Our Life

Saturday, March 21, 2015

Rumah Kecil Di Belakang Masjid Jawa Sekarang...

Alhamdulillah...saya dulu pernah tinggal di rumah kecil di belakang masjid Jawa ini...ma syaa Allah laa quwwata illah billah...ini pavilion keluarga besar Irfan Dhahlan...jazaakumullahu khayran kak Waridah dan kak Rampai yang baik hati, menolong kami dengan mengizinkan tinggal atau menyewa pavilion itu untuk sementara waktu sebelum kami menemukan apartement yang pas.

Rumah yang mungil dan cantik...aku suka sekali...setelah kami tinggalkan rumah itu direnovasi dan ma syaa Allah makin cantik sekarang...
Tampak rumah mungil itu dari teras rumah induk yang menghadap halaman belakang...soo sweet....I miss this home...

Thursday, March 12, 2015

Resep Kue Sus Ragout Udang Jamur

Jika selama ini Anda menyajikan sus dengan isi vla yang manis dan lembut kini Anda dapat membuat sus dengan isi yang gurih. Sus ragout udang jamur ini bisa menjadi pilihan yang tepat.

 


Bahan-bahan/bumbu-bumbu:
250 ml air 
125 gram margarin 
1/2 sendok teh garam 
1/2 sendok teh gula pasir 
150 gram tepung terigu protein sedang 
200 gram telur 

Bahan Isi:
175 gram udang, cincang kasar
75 gram jamur kancing, dipotong-potong
1/2 buah bawang bombay, dicincang halus
3 siung bawang putih, dicincang
1 1/2 sendok makan margarin 
3 sendok makan tepung terigu 
350 ml kaldu ayam 
1 sendok teh garam 
1/4 sendok teh merica 
1/4 sendok teh gula pasir 

Cara membuat sus ragout udang jamur:

  1. Masak air, margarin, garam, dan gula pasir hingga mendidih. Matikan api. Masukkan tepung terigu sedikit-sedikit. Aduk rata. Nyalakan api kembali. Aduk hingga kalis. Angkat. Dinginkan.
  2. Tambahkan telur sedikit-sedikit sambil dikocok rata. Masukkan adonan ke dalam plastik segitiga yang sudah diberi spuit. Semprotkan adonan ke dalam loyang yang sudah dioles margarin
  3. Oven dengan api bawah suhu 200 derajat Celcius 30 menit hingga matang. Dinginkan.
  4. Tumis bawang bombay dan bawang putih sampai harum dalam mentega. Masukkan udang, aduk hingga berubah warna. Masukkan tepung terigu. Aduk hingga berbutir.
  5. Tuangkan campuran susu dan kaldu sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga meletup-letup.
  6. Masukkan jamur kancing, garam, merica, dan gula. Aduk kembali. Angkat.
  7. Belah sus tidak putus. Semprotkan isi.

 

Untuk 40 buah

 


Friday, March 06, 2015

Copas dari alquranmulia.wordpress.com

Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Muzzammil (1)

1SEP

Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Muzzammil (Orang yang Berselimut)

Surah Makkiyyah; surah ke 73: 20 ayat

 

bismillaaHir rahmaanir rahiim

(“Dengan menyebut Nama Allah Yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang”)

 

“1. Hai orang yang berselimut (Muhammad), 2. bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), 3. (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. 4. atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. 5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu Perkataan yang berat. 6. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. 7. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). 8. sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. 9. (Dia-lah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Maka ambillah Dia sebagai Pelindung.” (al-Muzzammil: 1-9)

 

Allah Ta’ala memerintahkan Rasul-Nya saw. meninggalkan keadaan berselimut, yaitu menutupi dir pada malam hari, untuk selanjutnya bangun menghadap Rabb-nya sebagaimana yang difirmankan: tatajaafaa  junuubuHum ‘anil madlaaji-‘i yad’uuna rabbaHum khaufaw wa thama-‘aw wa mimmaa razaqnaaHum yungfiquuna (“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Rabbnya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian rizky yang Kami berikan kepada mereka.” (as-Sajdah: 16)

 

Demikianlah Nabi saw. melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala berupa qiyamul lail, yang bersifat wajib hanya untuk beliau saja, sebagaimana  yang difirmankan Allah Ta’ala: wa minal laili fataHHajjad biHii naafilatal laka ‘asaa ay yab’atsaka  rabbuka maqaamam mahmuudan (“Dan pada sebagian malam hari shalat tahajjutlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (al-Israa’: 79)

 

Dan di sini, Allah Ta’ala menjelaskan kadar waktu bangun, dimana Dia berfirman: yaa ayyuHal muzzammilu, qumil laila illaa qaliilan (“Hai orang-orang yang berselimut, bangunlah [untuk shalat] di malam hari, kecuali sedikit [darinya].”) Qatadah mengatakan: almuzzammil adalah yang terbungkus di dalam bajunya.” Ibrahim an-Nakha’i mengemukakan: “Ayat ini turuk ketika beliau masih berselimut beludru.”

Firman Allah: nishfaHuu (“Seperduanya”) merupakan kata ganti dari kata al-lail. Awingqush minHu qaliilan. Aw jid ‘alaiHi  (“Atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu.”) yaitu Kami memerintahkanmu untuk bangun pada pertengahan malam dengan sedikit tambahan atau sedikit pengurangan dari shalat malam, tidak ada dosa bagimu dalam hal ini.

 

Firman-Nya: wa rattilil qur-aana tartiilan (“Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.”) maksudnya bacalah al-Qur’an dengan perlahan, sebab hal itu akan membantu dalam memahami dan merenunginya. Dan di awal penafsiran telah disampaikan beberapa hadits yang menunjukkan disunnahkannya bacaan tartil dan pengindahan suara ketika membaca al-Qur’an.

 

Innaa sanulqii ‘alaika qaulan tsaqiilan (“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepada perkataan yang berat.”) al-Hasan dan Qatadah mengatakan: “Yakni [untuk] mengamalkannya.” Ada juga yang mengatakan: “Berat pada saat turunnya karena begitu agungnya.” Sebagaimana yang diungkapkan oleh Zaid bin Tsabit: “Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah saw. yang ketika itu paha beliau berada di pahaku dan hampir saja pahaku remuk.”

 

Dan di awal-awal kitab Shahih al-Bukhari disebut hadits dari ‘Aisyah ra. bahwa al-Harits bin Hisyam pernah bertanya kepada Rasulullah saw.: “Bagaimana wahyu itu datang kepadamu?” Beliau menjawab: “Terkadang turun seperti gemerincing suara lonceng, dan itu paling berat bagiku, lalu wahyu itu terputus dariku dan aku telah memahami apa yang dikatakannya. Dan terkadang malaikat datang kepadaku menyerupai seorang laki-laki, dia mengajakku berbicara, lalu aku memahami apa yang dikatakannya.”

 

‘Aisyah mengatakan: “Dan aku pernah menyaksikan wahyu turun kepada Nabi saw. pada hari yang sangat dingin, lalu wahyu itu terputus sedang kening beliau mengucurkan keringat.” Ini adalah lafadznya dan menjadi pilihan Ibnu Jarir. Bahwa ia begitu berat dari dua sisi secara bersamaan, seperti yang dikatakan oleh ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, sebagaimana berat keadaannya di dunia berat juga dalam timbangan pada hari kiamat.

 

Firman Allah: inna naasyi-atal laili Hiya asyaddu wath-aw wa aqwamu qiilan (“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.”) disebut nasya-a jika seseorang bangun pada malam hari. Diriwayatkan dari Mujahid, yaitu waktu setelah ‘Isya’. Demikian pula yang dikatakan oleh Abu Majlaz, Qatadah, Salim, Abu Hazim, dan Muhammad bin al-Munkadir. Tujuannya bahwa naasyi-atul laili berarti waktu malam. Dan setiap pada waktu malam hari disebut dengan naasyi-ah. Maksudnya bangun malam itu lebih sesuai antara hati dan lisan, dan bacaan al-Qur’an pada waktu  itu akan memberikan kesan lebih mendalam. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman: Hiya asyaddu wath-aw wa aqwaa muqiilan (“adalah lebih tepat dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.”) maksudnya akan lebih memberikan kesan mendalam bagi seseorang dalam membaca dan memahami al-Qur’an daripada bangun siang hari, karena siang merupakan waktu orang melakukan aktifitas  dengan terdengarnya banyak suara keras  sekaligus menjadi waktu untuk mencari nafkah.

 

Oleh karena itu Allah berfirman: inna laka finnaHaari sabhan thawiilan (“Sesungguhnya kamu di waktu siang hari mempunyai urusan yang panjang.”) Ibnu ‘Abbas, ‘Ikrimah, dan ‘Atha’ bin Abi Muslim mengatakan, “Yakni kekosongan dan tidur.” As-Suddi mengatakan: “Sabhan thawiilan; yakni aktifitas yang cukup banyak.” ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, mengenai firman Allah ini ia berkata: “Yakni untuk memenuhi berbagai kebutuhan kalian. Karenanya luangkanlah waktu untuk agamamu pada malam hari.” Dia mengatakan bahwa hal itu  berlangsung pada saat shalat malam menjadi wajib, kemudian Allah memberikan keringanan kepada hamba-hamba-Nya, sehingga Dia tidak mewajibkannya lagi. Dan dia membaca: qumil laila illaa qaliilan (“Bangunlah [untuk shalat] di malam hari, kecuali sedikit [darinya].”) sampai akhir ayat. Kemudian dia membaca: inna rabbaka ya’lamu annaka taquumu adnaa min tsulutsayil laili wa nish-faHuu… faqra-uu maa tayas-sara minHu (“Sesungguhnya Rabb-mu  mengetahui bahwasannya  kamu berdiri [shalat] kurang dari  dua pertiga malam, atau seperdua malam….[sampai penggalan ayat:]… maka bacalah apa yang mudah [bagimu] dari al-Qur’an.” (al-Muzzammil: 20) dan Allah Ta’ala juga berfirman:

Wa minal laili fataHHaj biHii naafilatal laka ‘asaa ay yab’atsaka rabbuka maqaamam mahmuudan (“Dan pada sebagian malam hari shalat tahajjutlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (al-Israa’: 79). Dan demikianlah yang dikatakannya, sama seperti apa yang dikatakannya.

Bersambung ke bagian 2


Mengingat Mati

Mobil yang menjadi asbab maut menjemput 4 dari 6 ahli keluarga Taleeb dan seorang pembantu kelg Taleeb yang berasal dari Indonesia, Santi namanya. Saya tidak akan pernah bisa melupakan berita kecelakaan mobil mereka dalam perjalanan dari Riyadh menuju Dhahran tgl 13 Agustus 2011 silam. Kematian adalah nasihat terbaik...orang yang paling baik setelah sholatnya adalah yang baik ahlaknya dan orang yang paling cerdas adalah orang yang mengingat mati..,


Wednesday, March 04, 2015

MENJAGA DIRI DAN KELUARGA DARI API NERAKA

neraka

قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
Lebih lengkapnya, bunyi ayat tersebut adalah :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلآئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادُُ لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَايُؤْمَرُونَ . التحريم : 6
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim 66:6)

Segala puji bagi Allah Ta’ala, sholawat dan salam kita tujukan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Salam , para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in serta kepada siapa saja yang mengikuti jejak mereka sampai hari Qiyamat.
Marilah kita senantiasa berusaha meningkatkan amal harian kita, sebagai suatu bukti ibadah kita kepada Allah Ta’ala. Sehingga hidup kita mendapat ridha dari-Nya. Yaitu dengan cara menjaga diri dan keluarga, istri, anak, orang tua, dan sanak kerabat kita dari adzab api neraka. Berikut ini kami ambilkan beberapa perkataan sahabat dan tabiin serta ahli fiqih dari berbagai macam Tafsir.
“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”

Umar bin Khottob radhiaallahu ‘anhu berkata; saat turun ayat ini, bertanya kepada Rasul Shalallahu ‘alaihi wa Salam. Kami akan jaga diri kami, lalu bagaimana dengan keluarga kami ? Jawab Rasul: “Kau larang mereka apa yang Allah telah larang dari-Nya, kamu perintah mereka dengan apa yang Allah telah perintah dari-Nya, jika itu kau lakukan, akan menyelamatkan mereka dari neraka.”
Al-Qurtubi rahimahullah berkata: “Di dalamnya hanya ada satu masalah, yaitu penjagaan seseorang terhadap diri dan keluarganya dari siksa neraka.”
Ali bin Abi Tolhah t berkata dari Ibnu Abbas z: Jaga diri dan keluargamu, suruhlah mereka dzikir dan doa kepada Allah, sehingga Allah menyelamatkan kamu dan mereka dari neraka.
Sebagian Ulama berkata: “Kalau dikatakan Qu anfusakum, mencakup arti anak-anak, karena anak adalah bagian dari mereka. Maka hendaklah orang tua mengajarkan tentang halal dan haram dan menjauhkannya dari kemaksiatan dan dosa, juga mengajarkan hukum-hukum lain selain hal tersebut.”
على بن أبى طالب : ادبوهم وعلموهم
Ali bin Abi Tholib z berkata: “Didiklah dan ta’limlah (ajarlah) mereka (dirimu & keluargamu).”
ابن عباس : اعملوا بطاعة الله واتقوا معاصي الله وأمروا أهليكم بالذكر ينجيكم الله من النار
Ibnu Abbas z berkata: “Ta’atlah kamu kepada Allah. Janganlah bermaksiat kepada-Nya, Suruhlah keluargamu untuk dzikir mengingat Allah, niscaya Allah akan selamatkannya dari neraka.”
مجاهد : اتقوا الله وأوصوا اهليـكم بتقوى الله.
Mujahid t berkata: “Takwalah kepada Allah dan suruhlah keluargamu untuk takwa kepada-Nya.”
قتادة : تأمرهم بطاعة الله وتنها هم عن معصية الله فإذا رأيت لك معصية قذعتهم عنها وزجرتهم عنها
Qotadah t berkata: “Kau suruh keluargamu untuk taat kepada Allah, kau cegah mereka supaya tidak maksiat. Jika kamu lihat maksiat di antara keluargamu, maka ingatkan mereka dan tinggalkan kemaksiatannya.”
الضحاك : حق على المسلم ان يعلم اهله من قرابته وامائه وعبيده ما فرض الله عليهم وما نهاهم الله عنه.
Adh-Dhohak t berkata: “Hak seorang muslim adalah supaya mengajari keluarga dan sanak kerabatnya tentang kewajiban mereka kepada Allah dan memberitahu larangan-larangan-Nya.”
الفقهاء : وهكذا فى الصوم, ليكون ذلك تمرينا له على العبادة لكى يبلغ وهو مستمر على العبادة والطاعة ومجانبة المعصية وترك المنكر.
Ulama Fiqih berkata: “Demikian juga seperti mengajarkan masalah-masalah shoum, agar keluarga membiasakan ibadah, agar mereka terus-menerus dalam kondisi selalu ibadah, taat kepada Allah, menjauhi larangan dan meninggalkan kemungkaran.”
Al-Maroghi t berkata: “Hai orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya, hendaklah di antara kamu memberitahukan satu dengan yang lain, yaitu apa-apa yang menyelamatkan kamu dari neraka, selamatkanlah diri kalian darinya, yaitu dengan taat kepada Allah melaksanakan perintah-Nya, beritahulah keluargamu, tentang ketaatan kepada Allah, karena dengan itu akan menyelamatkan jiwa mereka dari neraka, berilah mereka nasehat dan pendidikan. Hendaklah seorang lelaki itu membenahi dirinya dengan ketaatan kepada Allah, juga membenahi keluarganya sebagai rasa tanggungjawabnya sebagai pemimpin dan yang dipimpinnya.
Al Qurthubi t mengingatkan lagi: “Hak anak terhadap orang tua, hendaklah orang tua memberikan nama yang baik, mengajarkannya tulis menulis dan menikahkan bila telah baligh. Tidak ada pemberian orang tua terhadap anak yang lebih baik daripada mendidiknya dengan didikan yang baik. Perintahlah anak-anakmu sholat jika sudah berumur 7 tahun, dan pukullah jika umur 10 th, jika meninggalkan sholatnya, pisahkan tempat tidur mereka.”

Tadzkiroh & Peringatan Bagi Kita
  • Jika suatu keluarga ingin selamat dari api neraka, hendaklah mereka mempelajari dan mengikuti jejak Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Salam, para Sahabat radhiallahu ‘anhum, Tabi’in dan Tabiut Tabi’in, dengan memahami pesan-pesan mereka.
  • Islam mendorong pemeluknya untuk menjadi pandai dan berkwalitas, memotivasi untuk selalu mencari ilmu yang benar, kemudian mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain, dalam hal ayat tersebut adalah perhatian tegas kepada sanak keluarga dekat, agar tidak lengah & tenggelam dalam kebodohan.
  • Semoga Allah Ta’ala  Menjaga diri kita, keluarga, dan sanak kerabat kita dari siksa api neraka, kita ingatkan kembali do’a berikut ini :

ربنا آتنا فىالدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار

“Ya Rob kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka.”
Tentang do’a ini, Al Hasan t mengatakan: “kebaikan di dunia adalah ilmu dan ibadah yang baik” sedang Ibnu Wahab t mengatakan: “kebaikan di dunia adalah ilmu dan rizki yang baik, dan penjagaan dari api neraka, adalah Surga.” – Wallahu A’lam Bish Showab -



Refferensi:
  1. Tafsir Ad-Durrul Mansyur Fit Tafsir Al Ma’tsur, Imam Suyuthi.
  2. Tafsir Jami’ul Bayan Fi Tafsiril Qur’an, Ath Thobari.
  3. Tafsir Al Jami’ Liahkamil Qur’an, Al Qurthubi.
  4. Tafsir Al Qur’anul Adhim, Abul Fida’ Ismail Ibnu Katsir.
  5. Tafsir Al Maroghi, Ahmad Musthofa Al Maroghi
  6. Tafsir Al Qosimi, Muhammad Jamaluddin Al Qosimi
  7. Tafsir Fathul Qodir, Al Imam Asy-Syaukani
  8. Tafsir Alkamul Qur’an, Abu Bakar Muhammad bin Abdullah Alma’ruf Ibnul Aroby
  9. Al Asas Fie Tafsir, Said Hawa
  10. Taisir Aly Al Qodir Li-ikhtishor Tafsir Ibnu Katsir, Muhammad Nasib       Ar-Rifai