Our Life

Saturday, April 11, 2020

Ibu itu bernama Ayesha

Ayesha, ibu dari tiga anak laki-laki yang masih kecil. Anak sulungnya adalah anak dengan kebutuhan khusus. Aku mengenalnya ketika kami sama-sama menunggu bus. Waktu itu aku membaca buku tafsir Qur'an As Saadi sambil menunggu di bus di bus shelter. Aku harus memanfaatkan waktu dengan membaca di mana saja sebisa mungkin karena ketika di rumah kadang-kadang aku tidak sempat mambaca buku. Ayesha melihat judul buku yang kubaca dan tertarik lalu dia menyapaku dan bertanya apakah aku mengikuti halaqah Qur'an. Aku jawab seperti biasa, kuceritakan tentang madrasah tempatku belajar.

Beberapa bulan kemudian Ayesha masuk ke madrasah kami. Disela-sela kesibukkannya mengurus rumah tangga, ia sering mengundang teman-temannya makan di rumahnya. Ia senang memanjakan teman-temannya dengan makanan dan kue buatannya sendiri. Ia juga menjadi guru agama Pada Hari Jumat di mushola dalam compoundnya. Ayesha tidak segan-segan membantu jika ada teman yang membutuhkan pertolongan. “Kamu tahu kenapa, Yessy? Karena waktu...waktu yang kita miliki hari ini. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Allah untuk membantu orang lain karena saya tidak tahu apakah kesempatan itu akan datang lagi. Saya tidak tahu apakah saya akan masih hidup besok atau bahkan sejam kemudian.”

Ayesha tidak pernah menunjukkan kesedihan atau kesusahan. Baginya, "Saya jalani kehidupan ini dengan kondisi apapun. Saya yakin pada Allah, bersama kesusahan ada kemudahan. Alhamdulillah nikmat Allah, begitu banyak...." katanya. Aku tidak pernah lupa perkenalanku dengan Ayesha ketika di bus shelter. Ia mendorong wheel chair anaknya sambil mengandeng anak bungsunya dibantu anak keduanya yang semuanya masih kecil-kecil.