ada hanyalah seluruh alam semesta dan isinya akan hancur...Kembalilah kepada Allah, memohon ampunan dan bertaubat...semoga masih sempat memperbaiki diri sebelum kiamat kita..baik kiamat sughro (kematian) atau kiamat kubro (hari kiamat)...aamiin...

Musibah Dunia Ketika Allah Murka~Pt 2/2

Musibah Dunia Ketika Allah Murka~Pt 1/2

Fitnah Akhir Zaman Makin Dekat...

Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'uun...
Apa iya...orang-orang yang berusaha memurnikan agama Allah dan menghidupkan sunnah Rasulullah saw disebut pemecah belah ummat Islam? Saya secara pribadi sayang sama saudara saudari seiman dimana pun berada...kalau toh ada yang menyerukan kesesatan syi'ah...orang-orang itu paham ilmunya dan hanya menyampaikan, mengingatkan...dan kalau mereka mengajak ummat untuk meninggalkan bid'ah bukankah karena ingin menyatukan ummat Islam dan mengajak kembali merujuk Al Qur'an dan tuntunan nabi Muhammad saw dan para salafush shalih (sahabat, tabi'in, tabi'ut) yang merupakan generasi terbaik ketika itu...kalau ada saling nasihat menasihati agar tidak terpengaruh virus liberalisme...itu karena orang-orang ini paham Islam adalah agama yang sempurna, tidak perlu membuat pemahaman yang justru menentang Islam...sekarang Islam kembali asing sebagaimana datangnya pun asing di tengah-tengah masa jahiliyah...setelah terputusnya masa kenabian semenjak nabi Isa as yang sangat lama...hingga kedatangan nabi terakhir Muhammad saw. Zaman nabi Muhammad saw dengan akhir zaman sudah sangat dekat...kiamat makin terasa dekat bila kita mau berpikir...fitnah di mana-mana...fitnah harta, wanita, tahta...ummat pun ada yang kembali jahil...mereka tak lagi mendengarkan apa kata ulama yang shalih...golongan-golongan itu pun makin nyata...Yaa Allah, karuniailah kami al furqon...pembeda yang haq dengan yang batil...selamatkanlah keluarga kami dari azab neraka yang sangat pedih...berilah taufik dan hidayah pada kami, kedua orangtua, pasangan dan anak keturunan kami...berilah hidayah pada orang-orang yang mengingkari dakwah ini, menutup telinga mereka dan menjauh dari kami, pura-pura tidak mendengar dan amat membenci dakwah...berilah taufik pada mereka untuk meniti jalan yang haq...terbayang bagaimana Rasulullah sedih karena ditinggalkan, karena dihina majnun (gila) atau penyihir, beliau dan keluarganya, para sahabatnya dizalimi kaumnya sendiri...tapi hiburan Allah yang turun surah Ad Dhuha dan At Tiin pada awal masa kenabian membuat Rasulullah saw sadar, merasakan rahmah Allah. Rasulullah saw pun tidak putus asa dari rahmah Allah hingga sabar dalam dakwah... hingga kemenangan itu pun tiba...tapi sekarang...para ulama kami bukanlah Rasulullah saw...kelak para ulama kami akan dimatikan, hilangnya ilmu dari ummat terakhir ini...dan akan bermulalah zaman yang dahulu dikhabarkan Rasulullah saw...na'udzubillahi min dzalik...selamatkanlah aku dan keluargaku dari fitnah dajjal dan hari kiamat yaa Rabb...ampunilah dosa-dosa kami...selamatkanlah kami...

Rabbana afrigh 'alaina shobroo wa tawafana minal muslimin...
Allahumma ahyiinaa 'ala sunnati nabiyyika wa tawaffanaa 'ala millatihi wa a'idznaa min mudhillaatil fitan 
"Wahai Tuhan kami, berikanlah kami kesabaran dan matkanlah kami dalam kedaan muslimin...
Ya Allah, hidupkanlah kami di atas ajaran Nabi-Mu, matikanlah kami di atas ajarannya, serta lindungilah kami dari kesesatan fitnah

Saturday, January 18, 2014

Banjir Setelah Pesta Tahun Baru Terulang Lagi...

Bismillah...
Inna lillahi wa inna ilaihi roji'uun...
Aku ingat setahun yg lalu...setelah pesta tahun baru di Jakarta yang besar-besaran...
Kemeriahan, gelak dan tawa riang itu pun berganti kesedihan bahkan tangis karena hujan yang terus menerus menyebabkan banjir. Musibah itu menyebabkan banyak kerugian, harta benda dan jiwa raga.
Aku sudah membayangkan seandainya hal itu terjadi lagi di tahun baru ini. Semoga hujan yang turun terus menerus hingga hari terakhir di tahun 2013 menjadi penghalang bagi masyarakat terutama ummat Islam untuk merayakan pergantian tahun 2013 dgn 2014 karena tidak ada tuntunan Rasulullah saw dalam agama kita. Itu hanya mengikuti budaya non muslim. Alangkah baiknya waktu libur  itu dimanfaatkan untuk banyak bersujud alias shalat nafilah. Membaca dan memahami ayat-ayat Al Qur'an, istirahat hingga bisa bangun tahajud, bermunajat memohon pada Allah dikaruniai pemimpin yang bertaqwa, adil dan taufik hidayah serta keselamatan kita semua. Lalu shalat jama'ah subuh di mesjid dilanjutkan dzikir setelahnya. Berdoa ketika turun hujan sebagaimana yang disunnahkan, memohon semoga diturunkan hujan yang bermanfaat. Banyak-banyak berdoa untuk keberkahan di kala hujan, semoja doa kita mustajab. Doa yang ikhlas dan ittiba tentunya. Setelah hujan berhenti berdoa, mensyukuri nikmat yang Allah turunkan dan jika hujan deras daripada mengeluh dan memaki hujan, berdoalah memohon hujan yg lebat ini merata, dialihkan ke daerah yg membutuhkan air seperti gunung, pertanian dan perkebunan. Dan banyak lagi amalan yg sesuai agama kita, berkumpul dgn keluarga, berhalaqah sama2 mengkaji ilmu Al Qur'an dan As sunnah.

Aku nasihati anak gadisku demikian karena dia ingin keluar bersama teman-temannya untuk merayakan malam tahun baru. Alhamdulillah teman-temannya tidak ada yg bisa dan acaranya tidak jadi...maasyaaAllah laa hawwla wa laa quwwata illah billah. Alhamdulillah kakak mau mendengarkan nasihat ibu meski dengan sedikit argumentasi. Sebagai penengah, ba'da Isya ayah mengajak kita makan di warung makan halal dekat mesjid Darul Amman. Kita naik BTS ke soi 7...sepanjang perjalanan kita melihat kemeriahan di jalan-jalan dan di pelataran mall Siam Paragon. Orang-orang berpakaian aneh-aneh hendak menghadiri pesta malam tahun baru di sana. Sementara kita mau makan di warung Ali Selatan, pemiliknya muslim dari Pathani, Thailand Selatan.

Setelah kami duduk dalam warung datang seorang laki-laki berbahasa Melayu dengan dialek orang Indonesia...saya tutupi identitasnya untuk menjaga perasaanya. Tapi subhanallah semua terjadi karena Allah, yang menggiringkan langkah kaki kita memasuki warung tsb dan yang mempertemukan kita dgn bapak itu pun Allah Ta'ala. Aku sebut bapak S saja...beliau menikmati malam tahun barunya sendiri...entah sebelum ke warung ini ia dari mana...kemudian sambil makan  ia bercerita bahwa ia sudah belasan tahun bekerja dan tinggal di Bangkok. Pernah mempunyai istri wanita Thai tetapi qadarullah sudah meninggal karena kanker payudara setahun lalu. Dia dan istrinya rahimahullah tidak dikaruniai Allah anak namun mereka hidup bahagia. Dia bercerita bagaimana kisah cinta dan perjuangannya dengan istrinya...istrinya yang memeluk agama Islam setelah dinikahinya otomatis tidak terlalu diurus keluarganya dan dialah yang paling banyak mengurus dan merawat istrinya hingga sang istri meninggal dunia. Anak gadisku mendengarkan kisah si bapak tsb dgn terharu dan semoga kakaka bisa memetik pelajaran darinya.Alhamdulillah...
Inilah pengalaman tahun baru kita ya nak..subhanallah..

Semoga kita menjadi orang yg bisa mengambil pelajaran dari pengalaman ya anak-anakku..
Sekarang di awal tahun 2014 banjir datang lagi menjadi ujian keimanan bagi saudara-saudariku di tanah air. Inna lillahi wa inna ilaihi roji'uun...saatnya kita saling tolong menolong sesama saudara-saudari sesuai kemampuan masing-masing...semoga Allah memberikan pahala dan ganti yang lebih baik dari musibah yang menimpa mereka...aamiin. Jika banjir telah surut, musibah telah berakhir...semoga kita bisa banyak belajar ketimbang salah-salahan dan caci maki pada pemerintah DKI...hingga kita paham bahwa solusi sebenarnya ada pada diri masing2...kita semua kembali kepada Allah...tidak lagi melampaui batas dalam berbagai hal...semoga menjadi peringatan bagi kita ini dibalik musibah ini ada nikmat taufik dan hidayah bagi kita...semoga kita kembali padaNya...menauhidkan Allah dan menghidupkan sunnah Rasulullah saw..semoga kita tidak sesat dan selamat di dunia dan akherat...aamiin...

Jangan Tutupi Jendela...Biar Ibu bisa memandang keluar...ke bawah memandang ayah memboncengi ade dgn sepedanya melintasi perempatan jalan sathorn surasak setiap berangkat dan pergi dari shalat jama'ah di mesjid jawa...semoga Allah menjagamu...


Ras Tanura, Saudi city built by Americans

Kangen

Kangen sama kegiatan kami dulu sewaktu masih tinggal di Ras Tanura, Saudi Arabia.
Belanja sembako di Panda market, Rahima pada akhir pekan, yaitu khamis.

Di depan pintu masuk pertama Panda ada seorang kakek duduk di lantai, ia menggelar siwak dagangannya.
Biasanya dia memberi siwak free untuk Muhammad kadang dua, tiga, empat atau satu...hi hi hi bukannya poligami ya...tapi jumlah empat itu sesuai jumlah kami sekeluarga...ayah, ibu, kakak dan ade...Aku jadi terharu dan kusuruh Muhammad memberikan uang untuknya...tapi kadang-kadang dia gak mau...duh aku jadi makin terharu dan nangis karena keikhlasannya. Semoga Allah membalasmu dgn yg lebih baik dan lebih byk, pak tua.

Kemudian di bagian depan Panda, ketika suamiku sibuk memilih trolly yg rodanya ok,  aku sibuk memilih buku-buku Islami sesuai pemahaman salafush shalih yang berjejer di rak yang bersandar di tembok disamping pintu masuk kedua....terdapat berbagai versi bahasa...aku pilih yang bahasa Indonesia dan bahasa Inggris byk2 lalu buku-buku itu kubagi-bagikan lagi. Yang versi English biasanya kubagikan pada teman2 Indonesia yg suaminya bule dan memeluk Islam krn pernikahan....alhamdulillah byknya nikmat Allah...dakwah di mana-mana...seperti melalui buku-buku free yang bisa ditemui di depan modern market dan mall-mall.

Setelah belanja kami biasanya lanjut beli shawarma di warung makan...atau beli nasi bukhari..semuanya untuk dibawa pulang karena warung makan-warung makan seperti itu tidak ada family room nya jadi yang boleh makan di situ cuma laki-laki doang...kalau mau makan sekeluarga kita ke East and West Restaurant...di sana ada family roomnya ya...jadi yg pake cadar bisa lebih nyaman dan aman kalau harus buka-bukaan (cadar maksudnya...) maasyaaAllah ribs barbeque nya enakkkk tenan...

Kangen juga sama ummu Jud, ustadzahku di Dakwah Center Rahima...
Semoga Allah merahmati dan menjaganya...aamiin.
Kangen semua itu...kota kecil Rahima di luar camp Aramco...
Sekarang semuanya tinggal kenangan. Kenangan yang indah buatku, buat kelg kami...
Alhamdulillah...

Wednesday, January 15, 2014

Jangan Terpikat Dunia
ditulis oleh : Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah
 Allah l berfirman:
“Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-Hadid: 20)
Bacalah berulang kalam dari Rabb yang mulia di atas berikut maknanya… Setelahnya, apa yang kamu pahami dari kehidupan dunia? Masihkah dunia membuaimu? Masihkah angan-anganmu melambung tuk meraih gemerlapnya? Masihkah engkau tertipu dengan kesenangannya?
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di t dalam Tafsir-nya, “Allah l mengabarkan tentang hakikat dunia dan apa yang ada di atasnya. Allah l terangkan akhir kesudahannya dan kesudahan penduduknya. Dunia adalah permainan dan sesuatu yang melalaikan. Mempermainkan tubuh dan melalaikan hati. Bukti akan hal ini didapatkan dan terjadi pada anak-anak dunia1. Engkau dapati mereka menghabiskan waktu-waktu dalam umur mereka dengan sesuatu yang melalaikan hati dan melengahkan dari berdzikir kepada Allah l. Adapun janji (pahala dan surga, –pent.) dan ancaman (adzab dan neraka, –pent.) yang ada di hadapan, engkau lihat mereka telah menjadikan agama mereka sebagai permainan dan gurauan belaka. Berbeda halnya dengan orang yang sadar dan orang-orang yang beramal untuk akhirat. Hati mereka penuh disemarakkan dengan dzikrullah, mengenali dan mencintai-Nya. Mereka sibukkan waktu-waktu mereka dengan melakukan amalan yang dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah daripada membuangnya untuk sesuatu yang manfaatnya sedikit.”
Asy-Syaikh t melanjutkan, “Kemudian Allah l memberikan permisalan bagi dunia dengan hujan yang turun di atas bumi. Suburlah karenanya tumbuh-tumbuhan yang dimakan oleh manusia dan hewan. Hingga ketika bumi telah memakai perhiasan dan keindahannya, dan para penanamnya, yang cita-cita dan pandangan mereka hanya sebatas dunia, pun terkagum-kagum karenanya. Datanglah perintah Allah l yang akhirnya tanaman itu layu, menguning, kering dan hancur. Bumi kembali kepada keadaannya semula, seakan-akan belum pernah ada tetumbuhan yang hijau di atasnya. Demikianlah dunia. Tatkala pemiliknya bermegah-megahan dengannya, apa saja yang ia inginkan dari tuntutan dunia dapat ia peroleh. Apa saja perkara dunia yang ia tuju, ia dapatkan pintu-pintunya terbuka. Namun tiba-tiba ketetapan takdir menimpanya berupa hilangnya dunianya dari tangannya. Hilangnya kekuasaannya… Jadilah ia meninggalkan dunia dengan tangan kosong, tidak ada bekal yang dibawanya kecuali kain kafan….” (Taisir Al-Karimirir Rahman, hal. 841)
Jabir bin Abdillah c berkisah, “Rasulullah n melewati pasar sementara orang-orang ada di sekitar beliau. Beliau melintasi bangkai seekor anak kambing yang kecil atau terputus telinganya (cacat). Beliau memegang telinga bangkai tersebut seraya berkata:
أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟ فَقَالُوا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟ قَالَ: أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ؟ قَالُوا:وَاللهِ، لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيهِ لِأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ؟ فَقَالَ: فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ
“Siapa di antara kalian yang suka memiliki anak kambing ini dengan membayar seharga satu dirham?” Mereka menjawab, “Kami tidak ingin memilikinya dengan harga semurah apapun. Apa yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini?” Rasulullah n kemudian berkata, “Apakah kalian suka bangkai anak kambing ini menjadi milik kalian?” “Demi Allah, seandainya pun anak kambing ini masih hidup, tetaplah ada cacat, kecil/terputus telinganya. Apatah lagi ia telah menjadi seonggok bangkai,” jawab mereka. Beliau pun bersabda setelahnya, “Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini bagi kalian.” (HR. Muslim no.7344)
Rasulullah n pun pernah bersabda:
لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
“Seandainya dunia punya nilai di sisi Allah walau hanya menyamai nilai sebelah sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir seteguk airpun.” (HR. At-Tirmidzi no. 2320, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Ash-Shahihah no. 686)
Tatkala orang-orang yang utama, mulia lagi berakal mengetahui bahwa Allah k telah menghinakan dunia, mereka pun enggan untuk tenggelam dalam kesenangannya. Apatah lagi mereka mengetahui bahwa Nabi mereka n hidup di dunia penuh kezuhudan dan memperingatkan para sahabatnya dari fitnah dunia. Mereka pun mengambil dunia sekedarnya dan mengeluarkannya di jalan Allah l sebanyak-banyaknya. Mereka ambil sekedar yang mencukupi dan mereka tinggalkan yang melalaikan.
Rasulullah n pernah berpesan kepada Abdullah bin Umar c, sambil memegang pundak iparnya ini:
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat (musafir).” (HR. Al-Bukhari no. 6416)
Abdullah bin Umar c pun memegang teguh wasiat Nabinya baik dalam ucapan maupun perbuatan. Dalam ucapannya beliau berkata setelah menyampaikan hadits Rasul n di atas, “Bila engkau berada di sore hati maka janganlah engkau menanti datangnya pagi. Sebaliknya bila engkau berada di pagi hari, janganlah menanti sore. Gunakanlah waktu sehatmu (untuk beramal ketaatan) sebelum datang sakitmu. Dan gunakan hidupmu (untuk beramal shalih) sebelum kematian menjemputmu.”
Adapun dalam perbuatan, beliau c merupakan sahabat yang terkenal dengan kezuhudan dan sifat qana’ahnya (merasa cukup walau dengan yang sedikit) terhadap dunia. Ibnu Mas’ud z pernah berkata, “Pemuda Quraisy yang paling dapat menahan dirinya dari dunia adalah Abdullah bin Umar c.” (Siyar A’lamin Nubala`, hal. 3/211)
Ibnu Baththal t menjelaskan berkenaan dengan hadits Ibnu Umar c di atas, “Dalam hadits ini terdapat isyarat untuk mengutamakan sifat zuhud dalam kehidupan dunia dan mengambil perbekalan secukupnya. Sebagaimana musafir tidak membutuhkan bekal lebih dari apa yang dapat mengantarkannya sampai ke tujuan, demikian pula seorang mukmin di dunia ini, ia tidak butuh lebih dari apa yang dapat menyampaikannya ke tempat akhirnya.” (Fathul Bari, 11/282)
Al-Imam An-Nawawi t berkata memberikan penjelasan terhadap hadits ini, “Janganlah engkau condong kepada dunia. Jangan engkau jadikan dunia sebagai tanah air (tempat menetap), dan jangan pula pernah terbetik di jiwamu untuk hidup kekal di dalamnya. Jangan engkau terpaut kepada dunia kecuali sekadar terkaitnya seorang asing pada selain tanah airnya, di mana ia ingin segera meninggalkan negeri asing tersebut guna kembali kepada keluarganya.” (Syarhu Al-Arba’in An-Nawawiyyah fil Ahadits Ash-Shahihah An-Nabawiyyah, hal. 105)
Suatu ketika Ibnu Mas’ud z melihat Rasulullah n tidur di atas selembar tikar. Ketika bangkit dari tidurnya tikar tersebut meninggalkan bekas pada tubuh beliau. Berkatalah para sahabat yang menyaksikan hal itu, “Wahai Rasulullah, seandainya boleh kami siapkan untukmu kasur yang empuk!” Beliau menjawab:
مَا لِي وَمَا لِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
“Ada kecintaan apa aku dengan dunia? Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang pengendara yang mencari teteduhan di bawah pohon, lalu beristirahat, kemudian meninggalkannya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2377, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Shahih At-Tirmidzi)
Umar ibnul Khaththab z pernah menangis melihat kesahajaan Rasulullah n sampai beliau hanya tidur di atas selembar tikar tanpa dialasi apapun. Umar z berkata:
فَرَأَيْتُ أَثَرَ الْـحَصِيرِ فِي جَنْبِهِ فَبَكَيْتُ. فَقَالَ: مَا يُبْكِيكَ؟ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ كِسْرَى وَقَيْصَرَ فِيمَا هُمَا فِيهِ وَأَنْتَ رَسُولُ اللهِ. فَقَالَ: أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ لَـهُمُ الدُّنْيَا وَلَنَا الْآخِرَةُ؟
Aku melihat bekas tikar di lambung/rusuk beliau, maka aku pun menangis, hingga mengundang tanya beliau, “Apa yang membuatmu menangis?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sungguh Kisra (raja Persia, –pent.) dan Kaisar (raja Romawi –pent.) berada dalam kemegahannya, sementara engkau adalah utusan Allah2.” Beliau menjawab, “Tidakkah engkau ridha mereka mendapatkan dunia sedangkan kita mendapatkan akhirat?” (HR. Al-Bukhari no. 4913 dan Muslim no. 3676)
Dalam kesempatan yang sama, Umar ibnul Khaththab z berkata kepada Nabinya:
ادْعُ اللهَ فَلْيُوَسِّعْ عَلَى أُمَّتِكَ فَإِنَّ فَارِسَ وَالرُّومَ وُسِّعَ عَلَيْهِمْ وَأُعْطُوا الدُّنْيَا وَهُمْ لَا يَعْبُدُونَ اللهَ. وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ: أَوَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ، أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلَتْ لَـهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي الْـحَيَاةِ الدُّنْيَا
“Mohon engkau wahai Rasulullah berdoa kepada Allah agar Allah memberikan kelapangan hidup bagi umatmu. Sungguh Allah telah melapangkan (memberi kemegahan) kepada Persia dan Romawi, padahal mereka tidak beribadah kepada Allah k.” Rasulullah meluruskan duduknya, kemudian berkata, “Apakah engkau dalam keraguan, wahai putra Al-Khaththab? Mereka itu adalah orang-orang yang disegerakan kesenangan (kenikmatan hidup/rezeki yang baik-baik) mereka di dalam kehidupan dunia3?” (HR. Al-Bukhari no. 5191 dan Muslim no. 3679)
Demikianlah nilai dunia, wahai saudariku. Dan tergambar bagimu bagaimana orang-orang yang bertakwa lagi cendikia itu mengarungi dunia mereka. Mereka enggan untuk tenggelam di dalamnya, karena dunia hanyalah tempat penyeberangan… Di ujung sana menanti negeri keabadian yang keutamaannya tiada terbandingi dengan dunia.
Al-Mustaurid bin Syaddad z berkata, “Rasulullah n bersabda:
مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ
“Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat?” (HR. Muslim no. 7126)
Al-Imam An-Nawawi t menerangkan, “Makna hadits di atas adalah pendeknya masa dunia dan fananya kelezatannya bila dibandingkan dengan kelanggengan akhirat berikut kelezatan dan kenikmatannya, tidak lain kecuali seperti air yang menempel di jari bila dibandingkan dengan air yang masih tersisa di lautan.” (Al-Minhaj, 17/190)
Lihatlah demikian kecilnya perbendaharaan dunia bila dibandingkan dengan akhirat. Maka siapa lagi yang tertipu oleh dunia selain orang yang pandir, karena dunia tak kan dapat menipu orang yang cerdas dan berakal. (Bahjatun Nazhirin, 1/531)
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
Source: Majalah Asy Syariah, Edisi 036.

Tuesday, January 14, 2014

Tanya Jawab Islam: Nasehat Bagi Orang Tua yang Memiliki Anak Gadis - Ust...

Penjagaan dari Yang Ghaib......

Qola Rasulullah saw:
مَنْ تَصَبَّحَ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعَ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرُّهُ فِى ذَلِكَ الْيَوْمِ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ
"Barangsiapa setiap pagi mengkonsumsi tujuh butir kurma 'Ajwah, maka pada hari itu ia akan terhindar dari racun dan sihir." (HR. Bukhari)

Subhanallah Allah menciptakan buah kurma dengan berbagai manfaatnya, diantaranya dengan memakan buah Kurma ajwa yang konon ditanam sendiri oleh Rasulullah saw, sebanyak 7 butir di pagi hari dengan nama dan idzin Allah Ta'ala manfaatnya adalah menjaga orang yang memakannya agar selamat dari racun dan sihir. Tapi bagi orang yang menderita diabetes seperti papaku...sebaiknya konsultasi dengan dokter dulu...kalau toh ingin memakannya dengan niat karena Allah dan mengikuti sunnahnya, makannya dengan lebih sedikit dan dalam bilangan ganjil bisa 5, 3 atau 1...mengingat kurma ini mengandung kadar gula yang tinggi bismillah sebaiknya satu dan yang terpenting sebelum makan baca bismillah dan memohon pada Allah semoga tetap diberi manfaat terjaga dari racun dan sihir dengan memakan buah kurma ajwa walaupun satu butir, semoga juga bermanfaat untuk kesehatan papa hingga mampu beribadah lebih baik hingga akhir hayat dan husnul khatimah...aamiin. Allahu a'lam...hanya nasihat seorang anak seorang faqir ilmu yang amat dhoif kepada papanya...Allah lebih mengetahui yang terbaik dan ghoib...semoga Allah mengampuni aku...aamiin

Jadi selagi masih muda dan sehat, ayuk mengikuti sunnah Rasulullah saw yang satu ini...jika punya kurma ajwa alhamdulillah....bismillah makanlah 7 butir di pagi hari...semoga Allah menjaga diri kita dari bahaya racun dan sihir...aamiin...Kalau tidak punya kurma ajwa, tidak mengapa...bersandarlah kepada Allah, tawakal, berbaik sangka ( daripada berpikir diracun atau disihir), memohon perlindungan Allah dari kedua bahaya itu (berdoa), menjaga dzikir pagi dan sore, Dzikir akan bermanfaat jika dengan hati yang khusyu, tidak lalai...lisannya mengucap, telinganya mendengar dan hatinya hadir...karena bacaan dzikir adalah doa dan doa dari hati yang lalai serta lengah tidak dikabulkan. Bacaan dzikir pagi afdholnya ba'da shalat subuh tapi kalau tidak mampu atau lupa, hendaknya dibaca di waktu masih pagi disaat lapang atau begitu sudah ingat dari lupa (di waktu pagi juga). Dzikir petang utamanya dibaca setelah shalat ashar ada yang ulama yg berpendapat setelah Maghrib...dan pendapat yg roji adalah ba'da ashar Allahu a'lam...yg penting semoga kita dimudahkan Allah untuk berdzikir dan dilapangkan Allah waktunya...aamiin...

Bagaimana jika orang yang sudah udzur karena tua atau sakit...mata tidak mampu membaca lagi...atau telinga tidak bisa mendengar dan lisan pun tidak mampu mengikuti orang yang mengajari atau menuntun berdzikir ini?
Semoga Allah masih memberikan kita ingatan membaca ayat kursi atau minimal dua surah pendek...surah Al Falaq dan surah An Naas...yang diantara faedahnya adalah menjaga kita dari bahaya racun dan sihir. Lalu tasbih, tahmid, tahlil diikuti dgn berdoa yang sepenuh hati dan merendah, memohon ampunan Allah dan penuh harap kepada Allah untuk kebaikan, keselamatan di dunia dan akherat juga, penjagaan Allah dari mara bahaya dari atas, kanan, kiri dan bawah, dari kejahatan diri dan syeitan dan berlindung dari kejahatan diri pada orang lain dan kejahatan orang lain pada diri, dijauhkan dari azab jahanam, qubur, fitnah dunya dan mati, fitnah dajjal, akhir zaman dan memohon diampuni dosa serta dimasukkan dalam Surga, berkumpul bersama orang-orang sholihiin, keluarga lagi kelak dan bertemu Rasulullah saw dan bisa memandang wajah Allah Azza wa Jalla subhanallah......aamiin Allahumma aamiin....Allahul musta'an...hanya kepada Allah lah kita meminta pertolongan....

Mama

Kasihan mama...
Hanya doa...semoga Allah menjaganya, memberikan pahala atas perbuatan baiknya...
Mama yang mengurus papa selama sakit, memasak makanan untuk papa, meminumkan obat, bahkan waktu aku telpon tadi mama sedang pergi ke apotik untuk membeli obat, entah dengan naik apa...
Aku gak bisa menggantikan mama mengerjakan semua itu...
Maafkan anakmu ini, ma...Yaa Allah rahmatilah mama dengan Jannatul Firdaus kelak...
Semoga aku bisa sekuat dan sesabar mama dalam mengurus suami dan anak-anakku...maa syaa Allah....aamiin.

"Like" Silet kali ini...

Subhanallah program TV yang mewawancarai Soraya Abdullah seperti mewakili kata hati saya..ha ha ha...bedanya saya bukan artis dan tidak cantik seperti dia...jadi selain pernah diterakin orang 'teroris' saya juga pernah dikomentari orang bahwa perempuan yang tidak cantik atau yang wajahnya tidak mengundang fitnah tidak wajib ditutupi...ha ha ha...subhanallah...

Pandangan masyarakat di Indonesia atau orang-orang Indonesia di Bangkok pada saya kurang lebih sama seperti yang dialami artis yang sudah tujuh tahun bercadar ini...reaksi orang tua terutama mama saya juga mirip dengan mamanya Soraya. Kakak dan kakak-kakak ipar saya juga belum ada yang berjilbab waktu itu...jadi mama merasa tertekan sendiri...berusaha menyuruh saya melepas cadar tapi sekarang alhamdulillah mama sudah bisa nerima keadaan saya kelihatannya. Mungkin karena saya tidak terlalu mengganggu mama karena saya tidak tinggal diIndonesia.
.
Soraya merasa lebih nyaman tinggal di KL sekarang...alhamdulillah saya pun lebih nyaman tinggal di Bangkok ketimbang di Jakarta tapi bagaimana ya... keluarga besar, orangtua dan mertua ada di sekitar Jabodetabek...dilematis memang...saya dan suami juga ingin kembali dan berbakti pada kedua orangtua di tanah air insyaaAllah. Semoga Allah memberi kemudahan dan tetap menolong saya dan kelg saya nanti..aamiin. Di Bangkok saya dengan pakaian seperti ini hanya dikira orang Arab atau dianggap muslimah dari anggota kelompok dakwah tablik yang diantaranya ada yg tinggal di kampung Jawa, Bangkok. Orang-orang di Bangkok sepertinya tidak masalah dengan muslimah bercadar selagi tidak menggangggu mereka. Kalau di Jakarta, masyarakat mencurigai saya hingga ada yang perbuatannya tidak menyenangkan...termasuk seorang petugas imigrasi yang kasar melayani saya (tapi ada juga yg sopan, tdk semuanya)...sedihnya...karena di negara saya sendiri yang mayoritas orangnya beragama Islam tapi memperlakukan saudara saudari seimannya bak penjahat no. 1. Hasbi Allah wa ni'mal wakiil...

Saya secara pribadi memakai pakaian ini sebagai usaha dalam takwa...karena mentaati Allah dan RasulNya, anjuran berjilbab ini terdapat dalam Al Qur'an surah Al Azab ayat 59. Lalu bagaimana dengan anjuran laki-laki boleh menikahi dua, tiga, empat atau satu wanita jika tidak mampu sebagaimana dalam surah An Nisa. Ya, saya tidak menafikkan anjuran tersebut juga ada dalam Al Qur'an. Rasulullah saw pun mencontohkannya hanya untuk Rasulullah saw lebih dari empat istri. Manusia biasa tidak mungkin semampu Rasulullah saw dalam berbagi yang benar dan adil. Makanya kalau ada orang yang mampu poligami dan keluarganya baik-baik saja, bahagia juga seperti keluarga dgn satu istri pada umumnya maka tidak perlu diributkan. Berati laki-laki itu punya ilmunya dan berusaha mengamalkan sesuai tuntunan Rasulullah saw. Kalau ada yang tidak berhasil dalam pernikahanannya...Allahu a'lam...kembali ke niatnya...apakah karena Allah dan mengikuti tuntunan Rasulullah saw atau hanya mengikuti hawa nafsu dan tidak memiliki ilmu agama yang wajib sebagai landasannya...ini yang perlu diluruskan dan diurusi oleh yang berhak. Wa amma man khofa wa nahannafsa 'anil hawa fa innal jannata hiyal ma'wah...bagi siapa yang menahan hawa dan nafsunya maka Jannah lah tempatnya...kalau hanya sekedar hawa nafsu belum sampai ke akherat sudah dpt neraka dunianya...Allahu a'lam... Iiih kok jadi nyerempet ke poligami...
Intinya...kalau ada perbedaan kita dalam Islam kembalikan kepada Al Qur'an dan As sunnah...
Selagi ada tuntunannya dalam Al Qur'an dan As sunnah maka tidak akan sesat.

Kecenderungan masyarakat zaman sekarang adalah meniru budaya barat yang selalu dianggap bagus padahal tdk selalu, banyak hal diantaranya yang lebih besar mudharatnya daripada manfaatnya bagi diri kita.Contohnya Wanita yang mengumbar aurat, zina, minum alkohol, judi, riba
Untuk kembali pada agama Allah, mengikuti sunnah Rasulullah saw, para sahabat terdahulu yang shalih zaman sekarang memang tidak mudah contoh kecilnya saja berpakaian yang menutup aurat seperti Soraya itu...dituduh teroris lah...hati-hati saudara saudariku, jangan sampai fitnah hingga saudari kita yang tak ada sangkut pautnya dengan kelompok radikal (yg saya setuju perbuatan batil dan zalim) menyembabkan saudari kita yg tidak bersama terzalimi...

Semoga kita bisa sabar menghadapi ujian dalam memurnikan sunnah dan menegakkan aqidah...ujian memang bukan hanya dari luar Islam melainkan dalam tubuh Islam sendiri. Kelompok-kelompok keras yang mengatasnamakan Islam membuat saudara saudari kita yang hanya menghidupkan sunnah dan kembali ke jalan Allah dicurigai, ditangkap dan dizalimi.Saya setuju, kelompok keras tersebut lah yang justru mengingkari sunnah. Islam itu agama yang damai. Kalau pun ada peperangan dalam menegakkan agama Allah pasti dengan terbuka dan sesuai sasaran bukan menlalui aksi bom bunuh diri yang merengut nyawa orang-orang tak bersalah. Bagaimana mungkin Rasulullah saw mengajarkan untuk membunuh jiwa-jiwa yang tidak bersalah. Khalid bin Walid yang ketika itu baru memeluk Islam alias belum paham benar ajaran Islam, dilarang Rasulullah saw untuk membunuh para wanita dan anak-anak dalam peperangan. Ajaran Rasulullah saw bukan seperti yang dituduhkan orang yang tidak kenal Islam. Ulama-ulama salaf bahkan mengecam keras tindakan terorisme yang mencemarkan nama baik Islam.  Ulama salaf juga mengingatkan untuk sabar menghadapi pemimpin sekalipun pemimpin yang zalim.

Allahul musta'an.
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan. Semoga kita istiqomah, yang penting tetap menjalin silaturahmi dengan orang tua, keluarga, terus mendakwahi keluarga dan berbuat kebajikan kepada orang lain,apa pun bangsa dan agama mereka...pada orang-orang non muslimin pun tetap bermuamalah dengan baik...yang tidak boleh kita lakukan adalah meniru ritual agama mereka, budaya-budaya mereka yang bertentangan dengan Islam. Saudara-saudariku seiman, kita tetap bersaudara walaupun ada perbedaan dan dengan perbedaan itu mari kita satukan sesuai Al Qur'an dan Assunah. Kita tinggalkan bid'ah dan syirik agar kita selamat...Allahu yahdikum saudara-saudariku sesama muslimin... Subhanallah...Islam sudah sempurna...insyaaAllah kita tinggal mempertahankannya kemurniannya saja hingga akhir hayat bi idznillah...

Perubahan Soraya Abdullah Menggunakan Cadar - Silet 11 Januari 2014 1

Monday, January 13, 2014

Ibunda dan Keluarga Soraya Abdullah Terkejut - Silet 11 Januari 2014

Masalah foto...

Alhamdulillah ditag foto lagi oleh teman di fesbuk...
Kali ini saya menahan diri untuk klik like...
Foto memang tidak sama dengan gambar orang yang dibuat tangan oleh orang...
Ada hadits bahwa orang yang membuat gambar orang ini di neraka tempatnya kelak na'udzubillahi min dzalik...
Dan orang yang memajang gambar makhluk seperti ciptaan Allah di dalam rumah...maka meyebabkan malaikat rahmah enggan masuk ke dalam rumah tersebut...Allahu a'lam...
Sedangkan foto menurut pendapat ulama tidak mengapa jika untuk alasan hukum seperti foto dalam paspor misalnya...
Tapi jika memajang foto karena ingin menunjukkan kecantikan, ketampanan, harta benda, perhiasan dunia seperti anak-anak atau pasangan,  menunjukkan tempat-tempat tertentu seperti tempat bekerja, sekolah,liburan, mengaji atau kegiatan dll...
Dikhawatirkan mendekati sifat riya dan sum'ah, bisa mengurangi keikhlasan dan tidak ittiba, mengikuti tuntunan Rasulullah saw.
Hingga ada pendapat ulama yang mengatakan meski foto orang tidak sama dengan gambar yang dibuat oleh tangan orang namun lebih baik tidak dipajang di rumah untuk menjaga hati dari kedua sifat tersebut dan agar malaikat rahmah berkenan masuk ke dalam rumah...Allahu a'lam.

Bismillah kalau saya kemudian menyembunyikan foto-foto di timeline fesbuk, bukan karena saya tidak suka keluarga, orangtua, saudara atau teman-teman saya. Subhanallah saya sayang semuanya namun rasa sayang ini sepatutnya diwujudkan dengan ikhlas dan ittiba, mengikuti tuntunan Rasulullah saw.

Sebagai antisipasi saya memang menghindari difoto tapi masih pelan-pelan, mengurangi dan mengurangi frekuensi ajakan berfoto...supaya tidak ekstrim...insyaaAllah lama-lama teman-teman akan paham bahwa saya lebih suka tidak difoto. Yaa Allah mudahkanlah saya untuk istiqomah...aamiin.

Sunday, January 12, 2014


Saturday, January 11, 2014

Mama Papa Tercinta...

Sejak papa pulang dari Surabaya, kesehatannya menurun lagi...
Masuk keluar dan masuk rumah sakit...
Sesak napasnya sering kambuh dan butuh penanganan medis.
Mama juga sudah menua...walau semangatnya kuat...
Aku khawatir kalau mama kelelahan akibatnya juga bisa fatal...
Maafkan aku ma...aku gak bisa membantu mama mengurus papa juga mengurus mama...
Subhanallah...maasyaaAllah...laa hawla wa laa quwwata illah billah mama memang lebih kuat daripada aku...subhanallah...Allah memberinya kekuatan...semoga papa bisa menemani papa hingga akhir hayat papa...tanpa rawatan dan dukungan mama, siapa yang membimbing papa untuk selalu mengingat Allah...untuk selalu mendirikan shalat walaupun dengan berbaring di tempat tidur.
Kontribusinya mama dalam keluarga dan masyarakat juga besar...
Mama masih bisa melayani pesanan kue dari langganannya...maa syaa Allah...
Kadang aku malu dengan keterbatasan diri ini.
Aku hanya seorang kurir, mengirimkan pesan atau titipan suami pada orang lain.
Tak lebih dari itu....semoga Allah mengampuni dosa-dosaku dan menutupnya dengan pahala dari amalan yang sederhana ini...aamiin...
Terkadang mulai terasa ujian Allah....terasa ada yang berkurang...terasa ada yang nyeri...alhamdulillah ala kulli hal...aku teringat sabda Rasulullah saw ketika menghibur seseorang yang sakit, tidak mengapa...menghapus dosa insyaaAllah...subhanallah Maha Suci Allah yang baik atau buruk ketetapanNya (buruk dimata manusia pada umumnya) sebenarnya keduanya tetaplah kebaikan bagi manusia...
Aku menasihati papa untuk terus taqarub pada Allah dalam keadaan sakit.
Tidak meninggalkan shalat lima waktu...usahakan wudhu meskipun sulit...
Karena manfaat wudhu pun membersihkan...berdoa sesudah wudhu, banyak bersujud alias menamban shalat wajib dengan shalat nafilah seperti tahajud, dua rakaat sunnah rawatib sebelum subuh, shalat dhuha...banyak memohon ampun dan mengingat Allah, memuji Allah, mengucapkan salam pada sesama, berkata baik, menasihati ahli keluarganya dengan kebenaran dan kesabaran (belakangan ini papa kan sering mendengarkan kajian di radio Islam), bersedekah dengan hartanya...sesungguhnya yang terpenting adalah akhir...walaupun awal kita buruk tapi apabila kita telah bertaubat, memperbaiki diri semoga beroleh husnul khatimah...jangan tunda besok karena belum tentu besok kita masih bisa menyebut asmaNya, mengagungkan asmaNya, sadar hingga bisa beramal shalih...jangan sampai tidak sempat dan juga jangan sampai bertaubat ketika nyawa sudah dikerongkongan karena terlambat...sebagaimana taubatnya Fir'aun yang tdk lagi bisa diterima na'udzubillahi min dzalik...
Upsst yang terakhir2 ini adalah nasihat untuk diriku sendiri.
Karena siapa bilang mati itu urusan umur...
Yang muda dan keliatannya sehat bukan berati selamat dari malaikat maut yang memgintai setiap saat
Dan mencabut nyawa kapan saja jika sudah ditetapkan waktunya oleh Allah Azza wa Jalla...