Our Life

Sunday, July 28, 2013

Renovasi masjid dan kuburan Ban Oou, Charoen Krung

Masjid Baan Ouu lokasinya di ujung soi 46, Charoen  Krung, di samping (tapi bagian belakangnya) Robinson dan hotel Center Point, Charoen Krung. Di depan masjid ini ada kios daging sapi dan ayam halal. Sebagaimana masjid Jawa di Charoen Rat (gak begitu jauh dari Charoen Krung), masjid ini didirikan oleh muslimin jawa yang hijrah dan bekerja di Bangkok di atas tanah yang diberikan pemerintah Thailand. Masjid ini masjid pertama yg terdaftar di Bangkok. Allahu a'lam. Di saing masjid ada kuburan untuk muslimin. Sekarang ini masjid dan tanah kuburannya sedang dalam konstruksi perubahan dan perbaikan. Alhamdulillah aku lihat daftar donatur untuk renovasi masjid dll ini...United Emirat Arab nyumbang sekian...dan terlihat beberapa nama muslimin luar Thailand di sana....seharusnya begini ummat muslimin, jangan cuma menghabiskan uang untuk jalan-jalan, makan-makan dan shopping aja di Thailand tapi turut kontribusi dalam pembangunan, pemeliharaan tempat ibadah muslimin, berbelanja pada pedagang-pedang makanan halal di sekitarnya, selain ibadah, bisa makan makanan halal inshaaAllah thoyyibah ya, membantu mereka, orang2 muslimin yang kebanyakan memang miskin, bersedekah Al Qur'an, kalo bisa sih buku buku Islam salafi dari Saudi versi bahasa Thai...(wah jadi kepikiran mau minta tolong teman-teman di Saudi nih...) malah subhanallah atas kerjasama RI dgn muslim Thailand, guru2 tahfidz Qur'an dari Griya Surabaya dikirim tuk mengajar Qur'an di Bangkok. Kalo bisa juga mampir ke panti asuhan anak-anak yatim piatu. Apa pun bangsa dan negara jika agama kita sama, kita adalah saudara seiman. Sedangkan dengan yang non muslim juga saudara, dalam bermuamalah pun kita harus baik...melihat mereka kelaparan dan kesusahan, hati kita pun tersentuh tergerak membantu kesusahan mereka, apalagi kepada mereka yang saudara dekat...alias saudara seiman...dimana pun kita berada berbuatlah sesuatu untuk membantu kesusahan mereka atau demi kemudahan meteka dalam beribadah. Masa belanja puluhan juta kita bisa...sedikit saja utk kotak infaq shodaqoh di masjid-masjid aja tidak bisa, sedekah banyak lebih baik namun sedekah 20 bath pun dengan niat yang ikhlas, Allah akan membalas dengan yang lebih baik dan lebih banyak...bi idznillah...





Saturday, July 27, 2013


Kajian Ramadhan 15: I’tikaf Demi Raih Lailatul Qadar

1 Komentar // 26 Juli 2013
Kita telah mengetahui bahwa lailatul qadar adalah malam yang penuh kemuliaan dan punya keistimewaan dibanding malam-malam lainnya. Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadr: 1-5).
Mujahid mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar lebih baik dari 1000 bulan, yaitu untuk amalan, puasa, dan shalat malam yang dilakukan ketika itu lebih baik dari seribu bulan.
Mengenai i’tikaf yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan dalam hadits ‘Aisyah berikut ini, di mana beliau berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan i’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, hingga Allah mewafatkan beliau. Kemudian istri-istri beliau melakukan i’tikaf setelah beliau wafat.” (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172).
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ فِى كُلِّ رَمَضَانَ عَشْرَةَ أَيَّامٍ ، فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِى قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan i’tikaf di bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun di tahun beliau diwafatkan, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari.” (HR. Bukhari no. 2044).
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan untuk meraih lailatul qadar. Beliau ingin mengasingkan diri dari berbagai kesibukan dengan melakukan i’tikaf. Dengan menyendiri akan lebih berkonsentrasi dalam dzikir dan do’a. Dan beliau pun benar-benar menjauh dari manusia kala itu.”
Imam Ahmad sampai berpendapat bahwa orang yang beri’tikaf tidak dianjurkan bergaul dengan orang-orang sampai pun untuk tujuan mengajari ilmu atau membaca Al Qur’an. Imam Ahmad katakan bahwa yang lebih baik adalah menyendiri dan mengasingkan diri dari orang banyak untuk bermunajat pada Allah, serta berdzikir dan berdo’a. I’tikaf ini bermaksud menyendiri yang disyari’atkan dan hanya dilakukan di masjid. I’tikaf di masjid dilakukan agar tidak ketinggalan shalat Jum’at dan jama’ah. Namun kalau mengasingkan diri dengan tujuan supaya luput dari shalat Jum’at dan shalat jama’ah, maka jelas terlarang.
Ibnu ‘Abbas pernah ditanya mengenai seseorang yang puasa di siang hari dan mendirikan shalat malam lalu tidak menghadiri shalat Jum’at maupun shalat berjama’ah. Jawaban Ibnu ‘Abbas, “Ia di neraka.”
Menyendiri yang disyari’atkan adalah dilakukan di masjid, terkhusus di bulan Ramadhan, terkhusus lagi di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan.
Demikian ringkasan dari penjelasan Ibnu Rajab dalam Lathoiful Ma’arif, hal. 338.
Semoga kita dimudahkan untuk meraih malam seribu bulan, dan moga juga kita dimudahkan untuk melakukan i’tikaf.

Referensi:
Lathoif Al Ma’arif fii Maa Limawasimil ‘Aam minal Wazhoif, Ibnu Rajab Al Hambali, terbitan Al Maktab Al Islami, cetakan pertama, tahun 1428 H.
Disusun di malam hari, 17 Ramadhan 1434 H @ Pesantren Darush Sholihin, Warak, Girisekar, Panggang, Gunungkidul, D. I. Yogyakarta
Artikel Muslim.Or.Id
==========
Silakan like FB fanspage Muslim.Or.Id dan follow twitter @muslimindo
==========

Muhammad Abduh Tuasikal, ST., MSc.

Pimpinan at Pesantren Darush Sholihin
Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta. S1 Teknik Kimia UGM. S2 Polymer Engineering, King Saud University Riyadh. Murid Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy Syatsriy, Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir Al Barrak, Syaikh Sholih bin 'Abdullah bin Hamad Al 'Ushoimi. Pimpinan Redaksi Muslim.Or.Id. Pengasuh Web Rumaysho.Com. Pimpinan Pesantren Darush Sholihin, Gunungkidul, Yogyakarta
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di muslim.or.id dengan menyertakan muslim.or.id sebagai sumber artikel

Kajian Ramadhan 14: nuzulul Qur'an dan Tadabbur Qur'an


Kapan Al Qur’an itu diturunkan? Sebagian mengatakan bahwa turunnya adalah 17 Ramadhan sehingga dijadikan peringatan Nuzulul Qur’an. Padahal tujuan Al Qur’an diturunkan bukanlah diperingati, yang terpenting adalah ditadabburi atau direnungkan sehingga bisa memahami, mengambil ibrah dan mengamalkan hukum-hukum di dalamnya.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadr: 1-5).
Dalam surat Al Qadar di atas disebutkan bahwa Allah menurunkan Al Qur’an pada Lailatul Qadar. Malam ini adalah malam yang diberkahi sebagaimana disebutkan dalam ayat yang lain,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi” (QS. Ad Dukhon: 3). Malam yang diberkahi yang dimaksud di sini adalah Lailatul Qadar yang terdapat di bulan Ramadhan. Karena Al Qur’an itu diturunkan di bulan Ramadhan seperti disebut dalam ayat,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran ” (QS. Al Baqarah: 185).
Ada riwayat dari Ibnu ‘Abbas yang menjelaskan mengenai nuzulul Qur’an, yaitu waktu diturunkannya permulaan Al Qur’an. Ibnu ‘Abbas berkata,
أنزل الله القرآن جملة واحدة من اللوح المحفوظ إلى بيت العِزّة من السماء الدنيا، ثم نزل مفصلا بحسب الوقائع في ثلاث وعشرين سنة على رسول الله صلى الله عليه وسلم
Al Qur’an secara keseluruhan diturunkan dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah di langit dunia. Lalu diturunkan berangsur-angsur kepada Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- sesuai dengan peristiwa-peristiwa dalam jangka waktu 23 tahun.” (HR. Thobari, An Nasai dalam Sunanul Kubro, Al Hakim dalam Mustadroknya, Al Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah. Hadits ini dishahihkan oleh Al Hakim dan disetujui oleh Adz Dzahabi. Ibnu Hajar pun menyetujui sebagaimana dalam Al Fath, 4: 9).
Syaikh As Sa’di rahimahullah berkata, “Allah itu menjadikan permulaan turunnya Al Qur’an adalah di bulan Ramadhan di malam Lailatul Qadar.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 931).
Jika dinyatakan bahwa Al Qur’an secara keseluruhan itu diturunkan di bulan Ramadhan pada malam Lailatul Qadar, maka klaim yang mengatakan bahwa Al Qur’an diturunkan pada 17 Ramadhan, jelas-jelas tidak berdasar. Karena Lailatul Qadar itu terjadi di sepuluh hari terakhir. Sehingga jelas-jelas penetapan 17 Ramadhan sebagai perayaan Nuzulul Qur’an tidak berdasar atau mengada-ngada.
Perayaan Nuzulul Qur’an sama sekali tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga tidak pernah dicontohkan oleh para sahabat. Para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengatakan,
لَوْ كَانَ خَيرْاً لَسَبَقُوْنَا إِلَيْهِ
“Seandainya amalan tersebut baik, tentu mereka (para sahabat) sudah mendahului kita untuk melakukannya.” Inilah perkataan para ulama pada setiap amalan atau perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh para sahabat. Mereka menggolongkan perbuatan semacam ini sebagai bid’ah. Karena para sahabat tidaklah melihat suatu kebaikan kecuali mereka akan segera melakukannya. Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir, 6: 622, surat Al Ahqof (46) ayat 11.
Al Qur’an pun diturunkan bukan untuk diperingati setiap tahunnya. Namun tujuan utama adalah Al Qur’an tersebut dibaca dan direnungkan maknanya. Allah Ta’ala berfirman,
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. ” (QS. Shaad: 29).
Al Hasan Al Bashri berkata, “Demi Allah, jika seseorang tidak merenungkan Al Qur’an dengan menghafalkan huruf-hurufnya lalu ia melalaikan hukum-hukumnya sehingga ada yang mengatakan, “Aku telah membaca Al Qur’an seluruhnya.” Padahal kenyataannya ia tidak memiliki akhlak yang baik dan tidak memiliki amal.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 2: 418-419).
Membaca saja tentu belum tentu punya akhlak dan amal yang baik. Memperingati turunnya pun tidak bisa menggapai maksud mentadabburi Al Qur’an. Jadi yang terpenting adalah rajin-rajin mengkaji sekaligus mentadabburi Al Qur’an.
Hanya Allah yang memberi taufik.
Disusun di sore hari, 16 Ramadhan 1434 H @ Pesantren Darush Sholihin, Warak, Girisekar, Panggang, Gunungkidul, D. I. Yogyakarta
Artikel Muslim.Or.Id
==========
Silakan like FB fanspage Muslim.Or.Id dan follow twitter @muslimindo

Kakak & Ade, Semoga Kalian jadi anak2 shaliha dan shalih...aamiin

I love you for the sake of Allah...
Coz you are the gift from Allah
As a trial and jewelry in dunya
This is the word which can express how grateful I am...
"Alhamdulillah"


Mama papa di tanah air, sayangi dan jagalah mereka Yaa Allah



Tafakur Alam

Ketika tinggal di rumah kecil di belakang mesjid Jawa, biasanya tiap Jumat pagi, setelah anak-anak berangkat sekolah dan kurapikan rumah, kubuka jendela lebar-lebar supaya ada pergantian udara di dalam dengan di luar. Nyamuk-nyamuk kebon biasanya ikut masuk tapi gak apalah daripada aku akan kehilangan moment yang indah di pagi hari yang tenang. Aku duduk di kursi rotan panjang dan menolehkan kepala, memandang tanaman di halaman. Kalau terdengar suara kaki orang berjalan di gang baru kurubah posisi kepala membelakangi jendela. Subhanallah terdengar suara kicau burung di atas pohon tua yang tinggi dan ridang di halaman, burung-burung itu bertasbih, memuji Tuhannya dengan suara yang merdu. Mengajakku dzikir pagi atau membuka Al Qur'an untuk membaca surah Al Kahfi. Bukankah Rasulullah saw bersabda,"Man hafidzho'asyro aayaatim min awwali suurotil Kahfi 'ushima min fitnatid dajjal yang artinya barangsiapa yang hafal 10 ayat pertama dari surah Al-Kahfi, dia akan dilindungi dari fitnah dajjal. (HR muslim, Abu Dawud, Ahmad) oya dlm riwayat yg lain disebutkan, barangsiapa membaca...(bukan menghapal) Allahu a'lam. Dan membaca surah Al Kahfi ini disunnahkan pada malam Jum'at atau hari Jum'at.

Sekarang setelah tinggal dalam gedung bertingkat, pada tingkat 31 ini...aku jadi suka sekali memandang langit melalui jendela kaca. Terutama setelah kelar menyiapkan makanan buat suami yg mau pulang kerja di sore hari. Kududuk di sofa dekat jendela, mengarahkan pandangan pada atraksi burung-burung yang berterbangan di langit.Burung-burung itu terbang kompak dalam kelompoknya sesekali memisahkan diri kemudian masuk dalam group lagi...subhanallah...kadang kuajak ade dan kakak menikmati indahnya atraksi makhuh ciptaan Allah ini.

Teringat ayat 19 dalam surah Al Mulk. Sebuah surah yang disunnahkan tuk membacanya setiap malam. Barang siapa yang membacanya setiap malam, sungguh dia telah melakukan kebaikan. Bahkan fadhilah dari membaca surah ini, Allah akan menghalanginya dengan bacaan tersebut dari siksa qubur...inshaa Allah...
"Awalam yarau ilatthoiri fauqohum shooffaatiw wa yaqbidh. Maa yumsikuhunna illar rohmaan. Innahuu bikulli syaiim bashiir."
Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang memgembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.
Subhanallah....sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman.

Bahkan pada ayat kedua, ketiga surah Al Mulk, Allah menerangkan diriNya yang kuasa atas penciptaan tujuh langit yang berlapis-lapis dan ciptaan Allah,  Tuhan Yang Maha Pemurah itu sesuatu yang yang seimbang, tidak ada cacat. Maka Allah menyuruh Rasulullah saw melihat langit berulang-ulang utk mencari sesuatu yg tidak seimbang. Subhanallah sampai letih mata mencari, tak akan menemukan kecacatan di langit. Semuanya begitu sempurna...

Bintang-bintang pada malam hari sungguh penghias langit yang indah...
Aku juga bisa melihat bulan yang berubah ubah bentuknya dari hari ke hari lalu kembali bundar...subhanallah...
Bahkan memperhatikan tanda-tanda hujan mau turun...awan putih yang berubah kehitam-hitaman, petir yang menyambar jadi menyadarkan kami akan kerasnya azabMu selain nikmatNya kemurahanMu pada kami di dunia.
"Allahumma laa taqtulnaa bighodhobika wa laa tuliknaa bi'adzaabika wa aafinaa qobla dzaalik."
Ya Allah, janganlah Engkau bunuh kami dengan murkaMu, janganlah Engkau hancurkan kami dengan siksa-Mu, dan ampunilah kami sebelum itu (HR Tirmidzi (3372).
Ketika mendengar suara angin kencang yang bertiup mengingatkan kami pada kisah kisah kaum terdahulu yang di azab yaitu kaum Aad. Ampunilah dosa-dosaku dan kami, hamba-hambaMu ini yaa Rabbana...selamatkanlah kami dari azab dunya juga qubur dan akherat...aamiin.
Ketika hujan turun....Allahumma syoyiban naafi'aa...Ya Allah, jadikanlah hujan yang bermanfaat.
Kemudian hujan pun reda...Muthirnaa bi fadhlillaahi wa rohmatih
Kita diberi hujan karena kemurahan Allah dan rahmat Nya.

Senangnya hati ketika alam kembali lagi tenang...matahari pun bersinar, menerangi dan menghangatkan kembali.
Alhamdulillahi ladzii bini'matihi tatimmush shoolihaat
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmatNya sempurnalah segala yang baik-baik.
(HR Ibnu Majah)


Wednesday, July 24, 2013

Kajian Ramadhan 10:: Menghidupkan Malam Ramadhan Dengan Shalat Tarawih



Ada dua jihad yang mesti kita perjuangkan di bulan Ramadhan. Yang pertama, berpuasa di siang hari. Yang kedua, melaksanakan shalat malam di malam harinya.
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah menjelaskan, “Ketahuilah bahwa seorang mukmin melakukan dua jihad di bulan Ramadhan. Jihad pertama adalah jihad pada diri sendiri di siang hari dengan berpuasa. Sedangkan jihad kedua adalah jihad di malam hari dengan shalat malam. Siapa yang melakukan dua jihad dan menunaikan hak-hak berkaitan dengan keduanya, lalu terus bersabar melakukannya, maka ia akan diberi ganjaran di sisi Allah dengan pahala tanpa batas (tak terhingga).” Ini yang beliau sebutkan dalam Lathoiful Ma’arif, hal. 306.
Ka’ab bin Malik berkata, “Setiap yang menjaga amalannya akan dipanggil pada hari kiamat dan akan diberi balasan. Adapun ahli Qur’an dan puasa, mereka akan dibalas dengan pahala tak terhingga.” Disebutkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 3928.
Ahli Al Qur’an itu dapat digapai oleh orang-orang yang menghidupkan shalat malam dengan bacaan Al Qur’an mereka.
Adapun mengenai keutamaan shalat malam di bulan Ramadhan disebutkan dalam hadits-hadits berikut,
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).
Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah shalat tarawih sebagaimana yang dituturkan oleh An Nawawi sebagaimana disebutkan dalam Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 6: 39. Hadits ini memberitahukan bahwa shalat tarawih bisa menggugurkan dosa dengan syarat dilakukan karena iman yaitu membenarkan pahala yang dijanjikan oleh Allah dan mencari pahala dari Allah, bukan karena riya’ atau alasan lainnya. (Lihat Fathul Bari, 4: 251).
Yang dimaksud “pengampunan dosa” dalam hadits ini adalah bisa mencakup dosa besar dan dosa kecil berdasarkan tekstual hadits, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnul Mundzir. Namun An Nawawi mengatakan bahwa yang dimaksudkan pengampunan dosa di sini adalah khusus untuk dosa kecil. (Idem)
Adapun pengampunan dosa di situ didapati jika bulan Ramadhan telah usai yaitu ketika ia menyempurnakanpuasa Ramadhan dan qiyam Ramadhan (shalat tarawih). (Lathoiful Ma’arif, hal. 365-366).
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya. Lalu beliau bersabda,
إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةً
Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.” (HR. An Nasai no. 1605, Tirmidzi no. 806, Ibnu Majah no. 1327, Ahmad dan Tirmidzi. Tirmidzi menshahihkan hadits ini. Syaikh Al Albani dalam Al Irwa’ no. 447 mengatakan bahwa hadits ini shahih).  Hal ini sekaligus merupakan anjuran agar kaum muslimin mengerjakan shalat tarawih secara berjama’ah dan mengikuti imam hingga selesai.
Semakin banyak ayat yang dibaca dalam shalat malam, maka semakin banyak ganjaran yang diperoleh. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ بِعَشْرِ آيَاتٍ لَمْ يُكْتَبْ مِنَ الغَافِلِيْنَ وَ مَنْ قَامَ بِمِائَة آيَةٍ كُتِبَ مِنَ القَانِتِيْنَ وَ مَنْ قَرَأَ بِأَلْفِ آيَةٍ كُتِبَ مِنْ المقَنْطِرِيْنَ
Barangsiapa yang shalat malam dengan 10 ayat, maka ia tidak dicatat sebagai orang-orang yang lalai. Barangsiapa yang shalat malam dengan membaca 100 ayat, maka ia dicatat sebagai orang-orang yang taat. Barangsiapa yang shalat malam dengan 1000 ayat, maka ia dicatat sebagai orang-orang yang diberi pahala yang melimpah.” (HR. Ibnu Hibban dalam shahihnya no. 662. Syaikh Al Albani menshahihkan hadits ini dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 642).
Demikian penjelasan ringkas mengenai keutamaan shalat malam, semoga kita bisa terus merutinkannya.
Hanya Allah yang memberi taufik.

Referensi:
Lathoif Al Ma’arif fii Maa Limawasimil ‘Aam minal Wazhoif, Ibnu Rajab Al Hambali, terbitan Al Maktab Al Islami, cetakan pertama, tahun 1428 H.
Disusun di pagi hari, 13 Ramadhan 1434 H @ Pesantren Darush Sholihin, Warak, Girisekar, Panggang, Gunungkidul, D. I. Yogyakarta
Artikel Muslim.Or.Id
==========
Silakan like FB fanspage Muslim.Or.Id dan follow twitter @muslimindo
==========

Muhammad Abduh Tuasikal, ST., MSc.

Pimpinan at Pesantren Darush Sholihin
Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta. S1 Teknik Kimia UGM. S2 Polymer Engineering, King Saud University Riyadh. Murid Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy Syatsriy, Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir Al Barrak, Syaikh Sholih bin 'Abdullah bin Hamad Al 'Ushoimi. Pimpinan Redaksi Muslim.Or.Id. Pengasuh Web Rumaysho.Com. Pimpinan Pesantren Darush Sholihin, Gunungkidul, Yogyakarta
Anda diperkenankan untuk menyebarkan, re-publikasi, copy-paste atau mencetak artikel yang ada di muslim.or.id dengan menyertakan muslim.or.id sebagai sumber artikel
tas radio muslim

Tinggalkan Komentar