Our Life

Thursday, September 06, 2012

Suara-Suara Pengingat Kepada Allah

Ibu putuskan kalian ke sekolah dengan van sekolah saja.
Ayah ingin kalian naik kendaraan umum saja supaya kalian menjadi anak yang berani, mandiri.
Ibu mungkin terlalu penakut tapi ini kota, jalan raya...kalau pagi sulit mendapatkan taxi atau tuktuk kosong. Selain itu jalanan macet daripada ibu kepikiran, ibu pikir lebih aman naik van saja.Alhamdulillah van monitor nya juga orang Kampung Jawa, supirnya juga muslim...dia tinggal dekat mesjid Haroon di Charoen Krung.

Waktu ibu membuka pintu van antar jemput sekolah anak-anak.
Alhamdulillah terdengar lantunan murotal Qur'an dari speaker mobil
Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah pada kalian, kakak dan adik...
Ba'da subuh adik juga mendengarkan murotal surat An Naba.
InsyaAllah nanti malam kita belajar iqro lagi ya nak...
Kakak, semoga dengan ikut tahfidz Qur'an di sekolah kakak bertambah pintar sekaligus cinta Al Qur'an...amiin.
Di rumah juga terdengar jelas suara adzan di mesjid bahkan suara anak-anak mengaji ba'da maghrib di sana. Terkadang pengumuman berita duka.
Subhanallah...suara suara itu pengingat Kepada Allah.

Saya berusaha memenuhi janji pada Asma.
Saya tadi pijat di rumahnya lagi...kali ini foot massage aja...
Sambil cerita-cerita sama Asma
Allahu Akbar dulu dia beragama budha, masuk Islam karena pernikahan.
Sama seperti Yasmin dan istri kun Abdurrahman (pemilik ruko).
Asma bercerita, dulu di kerja sebagai marketing toko perhiasan/permata tapi karena dia ingin pakai hijab dan kalau kerja gak bisa pakai hijab akhirnya dia resign.
Saya tanya, apakah dia menyesal setelah resign?
Dia bilang tidak bahkan happy...
Dia beli rumah di charoen rat ini karena ingin dekat dengan mesjid juga.
Supaya anaknya bisa mengaji di mesjid.
Sekarang dia buka tempat massage (thai massage), jualan roti dan terima pesanan cake.
Sekaligus bisa mengurus anak dan orangtuanya di rumah (orangtuanya masih beragama budha) karena dia anak satu-satunya. Suaminya tidak bekerja, hanya membantu bisnisnya dan dakwah, subhanallah.
Saya tersentuh mendengar cerita Asma. Barakallahu fiik, yaa ukhti.


0 Comments:

Post a Comment

<< Home