Our Life

Thursday, August 28, 2014

Selalu Ada Keajaiban Setiap Hari...Ma syaa Allah...

Sungguh Allah itu Maha Pengasih Maha Penyayang. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu...Dia lah Raja tertinggi...yang kerajaanNya dan kekuasaanNyameliputi apa yang ada di langit dan di bumi. Allah memberikan kepada siapa saja apa yang Ia kehendaki. Dan segalanya yang di langit dan di bumi ini berada dalam kekuasaanNya, berserah diri, tunduk dan patuh pada kehendakNya...namun memang manusia lah yang paling suka membangkang...Padahal kami, manusia sudah berikrar melalui bacaan surah Al Fatihah dalam shalat yang kami dirikan bahwa "Iyyaa kana'budu wa iyyaa kanasta'iin..."
Hanya kepada Mu kami beribadah dan hanya kepada Mu  lah kami meminta pertolongan. 

Allah berfirman bahwa tidaklah Kuciptakan  jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah padaKu saja...namun kenyataannya masih banyak manusia yang lalai dari ibadah pada Allah..jangankan mendirikan shalat...meminta pertolongan pada Allah saja tidak, na'udzubillahi min dzalik...padahal apa yang terjadi seperti musibah adalah kehendak Allah, jadi yang mampu mengubahNya hanyalah Allah semata maka kepadaNya lah kami harus meminta pertolongan...bukan kepada makhluh ciptaan Allah yang lemah...saling tolong menolong antar manusia, benar...namun menjadikan manusia sebagai dewa penolong sehingga kami lebih tunduk dan patuh padaNya daripada kepada Allah itu yang batil.

Kami juga memohon, "Tunjukilah kami jalan yang lurus,"
Subhanallah...Allah Maha Pemberi...aku seringkali mendapatkan hidayah melalui cara Allah yang amazing...ma syaa Allah laa quwwata illah billah. Misalnya dalam suatu kondisi anakku sedang melawan aku, kemudian aku menyalakan TV dan subhanallah...ada tauziyah agama yang temanya tentang berbuat baik kepada orangtua terutama pada ibu. Kali ini ma syaa Allah baru saja aku ribut dengan suami tiba-tiba ma syaa Allah muncul notifikasi ada postingan dari Buletin Tauhid seperti ini:

Nasehat untuk para pasutri:

Orang Arab mengatakan:
Jangan tengkar sejam menghancurkan cinta yang telah dibangun bertahun-tahun lamanya.
Ustdaz. Aris Munandar

Inilah hidayah...petunjuk...bagi orang yang berakal...atau yang mau memakai akalnya...semoga Allah memberikan aku akal sehat hingga aku bisa menerima hidayah. Terutama petunjuk Allah berupa Al Qur'an dan Sunnah...amiin. Ya Allah berilah aku hidayahMu selalu dan jangan Kau padamkan hidayahMu untukku. Tunjukilah aku jalan yang lurus sesuai Al Qur'an dan Sunnah...seperti jalannya orang-orang yang Engkau beri nikmat,mereka yang beriman, yang Kau beri taufik agar mampu meninggalkan yang batil dan mengerjakan yang haq sesuai perintahMu, yaitu orang2 terdahulu para nabi, sahabah dan orang shalihin.

Bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat...



Hikmah Dibalik Cobaan

Dibalik cobaan yang Kau berikan padaku, aku justru menemukan DiriMu. Kau tidak memberikan segala yang kusukai melainkan yang kubutuhkan walaupun itu pedih....namun itu yang terbaik untukku. Aku jadi teringat padaMu lalu lari padaMu, Engkaulah satu-satunya tempat terbaik untukku mengadu..akhirnya.aku tahu kenyataan inilah yang terbaik untukku...Kau yang telah memberikan aku pendamping yang terbaik sekaligus ujian bagiku...yaa..dia tetaplah, dan selalu yang terbaik dariMu untukku...Alhamdulillah...karena dia...aku berlari padaMu, menumpahkan segalanya padaMu. Hingga akhirnya aku merasa Kau mencintaiku, Kau meraih tanganku, Kau mendekatiku, Kau tidak pernah meninggalkanku sendiri...aku pun ingin bisa dekat padaMu bahkan aku rindu ingin bertemu denganMu...kini aku amat bersyukur, terima kasih suamiku karena dialah aku mengenalMu, kalau aku tidak pernah menangis karena menahan kepedihanku karenanya, mungkin aku tidak pernah mengenalMu Yaa Rabbana...alhamdulillah ala kulli hal...Aku mencintai suamiku karenaMu...kini aku ridha apa bagaimanapun sikapnya padaku karena kutahu...kini aku tidak akan sendiri...ada Engkau Yang Tidak Pernah Lengah Sedikitpun...dan Tidak Akan Meninggalkanku...


Monday, August 25, 2014


Thursday, August 21, 2014

Kategori Risalah : Sakit, Obat

Jangan Biarkan Hati Anda Menderita Karena Hasad

Selasa, 26 Juli 2011 23:04:13 WIB
JANGAN BIARKAN HATI ANDA MENDERITA KARENA HASAD

Oleh
Ustadz Nur Kholis bin Kurdian


BAHAYA HASAD
Hasad (dengki) merupakan penyakit hati yang berbahaya bagi manusia, karena penyakit ini menyerang hati si penderita dan meracuninya; membuat dia benci terhadap kenikmatan yang telah diperoleh oleh saudaranya, dan merasa senang jika kenikmatan tersebut musnah dari tangan saudaranya.

Pada hakikatnya, penyakit ini mengakibatkan si penderita tidak ridha dengan qadha’ dan qadar Allah Azza wa Jalla, sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim rahimahullah : “Sesungguhnya hakikat hasad adalah bagian dari sikap menentang Allah Azza wa Jalla, karena ia (membuat si penderita) benci kepada nikmat Allah Azza wa Jalla atas hamba-Nya; padahal Allah Azza wa Jalla menginginkan nikmat tersebut untuknya. Hasad juga membuatnya senang dengan hilangnya nikmat tersebut dari saudaranya, padahal Allah k benci jika nikmat itu hilang dari saudaranya. Jadi, hasad itu hakikatnya menentang qadha’ dan qadar Allah Azza wa Jalla.”[1]

Penyakit ini sering dijumpai di antara sesame teman sejabatan, seprofesi, seperjuangan, atau sederajat. Oleh sebab itu, tak jarang dijumpai ada pegawai kantor yang hasad kepada teman sekantornya, tukang bakso hasad kepada tukang bakso lainnya, guru hasad kepada guru, orang ahli ibadah atau Ustadz atau kyai hasad kepada yang sederajat dengannya. Jarang dijumpai hasad tersebut pada orang yang beda kedudukan dan derajatnya, seperti tukang bakso hasad kepada kyai atau tukang becak hasad kepada Ustadz, meskipun tidak menafikan kemungkinan terjadinya.

Penyakit hasad hendaknya dijauhi oleh setiap Muslim, karena madharatnya sangat besar, terutama bagi si penderita baik madharat dari sisi agama maupun dunianya. Tidakkah kita ingat, kenapa Iblis dilaknat oleh Allah Azza wa Jalla?; tidak lain karena sikap hasad dan sombongnya kepada Adam Alaihissallam yang sama-sama makhluk Allah Azza wa Jalla.

Dari sisi lain hasad juga merupakan sifat sebagian besar orang Yahudi dan Nasrani, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :

أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَىٰ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ

Ataukah mereka (orang Yahudi) dengki kepada manusia (Muhammad dan orang-orang Mukmin) lantaran karunia yang Allah telah diberikan kepada mereka?..” [an-Nisa’/4:54]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman tentang hasad mereka:

وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ

Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang timbul dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.” [Qs al-Baqarah/2: 109]

Oleh sebab itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang orang Muslim dari sifat hasad tersebut, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَقَاطَعُوْا وَلاَ تَدَابَرُوْا وَلاَ تَبَا غَضُوْا وَلاَ تَحَا سَدُوْا وَكُوْنُوْا إِخْوَانًا كَمَا أَمَرَ كُمُ اللَّهُ

Janganlah kalian memutuskan tali persaudaraan, saling berpaling ketika bertemu dan saling membenci serta saling dengki. Jadilah kalian bersaudara sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah. [HR.Muslim] [2]

SEBAB-SEBAB HASAD
Sumber dan penyebab hasad adalah cinta dunia, baik cinta harta benda, kedudukan, jabatan maupun pujian manusia.

Dunia memang sempit, sering menyempitkan mereka yang memburu dan mencintainya, sehingga tak jarang mereka berjatuhan pada lembah hasad, karena tabiat kekayaan dunia tidak akan bisa dimiliki kecuali ia berpindah dari tangan satu ke tangan lainnya dan berkurang jika dibelanjakan. Berbeda dengan akhirat yang sangat luas, seperti langit yang tak berujung dan seperti lautan yang tak bertepi. Karena sangat luasnya, sehingga tidak menyempitkan orang yang memburu dan mencintainya, sebagaimana kita tidak menjumpai orang berjejal-jejal untuk melihat keindahan langit di waktu malam, karena luasnya dan cakupannya terhadap setiap mata yang memandang.

Ibnu Sirin rahimahullah berkata: “Aku tidak pernah hasad kepada seorang pun dalam masalah dunia, karena jika dia termasuk ahli surga, maka bagaimana aku hasad kepadanya dalam masalah dunia, padahal dia akan masuk surga? Dan jika dia termasuk ahli neraka, maka bagaimana aku hasad kepadanya dalam hal dunia, sedangkan dia akan masuk neraka?.”[3]

Jika tujuan seseorang adalah akhirat, maka hatinya bersih dari hasad, tenang, jernih seperti air yang memancar dari mata air pegunungan; lembut bagaikan sutera, tidak ada tempat bagi hasad di dalamnya. Akan tetapi jika tujuannya adalah dunia, maka hati sangat rawan terjangkit hasad, mudah ternoda dan keruh. Oleh sebab itu, bagi mereka yang mempunyai belas-kasihan terhadap hatinya, hendaknya dia meninggalkan cinta dunia dan menggantikannya dengan cinta akhirat. Karena kenikmatan akhirat tidaklah menyempitkan orang yang memburunya. Ia adalah kenikmatan yang sesungguhnya, kenikmatan yang luar biasa, tidak sebanding dengan kenikmatan-kenikmatan dunia. Kenikmatan tersebut bisa dirasakan oleh orang yang sangat mencintainya, mencari dan memburunya di dunia ini. Jika seseorang tidak ingin memburu kenikmatan hakiki tersebut, atau lemah keinginannya, maka dia bukanlah kesatria, karena yang memburu kenikmatan yang hakiki tersebut adalah para ksatria.[4]

OBAT HASAD
Setelah kita mengetahui bahwa hasad adalah penyakit hati yang berbahaya. Maka, tentunya kita ingin mengetahui obat dan terapi hasad tersebut. 

Sebenarnya, penyakit hati yang satu ini tidaklah dapat diobati dengan pil atau kapsul dari apotik atau dengan suntik, herbal atau pijit urat, akan tetapi penyakit hati ini hanya dapat diobati dengan ilmu dan amal. 

Adapun obat yang pertama adalah ilmu. Ilmu yang bermanfaat untuk mengobati hasad adalah pengetahuan tentang hakikat hasad itu sendiri. Di antaranya, mengetahui bahwa hasad itu berbahaya bagi si penderita, baik bagi agamanya maupun dunianya. Di dunia, hatinya selalu menderita dan tersayat-sayat, boleh jadi dia mati karenanya. Bagaimana tidak? Dia membenci orang lain yang mendapat kenikmatan dan mengharap nikmat tersebut musnah darinya. Padahal, hal itu telah ditakdirkan oleh Allah Azza wa Jalla dan tidak akan musnah sampai saat yang telah ditentukan.

Orang yang hasad ibarat orang yang melempar bumerang kepada musuh. Bumerangnya tidak mengenai sasaran, tetapi bumerang itu kembali kepadanya, sehingga mengenai mata kanannya dan mengeluarkan bola matanya. Lalu dia pun bertambah marah dan kembali melempar kedua kalinya dengan lebih kuat. Akan tetapi, bumerang itu seperti semula, tidak mengenai sasaran dan kembali mengenai mata sebelah kirinya sehingga dia buta. Kemarahannya pun bertambah menyala-nyala, kemudian dia melempar ketiga kalinya dengan sekuat tenaga, akan tetapi bumerang tersebut kembali mengenai kepalanya sampai hancur, sedangkan musuhnya selamat dan mentertawakan dia, karena dia mati atas perbuatannya sendiri. Sedangkan di akhirat nanti, dia akan mendapat adzab dari Allah Azza wa Jalla, jika hasad tersebut melahirkan perkataan dan perbuatan, karena statusnya adalah orang yang telah mendzalimi orang lain ketika di dunia.

Perlu diketahui pula bahwa hasad juga tidak berbahaya bagi orang yang dihasad, baik bagi agamanya maupun dunianya. Dia tidak berdosa dengan hasad orang lain kepadanya. Bahkan, dia mendapatkan pahala jika hasad tersebut keluar berwujud perkataan dan perbuatan, sebab dia termasuk orang yang dizhalimi. Kenikmatan yang ada padanya juga tidak akan musnah karena hasad orang lain kepadanya, sebab kenikmatan tersebut telah ditakdirkan untuknya. 

Adapun obat kedua adalah amal perbuatan. Amal perbuatan yang manjur untuk mengobati hasad adalah melakukan perbuatan yang berlawanan dengan perbuatan yang ditimbulkan oleh hasad. Misalnya; gara-gara hasad seseorang ingin mencela dan meremehkan orang yang dihasad. Jika seperti ini, hendaknya dia melakukan hal yang berbeda yaitu memuji orang yang dihasad tersebut. Kemudian jika hasad itu membuatnya sombong kepada orang yang dihasad, maka hendaknya dia tawaddu’ kepadanya. Jika hasad membuatnya tidak berbuat baik atau tidak member hadiah kepada orang yang dihasad, maka, hendaknya dia melakukan sebaliknya, yaitu berbuat baik dan memberikan kepadanya hadiah. Dengan seperti ini insya Allah hasad di hati akan segera lenyap dan hati kembali sehat dan normal.[5]

HASAD YANG DIPERBOLEHKAN?
Mungkin di antara kita ada yang bertanya-tanya. Apakah benar hasad itu ada yang diperbolehkan? Jawabannya, marilah kita simak sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.:

لاَحَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسَلَّطَهُ عّلّى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

Artinya: Tidak ada hasad kecuali kepada dua orang,yang pertama; kepada seseorang yang telah diberi harta kekayaan oleh Allah dan ia habiskan dijalan yang benar, yang kedua; kepada seseorang yang telah diberi hikmah (ilmu) oleh Allah dan ia memutuskan perkara dengannya serta mengajarkannya. [HR.Muttafaq alaih].[6]

Akan tetapi, hasad dalam hadits ini berbeda pengertiannya dengan hasad yang telah disebutkan di atas. Hasad yang ini disebut oleh para Ulama’ dengan sebutan Ghibtâh, yaitu menginginkan kenikmatan seperti yang telah diperoleh oleh orang lain dengan tanpa membenci orang tersebut, serta tidak mengharapkan kenikmatan itu musnah darinya. Syaikh Abdul Muhsin al ‘Abbâd hafizhahullâh dalam menjelaskan hadits di atas berkata; “Yang dimaksud hasad di sini adalah ghibtâh”.[7]

Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ghibtâh adalah ingin mendapat kenikmatan sebagaimana yang diperoleh oleh orang lain dengan tanpa mengharapkan nikmat tersebut musnah darinya. Jika perkara yang di ghibtâh tersebut adalah perkara dunia, maka hukumnya adalah mubâh (boleh). Jika perkara tersebut termasuk perkara akhirat, maka hukumnya adalah mustahab (sunnat), dan makna hadits di atas adalah tidak ada ghibtah yang dicintai (oleh Allah Azza wa Jalla) kecuali pada dua perkara (yang tersebut di atas) dan yang semakna dengannya”.[8]

Dengan demikian, hendaknya seorang Muslim senantiasa meninggalkan hasad dan menggantinya dengan ghibtâh.

Washallâhu alâ Nabiyyina Muhammad wa alâ alihi washahbihi wasallam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XIII/1430H/2009M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858197]
_______
Footnote
[1]. Al-Fawâ’id (hlm. 157 Cet. Dârul Fikr - Beirut).
[2]. Shahîh Muslim (Juz 8/ hlm. 10).
[3]. Raudhatul Uqalâ’ Wanuzhatul Fudhalâ’ (hlm. 119 Cet. Maktabah Ashriyah – Beirut).
[4]. Mukhtashar Minhâjul Qâsidîn (hlm.188-189 Cet. Maktabah dârul Bayân - Damaskus) bittasharruf.
[5]. Mukhtashar Minhâjul Qâshidîn (Hal. 189-190 Cet. Maktabah Dârul Bayân - Damaskus) bittasharruf
[6]. Shahîh al-Bukhâri (No. 6886 Cet.3 Dâr Ibnu Katsîr – Beirut. Tahqîq Dr..Mushtafa Dibul bugha) Shahîh Muslim (No. 1933 Cet. Dârul jiel dan Dârul Auqâf al-Jadîdah – Beirut).
[7]. Syarah Sunan Abu Dâwud, hadits “Iyyâkum walhasada”
[8]. Al-Minhâj Syarhu Shahîh Muslim Ibnul Hajjâj (Juz. 6/ Hlm. 97. Cet.2 - Dâr Ihyâ’ Turâts al-Arabi – Beirut).
  



Wednesday, August 20, 2014

Menanti waktunya kita berkumpul kembali

Menanti adalah sesuatu yg membosankan...
Bahkan kadangkala melelahkan...
Kata ustadz Agus dulu, dalam penantian (seperti menanti bus di bus shelter kali yaaa)....supaya tidak bosan..dan waktunya menjadi bermanfaat...sebaiknya diisi dengan membaca Al Qur'an, mentadaburi dan menghafalkannya. Karena sebaik-baik bacaan memang Al Qur'an...dan Al Qur'an adalah kalamullah...yang pasti bermanfaat...pasti menghibur...
Insya Allah kita ketemu lagi ya yah, berkumpul lagi sama anak-anak...bi idznillah...