Our Life

Sunday, November 27, 2011

Saturday, November 26, 2011

STOP


Monday, November 21, 2011

Nikmat & Berkah Allah Hari Ini

Setiap hari selalu menyenangkan dan penuh berkah Allah, masyaAllah laa quwwata illah billah....

Selepas anak-anak berangkat ke sekolah saya juga siap-siap berangkat ke halte bis dekat housing office. Saya janjian sama Dyah di Dhahran, bersama-sama mau nengokin Ira dan bayinya yang baru lahir. Di halte bis saya bertemu dan bertegur sapa dengan ibu-ibu Filipina yang mau naik shopping bus, juga ngobrol sebentar dengan Mrs. Huda asisstant to KG teacher di elementary school. Saya bilang komunitas kita terdiri dari beragam bangsa dan negara dan saya dengar di Amerika juga demikian.Apa benar? Kata Mrs. Huda, Di Amerika, kami terdiri dari beragam original bangsa tapi kebanyakan dari kami adalah 'American' (warganeragara Amerika).Sedangkan di sini kita membawa bendera negara masing-masing dan berkumpul di sini. "It's amazing..."Oohh...begitu...

Alhamdulillah saya juga bertemu Shanaz, wanita Amerika yang memeluk Islam sejak 13 tahun yang  lalu. Kami sama-sama mau naik bis dengan tujuan Dhahran camp. Saya duduk disebelahnya. Saya kagum dengannya, masyaAllah...dia mengenakan cadar dan sedang mengikuti kuliah Islamic Studies.
Sepanjang perjalanan kami ngobrol tentang Islam...saya tanya apa yang akan dia lakukan setelah menyelesaikan kuliah. Katanya, pertama saya akan implementasikan ke diri saya sendiri dulu kemudian saya akan bagi ilmu saya kepada orang lain....Yaa Allah, saya selalu terharu dan subhanallah tak henti-hentinya memuji Allah setiap kali bertemu dengan sisters in Islam yang seperti ini...dia muslimah baru 13 tahun...sedangkan saya muslimah sejak lahir...semoga Allah memberkahimu Shanaz dan semoga dengan izin Allah (bi iznillah) kita dapat bertemu lagi dan berkumpul dalam halaqah di masjid seperti dulu lagi...yaa,saya mengusulkan kita berkumpul lagi untuk mengkaji Qur'an...bukankah kawan-kawan Malaysia saya ingin sekali belajar Qur'an. Saya sudah menanyakan kesediaan Alia untuk mengajar kami tapi wanita Palestine itu tampaknya tengah sibuk mengurus rumah tangga...kemudian saya sudah telpon Fatimah yang dulu mengajar saya dan Shanaz di masjid. Wanita Saudi itu pun tengah sibuk mengurus anaknya yang bungsu, masih bayi...Mudah-mudahan dengan izin Allah...InsyaAllah..Shanaz diberi kemudahan membimbing saya dan teman-teman...amiin.

Bis pun sampai di halte masjid Al Mujamak, Dhahran...Dyah sudah menunggu saya di sana. Subhanallah...wanita itu lebih muda daripada saya namun ia lebih berilmu dan banyak membimbing saya dalam agama. Dulu dia yang membimbing mbak-mbak TKW Indonesia di camp yang mengaji bersama-sama di masjid. Semoga Allah memberkahimu, Dy. Dari halte kami menuju parkiran commisary dimana Dyah parkir mobilnya. Kemudian kami menuju rumah Ira. MasyaAllah...Ira yang sebelumnya melahirkan anak ketiga dan keempatnya secara operasi ceasar, kini ia melahirkan anak kelimanya secara normal. Allahu Akbar...Allah Maha Besar...Ira berkata masih ingin mempunyai anak lagi...masyaAllah...semoga Allah memberkahi keluarga besar Ira dan memperbanyak ummat Islam, ummatnya Rasulullah saw...amiin.

Di rumah Ira, saya tidak lama karena Dyah mengajak saya menengok rumah barunya di Dhahran. Rumah Dyah begitu lega dipenuhi buku-buku dan ruang untuk belajar anak-anaknya...rumahnya adalah baitul ilm baginya dan terutama anak-anaknya..
Saya tidak lama di rumah Dyah karena harus mengejar bis jam 10.30 supaya bisa sampai rumah sebelum anak-anak kembali untuk makan siang. Dyah mengantar saya kembali ke halte bis dan dia membekali saya makanan buat anak-anak...ada pempek, bakso dan sandwich dari creakers. Alhamdulillah...lagi-lagi Kau beri saya nikmat yang begitu besar...di saat uang dalam dompet saya terbatas Kau anugerahkan rezeki melalui saudari seimanku yang sholeha...saya hampir menangis untuk yang kedua kalinya. Pertama, dengan nikmat kemungkinan saya bisa mengaji lagi di masjid dan yang kedua...nikmat makanan yang enak dan banyak ini...
Yaa Allah, berkahilah mereka yang menyampaikan kenikmatan dari-Mu ini dan berkahilah kami semua...amiin.

Sesampainya di rumah, Alhamdulillah anak-anak saya bisa makan mie bakso enak.....
Setelah anak-anak saya kembali ke sekolah, saya dikejutkan oleh dering telepon.
Vivian menelpon...wanita Nigeria itu telah kembali dari Amerika...Dia sudah melahirkan bayinya...adik Michael kembar, laki-laki dan perempuan...Vivian tetangga sekaligus teman baik saya yang non muslim tapi saya sangat menyayanginya. Dia sangat baik pada saya terutama di saat saya sekeluarga sedang kesusahan, mengungsi karena rumah tetangga sebelah saya kebakaran...dia datang membantu saya mengangkut barang-barang dan membawakan makanan untuk anak-anak saya.

Saya bahagia sekali melihat Vivian bahagia...dan InsyaAllah besok saya akan mengunjunginya dan menengok bayinya. Vivian akan segera pindah rumah ke Dhahran camp. Saya juga ikut bahagia...berati dia sekeluarga akan tinggal dekat kantor suaminya, berati dia akan banyak terbantu oleh suaminya dalam mengurus anak-anaknya. I'll miss you, Vivian....
InsyaAllah besok saya juga akan mengunjungi muslimah baru dari UK. Kata suami saya yang sering bertemu suaminya di masjid, suaminya orang Inggris (bule) dan muslim yang alim, dia pernah belajar arabic di Madinah dan sekarang dia direkrut Aramco sebagai guru bahasa inggris di training center.
Subhanallah....ahhh, indahnya persahabatan kami di sini....
Sebagaimana saya lihat indahnya persahabatan anak-anak saya dengan teman-temannya yang beraneka ragam...India, Pakistan, Malaysia, Australia, Inggris, Kanada, Aljazair....
Saya pun demikian...sungguh nikmat Allah Yang Tak Dapat Dinilai Dengan Uang Atau Harta Benda....

Sunday, November 20, 2011

7 Golongan Yang Allah Naungi di Hari Kiamat
 
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
 
“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
 
1. Pemimpin yang adil.
 
2. Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya.
 
3. Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid.
 
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah.
 
5. Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’.
 
6. Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.
 
7. Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.”
(HR. Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712)
 
Penjelasan:
 
Ketujuh orang yang tersebut dalam hadits di atas, walaupun lahiriah amalan mereka berbeda-beda bentuknya, akan tetapi semua amalan mereka itu mempunyai satu sifat yang sama yang membuat mereka semua mendapat naungan Allah Ta’ala. Sifat itu adalah mereka sanggup menyelisihi dan melawan hawa nafsu mereka guna mengharapkan keridhaan Allah dan ketaatan kepada-Nya.
 
1. Pemimpin yang adil.
 
Dia adalah manusia yang paling dekat kedudukannya dengan Allah Ta’ala pada hari kiamat. Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 
“Orang-orang yang berlaku adil berada di sisi Allah di atas mimbar yang terbuat dari cahaya, di sebelah kanan Ar-Rahman Azza wa Jalla -sedangkan kedua tangan Allah adalah kanan semua-. Yaitu orang-orang yang berlaku adil dalam hukum, adil dalam keluarga dan adil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka.” (HR. Muslim no. 3406)
 
2. Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya.
 
Hal itu karena dorongan dan ajakan kepada syahwat di masa muda mencapai pada puncaknya, karenanya kebanyakan awal penyimpangan itu terjadi di masa muda. Tapi tatkala seorang pemuda sanggup untuk meninggalkan semua syahwat yang Allah Ta’ala haramkan karena mengharap ridha Allah, maka dia sangat pantas mendapatkan keutamaan yang tersebut dalam hadits di atas, yaitu dinaungi oleh Allah di padang mahsyar.
 
3. Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid.
 
Sungguh Allah Ta’ala telah memuji semua orang yang memakmurkan masjid secara umum di dalam firman-Nya:
 
“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. An-Nur: 36-38)
 
Terkaitnya hati dengan masjid hanya akan didapatkan oleh siapa saja yang menuntun jiwanya menuju ketaatan kepada Allah. Hal itu karena jiwa pada dasarnya cenderung memerintahkan sesuatu yang jelek. Sehingga jika dia meninggalkan semua ajakan dan seruan jiwa yang jelek itu dan lebih mendahulukan kecintaan kepada Allah, maka pantaslah dia mendapatkan pahala yang sangat besar.
 
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah.
 
Kedua orang ini telah berjihad dalam melawan hawa nafsu mereka. Hal itu karena hawa nafsu itu menyeru untuk saling mencintai karena selain Allah karena adanya tujuan-tujuan duniawiah. Makna ‘mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah’ adalah keduanya bersatu dan bermuamalah karena keduanya mencintai Allah. Karenanya kapan salah seorang di antara mereka berubah dari sifat ini (mencintai Allah), maka temannya itu akan meninggalkannya dan menjauh darinya karena dia telah meninggalkan sifat yang menjadi sebab awalnya mereka saling menyayangi. Sehingga jadilah ada dan tidak adanya cinta dan sayang di antara keduanya berputar dan ditentukan oleh ketaatan kepada Allah dan berpegang teguh kepada sunnah Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam.
 
5. Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’.
 
Yakni: Dia diminta oleh wanita yang mengumpulkan status social yang tinggi, harta yang melimpah, dan kecantikan yang luar biasa untuk berzina dengannya. Akan tetapi dia menolak permintaan dan ajakan tersebut karena takut kepada Allah. Maka ini tanda yang sangat nyata menunjukkan dia lebih mendahulukan kecintaan kepada Allah daripada kecintaan kepada hawa nafsu. Dan orang yang sanggup melakukan ini akan termasuk ke dalam firman Allah Ta’ala:
 
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya.” (QS. An-Naziat: 40)
 
Dan pemimpin setiap lelaki dalam masalah ini adalah Nabi Yusuf alaihissalam.
 
6. Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.
 
Yakni dia berusaha semaksimal mungkin agar sedekah dan dermanya tidak diketahui oleh siapapun kecuali Allah, sampai-sampai diibaratkan dengan kalimat ‘hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya’.
 
Karenanya disunnahkan dalam setiap zakat, infak, dan sedekah agar orang yang mempunyai harta menyerahkannya secara langsung kepada yang berhak menerimanya dan tidak melalui wakil dan perantara. Karena hal itu akan lebih menyembunyikan sedekahnya. Juga disunnahkan dia memberikannya kepada kerabatnya sendiri sebelum kepada orang lain, agar sedekahnya juga bisa dia sembunyikan.
 
7. Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.
 
Ini adalah amalan yang sangat berat dan tidak akan dirasakan kecuali oleh orang yang mempunyai kekuatan iman dan orang yang takut kepada Allah ketika dia sendiri maupun ketika dia bersama orang lain. Dan tangisan yang lahir dari kedua sifat ini merupakan tangisan karena takut kepada Allah Ta’ala.
 
Kemudian, penyebutan 7 golongan dalam hadits ini tidaklah menunjukkan pembatasan. Karena telah shahih dalam hadits lain adanya golongan lain yang Allah lindungi pada hari kiamat selain dari 7 golongan di atas. Di antaranya adalah orang yang memberikan kelonggaran dalam penagihan utang. Dari Jabir radhiallahu anhu: Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
 
“Barangsiapa yang memberikan kelonggaran kepada orang yang berutang atau menggugurkan utangnya, maka Allah akan menaunginya di bawah naungan-Nya.” (HR. Muslim no. 5328)
 
Sumber: http://al-atsariyyah.com/7-golongan-yang-allah-naungi-di-hari-kiamat.html

Saturday, November 19, 2011


Oct 9, '07 10:41 PM
for everyone
Kemaren daku memenuhi undangan aqiqah anaknya tetangga sebelah dengan berbuka puasa bersama di mesjid depan apartment kami. Sekilas tentang mereka, suaminya orang Afganistan, istrinya dari Maroko dan memakai niqab/cadar. Awalnya daku pikir mereka itu agak cuek, tapi ternyata setelah kenal, istrinya ramah banget. Cuman sayangnya kami belum bisa berkomunikasi dg baik, karena dakunya ngga bisa berbahasa Jerman, sementara Ummu Muslim panggilan sister ini hanya bisa bahasa Jerman. Jadi deh klo kita ngobrol..sukanya make bahasa tarzan hehehe. Tapi di sini daku ga akan bercerita panjang lebar tentang sister ini, tapi tentang sister yang lain yang daku temui saat aqiqah kemaren itu.
Jadi ceritanya ba'da sholat maghrib, daku yang semula cuman sibuk bercuap2 dg Hafidz-kun, karena tetamu yg lain bahasanya ngga daku mengerti, di deketin sama seorang sister yg mengenakan niqab dan menyapa dg bahasa Inggris. Wahhh...alhamdulillah akhirnya daku ada temen ngobrol juga. Then jadi deh kita ngobrol ngalor ngidul, sampai akhirnya sister yang kita sebut saja Layla ini (karena doi ngajarin kalau mau tidur ucapkan 'Layla' saidah..means good night) bercerita tentang dirinya. Doi bercerita kalau dirinya 'baru ber- Islam" sejak 5 minggu kemaren. Semula daku pikir kali maksud sister ini dirinya baru convert to Islam. Tapi ternyata dari ceritanya, doi itu sudah Islam sejak kecil. Cuman sejak akil baligh sampai usia 27 tahun sekarang itu, sister Layla ini baru mengerjakan ajaran2 agama Islam. Sebelumnya doi tidak menutup aurat, suka mabuk2an...sampai ga mengerjakan sholat dan rukun Islam yang lain. Alhamdulillah Allah SWT membukakan pintu hidayah sampai akhirnya dirinya menyadari semua itu. Dan ini yang disebut oleh sister Layla sebagai 'baru ber-Islam'. Daku jadi ingat kondisi muslim di negara kita...yang pada umumnya Islam KTP. Mungkin kalau prinsip baru ber-Islamnya sister Layla diterapkan, jumlah muslim yang semula 92% akan turun menjadi 50% atau mungkin kurang.
Lanjut tentang sister Layla, ternyata 'baru ber-Islam'nya doi itu harus dibayar mahal. Orang tuanya tidak menerima dirinya yang sekarang udah menutup aurat dan memakai niqab.  Hal ini membuat daku tercengang karena ternyata orang tuanya juga Islam!. Orang tua yang seharusnya berucap syukur alhamdulillah anaknya kembali ke jalan yang benar malah justru mengucilkan anaknya.  Kejadian ini mungkin mirip yg dialami beberapa sodara2 kita yg muallaf yang dikucilkan keluarganya karena mereka pindah agama, tapi dalam hal ini dikucilkannya mereka itu masih dianggap wajar krn mereka beda agama. Jadi sesuatu yg tidak wajar jika yang melakukan hal itu adalah keluarga yg seagama. Naudzubillaahi min dzalik.
Anyway, dibalik cobaan yang dialami sister Layla, daku menjadi iri juga, sister ini baru bener2 ber-Islam, tapi doi berani dan selalu bersemangat meskipun mendapat tantangan dari keluarganya.Dan sekligus sangat bersyukur dilahirkan dan memiliki keluarga yang inshaAllah senantiasa ber-ittibaq ul Haq. " Robbanaa laa tuzigh qulubanaa ba'da idz hadaitanaa wahab lanaa min ladunka rohmatan innaka antal wahhaab", artinya  "Ya Tuhan Kami, Janganlah Engkau gelincirkan hati kami setelah Engkau tunjukkan jalan yang benar kepada kami dan berikanlah kepada kami dari sisi-Mu rahmat kasih sayang, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi." (Ali Imran :8)



Oct 2, '07 6:46 PM
for everyone
Category:Other

Tarbiyah Imaniyah untuk anak anak

Ditulis oleh mirya


Salah satu aspek yang sering kita lupakan dalam mendidik anak-anak adalah tarbiyah ruhiyah. Jangankan untuk anak, untuk diri sendiri pun kita sering lupa dengan tarbiyah bentuk ini. Padahal, seperti halnya akal dan pikiran perlu mendapat pendidikan, ruh kitapun wajib mendapatkan haknya.

Untuk mendidik akal dan meningkatkan kapasitas intelektual orangtua menyekolahkan anak ke sekolah-sekolah favorit. Tetapi dalam masalah pendidikan keimanan seringkali enggan memberi porsi yang cukup. Bahkan tidak perduli walaupun sekolah tersebut tidak memberikan pendidikan Islam yang memadai.

Iman merupakan hal asasi dalam kehidupan seorang muslim, sedang tarbiyah merupakan kebutuhan pokok setiap insan. Tarbiyah imaniyah adalah tarbiyah yang ditujukan untuk meningkatkan iman, ma'nawiyah (mentalitas), akhlaq (moralitas), dan ayakhsyiyah (kepribadian) daripada mutarobiyyin (anak didik).

Iman kepada Allah dan hari akhir wajib mendapat pupuk yang menyegarkan, disiram dengan air agar terus menerus tumbuh di lahannya secara bertahap dan tawazun (seimbang) menuju kesempurnaan. Iman tumbuh subur karena didasari hubungan yang intens dengan Allah dalam berbagai bentuknya. Cobalah simak hasil tarbiyah pada seorang anak di masa Salaf dahulu.

Abdullah bin Dinar berkisah tentang perjalanannya bersama Khalifah Umar bin Khattab. Beliau mengatakan, "Saya bersama Umar bin Khattab r.a. pergi ke Makkah dan beristirahat di suatu tempat. Lalu terlihatlah anak gembala dengan membawa banyak gembalaannya turun dari gunung dan berjumpa dengan kami. Umar bin Khattab berkata, "Hai penggembala, juallah seekor kambingmu itu kepadaku!"

Anak kecil penggembala itu menjawab, "Aku bukan pemilik kambing ini, aku hanya seorang budaknya." Umar menguji anak itu, "Katakanlah kepada tuanmu bahwa salah seekor kambingnya dimakan srigala."
Anak itu termenung lalu menatap wajah Umar, dan berkata, "Maka di manakah Allah?"

Mendengar kata-kata yang terlontar dari anak kecil ini, menangislah Umar. Kemudian beliau mengajak budak itu kepada tuannya kemudian memerdekakannya. Beliau berkata pada anak itu, "Kalimat yang telah engkau ucapkan tadi telah membebebaskanmu di dunia ini, aku harap kalimat-kalimat tersebut juga akan membebaskanmu kelak di akhirat."

Kejadian di atas menunjukkan salah satu pengaruh dari pengenalan terhadap Allah. Kejadian serupa itu sudah sangat jarang terjadi saat ini. Sekarang ini, di masyarakat kita kejujuran dan kebenaran seolah sudah tak ada harganya. Coba bandingkan dengan sikap Umar yang menghargai anak tersebut dengan membebaskannya dari perbudakan.

Mungkin timbul pertanyaan: bagaimanakah seorang anak kecil di masa itu bisa menjadi begitu yakin dengan pengawasan Allah (muroqobatullah) yang berlaku pada setiap manusia?

Keyakinan lahir dari suatu pendidikan dan latihan yang benar. Di mana kekhalifahan Umar, masyarakat Islam sudah terbentuk dan masyarakat ini menghasilkan bi'ah (lingkungan) yang baik bagi anak tersebut, kendati ia berada di gurun. Pengaruh system pendidikan Islam telah merembes ke berbagai tempat sehingga setiap orang benar-benar meyakini dan menghayati syariat Allah.

Tarbiyah imaniyah untuk anak-anak merupakan satu pendidikan yang meliputi hal-hal berikut:

Upaya melaksanakan dan menghayati nilai-nilai ibadah kepada Allah dalam arti yang seluas-luasnya sesuai dengan bimbingan Rasulullah SAW.

Pembiasaan dalam mengingat Allah (dzikrullah) dengan membaca ayat-ayat Al Qur'an atau dengan menyebut-nyebut nama Allah dengan cara yang tepat di saat-saat tertentu. Membiasakan merasakan adanya bimbingan Allah dalam melaksanakan kebaikan dan pengawasan Allah dalam setiap aspek kehidupan. Yaitu dengan menghubungkan kejadian- kejadian sehari-hari yang dialaminya dengan kekuasaan Allah. Membiasakan menggantungkan diri kepada Allah misalnya dengan berdo'a dalam berbagai situasi dan kondisi.

Meningkatkan akhlak (perilaku) yang baik dengan mencontohkan tindakan-tindakan baik dan memperbaiki perilakunya pada saat anak melakukan keburukan. Memberikan motivasi dan rangsangan dengan memuji atau memberi hadiah ketika anak berbuat baik, memberi manfaat kepada orang lain, atau menyenangkan orang lain kendati orang tersebut tidak menyadarinya. Membimbing hal-hal lain untuk yang berhubungan dengan pendekatan diri kepada Allah.

Metoda Tarbiyah
Pembekalan keimanan bagi anak-anak berorientasi pada penyiapan pemahaman dan pembiasaan berbagai hal yang kelak dapat menolong anak untuk melakukan sendiri berbagai kegiatan yang dapat memelihara ruhiyahnya.
Anak-anak sebenarnya lebih mudah menerima hal-hal yang bersifat teoritis kendati bersumber dari alam ghaib (tidak nampak). Karena secara fitrah mereka mudah mempercayai orangtua, guru, atau kawan dekatnya. Anak-anak senantiasa jujur dan tidak mau didustai seperti pada kisah Umar bin Khattab di atas. Ini menunjukkan bahwa kejujuran mereka amat mudah mendekatkan mereka kepada Allah.

Tarbiyah imaniyah untuk anak-anak mungkin diberikan dengan jalan:

1. Dengan Contoh dan Keteladanan
Anak-anak adalah makhluk yang paling senang meniru. Orangtuanya merupakan figur dan idolanya. Bila mereka melihat kebiasaan baik dari ayah ibunya, maka mereka pun akan dengan cepat mencontohnya. Orang tua yang berperilaku buruk akan ditiru perilakunya oleh anak-anak.
Anak paling mudah mengikuti kata-kata yang keluar dari mulut kita. Misalnya dalam mensyukuri segala nikmat yang diperoleh dalam keluarga. Kepada anak harus senantiasa diingatkan betapa semua rezeki bersumber dari Allah. Apabila kita memberi pisang kepada anak misalnya, sempatkanlah bertanya , "Darimana pisang ini, Nak?" "Dari Umi," jawab si anak. "Ya. Tetapi sebenarnya pisang ini pemberian Allah kepada kita. Allah menyampaikannya melalui Umi."
Dengan cara demikian, dalam peristiwa sederhana ini kita mencontohkan bagaimana mengingatkan Allah dan mensyukuri pemberian-Nya. Mengucapkan hamdalah ketika menerima sesuatu dan menjelaskan kepada mereka bahwa semuanya merupakan kasih sayang Allah dan merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat dipungkiri. Demikian pula mengucapkan insya Allah, subhannallah, dan berbagai ungkapan tasbih lainnya akan dicontohkan oleh anak.

2. Dengan Latihan dan Pembiasaan
Banyak pembiasaan ibadah harus dilakukan pada anak. Misalnya pembacaan do'a pada tiap-tiap kesempatan dan menguraikan maksud dan isi do'a tersebut. Di setiap munasabah, ada do'a yang pantas diucapkan. Mau makan, minum, tidur, mau belajar, mau berwudhu, menaiki kendaraan, dan lain-lain ada do'a yang khas untuknya. Anak-anak sangat mudah menghafalkan do'a-do'a ini. Apalagi bila di sekolah mereka mendapat program khusus mengenai do'a ini. Tetapi pengamalan do'a-do'a tersebut sangat tergantung pada pengawasan orangtua. Biar pun anak mampu menghafal seratus do'a di sekolah atau madrasahnya, dia tidak akan mampu meningkatkan imannya bila tidak ada pengamalan dan penghayatannya. Secara rutin dan teratur ayah atau ibu hendaknya membimbing anak membiasakan pembacaan do'a ini, menjelaskan dan memberi pengertian tentang nilai-nilai kandungannya.

Pembiasaan lain yang perlu dilakukan semenjak dini antara lain:
- Membawa anak-anak ke masjid, beri'tikaf, serta mencintai dan menghormati jamaahnya.
- Memberikan perhatian khusus agar anak senantiasa membaca Al Qur'an secara rutin.

3. Dengan Nasihat dan Bimbingan
Orientasi nasihat dan bimbingan bertujuan mengingatkan anak terhadap pengawasan Allah di mana pun mereka berada. Ibnu Abbas r.a. menceritakan bahwa sewaktu masih anak-anak, beliau pernah dibonceng Rasulullah di atas untanya. Perjalanan yang mengasyikkan ini digunakan Rasulullah untuk menasihati Ibnu Abbas. Waktu itu Rasulullah SAW berkata,
"Hai anak, jagalah semua perintah Allah, niscaya Allah memeliharamu. Periharalah semua perintah Allah, niscaya engkau dapati Dia di hadapanmu. Apabila engkau memohon sesuatu, mohonlah hal itu kepada Allah, dan bila meminta pertolongan, mintalah kepada Allah. Dan ketahuilah, sekiranya seluruh masyarakat sepakat berbuat sesuatu yang bermanfaat bagimu, maka semua manfaat itu hanyalah Allah yang menentukannya, dan bila mereka akan berbuat jahat kepadamu, maka kejahatan itu tidak akan menimpamu kecuali yang telah ditetapkan Allah pula. Terangkat qalam dan keringlah pena." (At-Turmudzi)

4. Dengan Pengarahan dan Pengajaran
Bila nasihat disampaikan di mana saja, di tempat-tempat di mana orangtua (murobbi) berinteraksi dengan anak didiknya, maka pengarahan dan bimbingan mengambil waktu dan tempat tertentu misalnya seusai shalat Shubuh atau Maghrib berjamaah.

Rasulullah pernah memberi pengajaran kepada Ibnu Abbas sebagai berikut,
"Periharalah perintah Allah, engkau dapatkan Allah di hadapanmu. Kenalkan dirimu kepada Allah di waktu senang, niscaya Allah akan mengingatmu di saat kesukaran. Ketahuilah bahwa sesuatu yang terlepas darimu tidak akan mengenaimu, dan yang menjadi bagianmu tidak akan terlepas darimu.
Ketahuilah bahwa kemenangan itu beserta keshabaran, dan kegembiraan itu setelah kesukaran, dan setiap ada kesukaran akan ada kelapangan."

Anak-anak pra sekolah dapat mulai dimasukkan ke TPA di mana mereka mendapatkan arahan dan pengajaran dari guru-guru yang sudah memahami metoda pendidikan keimanan kepada
balita.

5. Dengan Bercerita dan Berkisah
Anak-anak sangat senang pada cerita-cerita dan kisah-kisah masa lampau. Apalagi di dalamnya terkandung unsur-unsur heroik dan semangat perjuangan. Islam memiliki khazanah kekayaan sejarah yang sangat besar. Mulai zaman nabi-nabi, Nabi Muhammad dan para sahabat beliau, serta sejarah umat Islamnya. Ibnu Mas'ud berkata, "Kami (generasi sahabat) mengajarkan perang-perang Rasulullah kepada anak-anak kami sebagaimana kami mengajarkan Al Qur'an."

Ayah dan ibu yang bercerita kepada anaknya akan lebih melekatkan anak-anak pada keteladanan dan ibroh (pelajaran) yang dapat diambil oleh anak. Sesungguhnya apabila kita mampu bercerita dengan baik, kisah dari seorang ibu yang lembut dan penuh keakraban insya Allah dapat lebih disukai anak
ketimbang acara-acara telivisi. Karena pendekatan cerita sebelum tidur bersifat timbal balik dan mempunyai dampak psikologis yang dibutuhkan anak.

6. Dengan Dorongan, Rangsangan dan Penghargaan
Usia kanak-kanak sangat memerlukan dorongan dan penghargaan ketika meraih sesuatu kendati sangat sederhana. Jangan segan-segan mengucapkan terima kasih kepada anak yang berhasil nilai yang bagus, atau memberi hadiah ketika berhasil dalam salah satu kegiatan. Di dalam hadiah tercermin kasih sayang, karena Rasulullah bersabda,
"Saling beri hadiahlah kalian dengan demikian kalian akan saling mencintai." (Al-Hadits)

Bagi seorang anak, perhatian, ciuman, dekapan yang mesra, atau gendongan dapat dipahami sebagai hadiah. Anak yang lebih besar ingin hadiah yang lebih kongkrit. Tak ada salahnya ayah memberi sesuatu ketika anak telah berprestasi dalam peningkatan pribadinya. Misalnya, ketika berhasil menghafal satu surat di antara surat-surat Al Qur'an.

(Dikutip dari Majalah Ummi, No. 9/VIII Tahun 1417H/1997

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Agar Dicintai Allah dan Dicintai Manusia
Segala puji yang disertai pengagungan seagung-agungnya hanya milik AllahSubhanahu wa Ta’ala dan perendahan diri kita yang serendah-rendahnyanya hanya kita berikan kepadaNya Robbul ‘Alamin. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam.
[Dicintai Lebih Baik daripada Hanya Sekedar Mencintai]
Cinta adalah sebuah kata yang sering kita dengan dan kita rasakan[1]. Bahkan terkadang cinta seseorang terhadap sesuatu bisa menjadikan marabahaya baginya. Namun suatu ha yang terkadang samar bagi kita, bahwa dicintai oleh sesuatu itu lebih baik daripada hanya sekedar mencintai sesuatu. Hal ini mirip dengan dengan diridhoi sesuatu lebih baik daripada hanya sekedar ridho pada sesuatu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang para sahabat,

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan (para sahababat) muhajirin dan anshor (para sahababat) dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik (para tabi’un), Allah ridho kepada mereka (mereka diridhoi Allah) dan merekapun ridho kepada Allah”. ( QS. At Taubah [9] : 100).
[Bagaimana Cara Agar Kita Dicintai Allah dan Manusia (?)]
Pertanyaan di atas telah lebih dahulu ditanyakan para sahabat kepada Nabishallallahu ‘alaihi was sallam sebagaimana yang diceritakan sahabat Abul ‘Abbas Sa’ad bin Sahl rodhiyallahu ‘anhu,

أَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ دُلَّنِى عَلَى عَمَلٍ إِذَا أَنَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِىَ اللَّهُ وَأَحَبَّنِىَ النَّاسُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ازْهَدْ فِى الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِى أَيْدِى النَّاسِ يُحِبُّوكَ ».

“Seorang Laki-laki datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam, lalu ia mengatakan, “Wahai Rosulullah tunjukkanlah kepadaku sebuah amal yang jika aku amalkan maka Allah akan mencintaiku demikian juga manusia (artinya Ia Dicintai Allah dan Manusia –pent.)?” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam pun menjawab, “Zuhudlah engkau di dunia maka Allah akan mencintaimu dan zuhudlah engkau terhadap apa yang ada pada tangan-tangan (yang dimiliki) manusia maka manusia akan mencintaimu”[2].
[Penjelasan Singkat dan Faidah Hadits]
Dalam redaksi hadits di atas tidak ditentukan siapa sahabat yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam karena hal itu tidaklah diperlukan dan kita tidaklah diperintahkan untuk mencari-cari siapa nama sahabat yang mulia tersebut. Hal ini banyak sekali kita temui dalam hadits-hadits Nabishallallahu ‘alaihi was sallam.
Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam mengatakan, “(ازْهَدْ فِى الدُّنْيَا) zuhudlah engkau di dunia” maksudnya adalah bersikap roghbahlah (berpalinglah) engkau terhadap dunia yaitu tidak mencari bagian dari dunia kecuali bagian dari dunia yang akan memberikan manfaat di akhirat. Sikap zuhud ini lebih mulia dari waro’ karena waro adalah meninggalkan hal-hal bagian dunia yang membahayakan diri di akhirat. Jika kita telah bersikap zuhud maka secara otomatis kita telah bersikap waro’.
Dunia disebut dengan dunia (الدُّنْيَا) karena dua hal :
  • (دُنْيَا فِيْ الزَّمَان) di muka dalam masalah waktu, karena dunia terjadi sebelum akhirat.
  • (دُنْيَا فِيْ الْمَرْتَبَة) rendah/hina dalam hal tingkatan, karena dunia derajatnya jauh lebih rendah/hina dengan akhirat.
Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam mengatakan, “(وَازْهَدْ فِيمَا فِى أَيْدِى) zuhudlah engkau dengan apa yang ada pada tangan (yang dimiliki) manusia” maksud bersikap roghbahlah (berpalinglah) dari apa yang ada pada manusia (hal-hal bagian dari dunia yang mereka miliki), hal ini mencakup meniggalkan sikap meminta-minta pada manusia. Karena jika kita meminta sesuatu kepada manusia maka hal itu bisa memberatkan mereka dan derajat kita menjadi lebih rendah. Karena tangan yang di atas lebih mulia daripada tangan yang ada di bawah.
Adapun diantara faidah hadits di atas adalah :
  • Tingginya keingan para sahabat dalam rangka meraih kebaikan di dunia dan akhirat.
  • Penetapan sifat cinta yang hakiki pada Allah.
  • Bolehnya mencari kecintaan dari manusia selama dengan cara-cara yang halal.
  • Fadhilah dari sikap zuhud di dunia.
[Diringkas dari kitab Syarh Al Arba’in An Nawawiyah oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin hal, 346-352 terbitan Mu’asasah Risalah, Beirut]
Mudah-mudahan bermanfaat.
Sigambal, Setelah Subuh 18 Dzul Hijjah 1432 H / 14 Nopember 2011


Aditya Budiman bin Usman


[1] Lihat tulisan kami tentang cinta, takut, dan harap dengan judul “C.I.N.T.A.H”
[2] HR. Ibnu Majah no. 4241 dll, dinilai hasan oleh An Nawawi dan dinilai shohih oleh Al Albani rohimahumallah.


Cerita Pagi

Alhamdulillah, kemaren sore Nathaniel masih mau datang ke rumah kami...
Dia bahkan ambil sendiri susu atau snack anak-anak yang saya taruh di atas lemari. Saya tidak lihat jelas karena sedang masak di dapur.
Saya gak apa-apa melihat teman-teman anak-anak nyaman di rumah kami seperti di rumah mereka sendiri tapi saya nasehati anak-anak...kalau di rumah orang tidak boleh ambil barang orang, kalau mau minum minta ke pemilik rumah dengan baik-baik," Can I have some water, please..." kalau diberi, ucapkan terima kasih.
Tapi yaa...namanya juga anak-anak kalau di luar rumah mana saya tahu...
Mudah-mudahan saja they have good manners and behave nicely...ameen..
Kemaren sebelum kembali ke sekolah setelah jam musik (dia tidak ikut music class lagi) saya ingatkan Muhammad kalau melewati security gate sekolah, sapa security personnel nya si Mr. Usamah dengan salam.
Dari dalam mobil saya perhatikan Usamah melongokkan kepalanya ke arah pintu, sepertinya Muhammad menuruti nasehat saya...menyapa Usamah dan dia membalasnya.
Tadi saya tanya,"Kemaren Muhammad menyapa Mr. Usamah?"
Dia mengangguk. "Bagaimana sapanya?" saya penasaran
"Assalamu'alaikum..."
"Alhamdulillah...subhanallah anak sholeh..." pujiku sambil menghela nafas lega.
Hari ini Muhammad tidak mau ke sekolah naik sepeda...katanya dia pernah diejek anak kelas 2, ada yang bilang, mau membuang sepedanya...
Memang, Muhammad sudah beberapa kali mengeluh...sepedanya jelek, jok nya robek dan stang dll nya sudah karatan...lalu dia mogok naik sepeda tapi tiba-tiba dia lupa dan naik sepeda lagi supaya tidak terlambat sampai ke sekolah kalau bis jemputannya gak datang-datang (terlambat).
Sepeda itu dibeli ayahnya di garage sale, sejak pertama kali ayahnya datang ke ras tanura, 4 tahun yang lalu
Sepeda bekas memang...dan sudah dipakai kakaknya lebih dulu...baru turun ke Muhammad...
Kakak tertawa mendengar aduan adiknya,"Dulu kakak juga diketawain..tapi kakak diam aja...they said,'Hey, your bike is too small for you'..."
"Muhammad....mobil ibu juga mobil bekas...sementara mobil teman-teman ibu (orang-orang Indonesia disini) mobilnya baru-baru...tapi ibu gak malu, cuek aja! Kan ibu tidak mencuri jadi kenapa harus malu? Kalau dikatain orang...biar aja...yang penting ibu tidak menghina atau mengejek orang...itu gak baik...Mobil, sepeda yang penting bisa dipakai bukan karena baru atau lamanya..."
Juga barang-barang dalam rumah kita...kebanyakan adalah barang bekas yang ibu dan ayah beli di garage sale bahkan tas dan sendal yang ibu pakai ini adalah barang bekas...
Malu? Yaa...kakak pernah bertanya,"Kok ibu gak malu sih pake barang bekas?"
Barang bekas itu ibu beli dan orangnya pun sudah menjualnya...ibu tidak meminta-minta apalagi mencuri.
Jadi tidak ada alasan untuk malu. Kalau dilihat yang punya atau dilihat orang yang kenal barang tersebut...ooh itu barangnya nya si ini...dibeli dia...
terus kenapa? Biar saja, orang bebas berpikir dan berbicara...yang penting barang kita bukan hasil mengemis atau mencuri.
Danlagi ngapain juga orang berpikir begitu, orang-orang kan sibuk dengan urusan masing-masing...kita aja kali yang ge-er...he he he...
Kalian belum pernah dengar cerita ayah waktu SMA dulu ya...
Tas sekolah ayah rusak dan gantinya ayah terpaksa pakai tas nenek yang buat belanja ke pasar...tapi ayah gak merasa malu...baru sekarang ayah mikir kok bisa yah, saya gak malu pakai tas itu...sambil tertawa sendiri dan geleng-geleng kepala...
"Habis gimana? Gak punya tas lagi...dan gak punya uang buat beli tas...sementara tetap perlu tas buat sekolah..."
Kapan-kapan...ibu suruh ayah cerita di depan kalian ya nak....
Kakak benar, sekarang kita punya uang tapi kalau barang yang lama masih bisa dipakai kenapa harus beli yang baru hanya karena gengsi dan ingin diterima teman-teman. Yuk kita berorientasi ke Allah...Allah tidak melihat rupa kita, harta benda kita tapi hati dan amal kita...yuk kita membersihkan hati, berpikir baik dan berbuat baik...kalau Muhammad tidak suka diejek jadi jangan mengejek teman dan sayangilah teman yang lemah yang diperlakukan tidak baik oleh teman-teman yang lain. Kakak mau berteman dan menerima kedatangan Tasneem sekalipun dia bukan anak populer...ibu senang dan bersyukur sekali...

Ibu juga belajar dari ayah...dulu ibu merasa minder jika mengundang tamu ke rumah. Rumah tamu-tamu yang ibu undang itu barang-barang dan makanan yang mereka pernah hidangkan lebih wah daripada ibu yang sederhana ini...sekalipun ibu sudah berusaha menyajikan yang terbaik tapi rasanya ibu masih kalah dibandingkan mereka...kemudian ayah membimbing ibu untuk berani tampil apa adanya...memang hidup kita sederhana, makanan yang kita makan memang begini...yang penting kita menjamu dengan hati yang ikhlas. Alhamdulillah...terima kasih ayah yang telah banyak mengajarkan ibu untuk bersikap bersahaja. Alhamdulillah ternyata teman-teman yang baik...bukan karena isi rumah kita dan makanan yang kita sajikan...tapi karena ketulusan hati kita...ibu bersyukur ibu mempunyai cukup banyak teman...

Anak-Anak....

Saya merasa bersalah dan menyesal. Seperti biasa kalau weekend Muhammad selalu diajak ayahnya shalat wajib di masjid sementara ada Uzzair kawan Muhammad sedang main di rumah. Suami dan saya mengajak Uzzair ikut Muhammad ke masjid tapi dia tidak mau, katanya "My mom doesn't allow me to go anywhere." Saya bilang,"So you can call your mom and ask her permission to go to the mosque with Muhammad and his dad." Dia tetap tidak mau. Saya akhirnya menyerah dan dia pun pulang ke rumahnya. Kasian juga melihat dia yang baru datang akhirnya pulang lagi...tapi bagaimana...saya tidak mau Muhammad jadi tidak shalat jamaah di masjid karena temannya ngajak main.
Dan hari ini, Muhammad tidak langsung balik ke sekolah sesudah makan siang karena sesudah makan siang adalah jam musik. Muhammad baru akan saya antar ke sekolah setelah pelajaran musik usai. Setelah makan siang tadi Nathaniel menjemput Muhammad, mengajak kembali ke sekolah bersama-sama. Muhammad bilang, saya kembali ke sekolah jam 1:30. "Why?" Nathaniel penasaran dan Muhammad jawab,"because I dont atend music class". Nathaniel jadi ikutan gak mau masuk ke kelas musik. "I don't want to come to music lesson too." Waduh! Aku terpaksa ikut campur,"No, Nathaniel you can't...you should go to music class."
"But I don't like music too."
"No kid, Muhammad's case is different...I think, you'll be better back to school now kid or you'll be late...bus has passed, you miss the bus already...I'm sorry, kid...come on go to school immediately. Take care, kid!"
Kasian melihat Nathaniel yang seperti terusir, lalu dia pergi...
Aku menghela napas lega...Alhamdulillah dia mau pergi ke sekolah juga kalau tidak, bisa jadi masalah dengan sekolah...gara-gara muslim student tidak ikut kelas musik....anak-anak lainnya jadi malas dan ikut-ikutan gak masuk kelas musik...mudah-mudahan tidak begitu...amiin.
Muhammad sempat marah dan nangis ketika aku matikan TV. Tidak ikut musik kelas bukan berati nonton TV di rumah, aku sudah buat program belajar buat dia...belajar menghapal juz amma lagi lalu surat yang barusan dihapal dibaca dalam shalat dzuhurnya. Sempat stress juga tadi tapi Alhamdulillah Allah memudahkan program belajar singkat tadi....semoga istiqomah, amiin.

Thursday, November 17, 2011

Ingat Mati

Aku selalu diingatkan oleh kematian allmarhumah bunda Inong yang gak disangka-sangka, karena memang malaikat pencabut nyawa akan datang tanpa disangka-sangka, malaikat tersebut setiap saat selalu mengintai kita, jika Allah telah menetapkan waktu kematian kita, tugas malaikat tersebut mencabut nyawa kita.
Kullu nafsin dzaiqotul maut....
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
QS. Ali Imran (3) : 185

Kematian adalah nasehat terbaik. Hidup di dunia ini tidak kekal, hanya sementara, kebahagiaannya pun semu jadi jangan sampai kita terpedaya oleh kebahagiaan dunia hingga melupakan mencari bekal ke akherat dimana kehidupan dan kebahagiaannya selama-lamanya atau abadi. Mengingat kematian membuat aku takut dan berharap pada Allah, semoga hidupku bisa bermanfaat dan memanfaatkan hidup sesuai kehendak Allah selagi Allah masih memberi kesempatan aku hidup.

Wednesday, November 16, 2011

Today we move to a different Hajj story; the story of Hajar (May Allah be pleased with her) and her son Ismaeel (Peace be upon him).

Ibrahim (Peace be upon him) woke up one day and asked Hajar to prepare herself and baby Ismail for a long travel. Ibrahim and Hajar kept walking, crossed a fertile land followed by barren mountains till they arrived at the Arabian desert. Ibrahim brought Hajar to a high hill called al-Marwa, made her and her baby sit under a tree, placed a bag of dates and some water near her, and simply walked away.

You can imagine Hajar’s reaction at this, she ran after him and said: “Are you going to leave us in this desert where there is no one to keep us company?” She repeated this many times but he would not look back at her. Finally she asked: “Has Allah ordered you to do so?” He said ‘yes’. She replied, “Then He will not neglect us.”

This story teaches us a very beautiful lesson: When Allah (Subhanahu Wa Ta’ala) is testing you, you need to have this belief that Allah will not forsake you. You’re a Muslim, you believe in Him, He’ll not forsake you. Do your best in all your endeavors regardless of the trials you’ll face, and Allah will not forsake you.

This feeling of certainty in Allah’s help will boost your productivity when you feel like giving up.

Yesterday, we introduced the story of Hajar (May Allah be pleased with her) and her son Ismaeel (Peace be upon him) and stopped where Hajar was left in the barren land with little food and water. Let’s continue the story…

Hajar went on nursing Ismaeel and drinking from the water until it was all used up. She became very thirsty and the child was crying. She left him on the al-Marwa hill and hurried to the nearest hill, as-Safa. She stood there and started looking at the valley keenly so that she might see somebody, but she could not see anybody. She descended from as-Safa, crossed the valley running and reached al-Marwa hill. She stood and started looking but could see anybody. She kept running between as-Safa and al-Marwa seven times. When she reached al-Marwa for the last time, she was exhausted, and there the miracle happened! Angel Jibreel, dug the earth until water flowed underneath Ismaeel (Peace be upon him) & Zamzam was born!

I always ask this question to my students; Why did Allah (Subhanahu Wa Ta’ala) make Hajar (May Allah be pleased with her) run 7 times before this miracle happened? If He (Subhanahu Wa Ta’ala) wanted, he could have provided her with Zamzam without her even lifting a finger, but there’s a lesson here for all mankind: you need to work hard for miracles to happen!

The sky does NOT rain gold, you have to be proactive, do your best and push yourself and Allah will provide from where you didn’t expect!

This is a message to the Ummah of Islam: Sitting down and doing nothing for the Ummah and hoping that our Ummah’s situation will change does not grant us victory.

We need active societies, people who care more about those around them than their own comforts. Each one of us needs to be productive in an area of our lives, and boost those around us to be productive as well and this is how we’ll rise as an Ummah, inshaAllah.

Tuesday, November 15, 2011

Jangan Menyerah Saudariku!

Penulis: Ummu Ziyad
Muroja’ah: Ustadz Subhan Khadafi, Lc.
Pusing! itulah yang ada di kepala Ida (bukan nama sebenarnya). Sepertinya ‘tuntutan hidup’ mengharuskan dia bekerja, yang itu berarti dia harus bercampur baur dengan para pria. Ya Allah, kuatkanlah imannya dan berikan sifat istiqomah dalam menjalankan ketaatan kepada-Mu. Aamiin.
Sebuah tuntutan dari orang yang telah membiayai pendidikan (kuliah), baik itu orang tua, kakak, paman, bibi, atau yang lainnya adalah sebuah kewajaran ketika mereka merasa bahwa ‘tugas’ mereka menyekolahkan seorang anak telah selesai. Lalu, apakah setiap tuntutan itu harus dipenuhi? Lalu kemudian teringat sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang maknanya adalah sebuah kebaikan dibalas dengan kebaikan yang serupa, dan bila tidak mampu maka dengan mendoakannya (HR. Baihaqi). Berbagai pikiran mungkin berkecamuk di benak, “Entah telah berapa puluh juta yang mereka telah keluarkan untuk membiayai kuliahku, tapi entah berapa yang bisa kubalas, atau entah apakah sebanding yang kudapat sekarang dengan yang mereka korbankan.” Di samping tuntutan dari orang-orang di belakang layar selama proses menempuh perkuliahan, masih pula dikejar-kejar oleh kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi. Dan biaya-biaya tak terduga yang pada intinya akan mengurangi ‘bekal’ yang masih tersisa. Seakan-akan semua keadaan itu berteriak bersama-sama, “Kerja! kerja! kerja!”, “Cari yang bergaji wah!”, “Pendekkan saja jilbabmu, tidak apa-apa, biar cepat mendapatkan kerja!”, “Lepas cadarmu, tidak ada yang mau menerima wanita seperti dirimu”, “Jangan cuma kerja yang begitu!” Dan bisikan-bisikan hawa nafsu yang setiap orang pasti memilikinya, dan tidaklah hawa nafsu itu melainkan mengajak pada keburukan.
Saudariku, kuatkan imanmu!
Dimana pelajaran tauhid yang selama ini telah engkau pelajari? Dan kemanakah perginya konsekuensi dari pengenalan nama dan sifat Allah Ta’ala yang telah engkau ketahui? Engkau mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa dan Maha Kaya. Engkau telah mengetahui bahwa Allah Ta’ala telah mengatur seluruhnya dan tertulis dalam kitab Lauh Mahfuz. Jauh, jauh sebelum engkau diciptakan. Segala ketentuannya tak dapat dirubah. Namun, engkau adalah manusia yang menjalankan dengan berbagai pilihan. Dan engkau akan dimudahkan pada setiap takdir yang telah ditentukan. Dari pengenalanmu tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, engkau mengetahui, bahwa rezeki, kehidupan yang baik dan buruk, seluruhnya telah ditentukan. Maka, berdoalah! Dan bersabarlah! Serta bersyukurlah dengan keadaanmu sekarang.
…Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Al Imraan [3]: 145)
Engkau tidak dapat mengejar tujuan hidup berupa kekayaan. Dan engkau -seharusnya- tidak menanggalkan pakaian ketakwaan. Kekayaan telah ditentukan. Nikmat Islam telah diberikan. Keadaan yang diberikan kepadamu sekarang, insya Allah adalah lebih baik dari yang lain atau yang sebelumnya. Jika engkau masih memikirkan, antara keinginan yang kuat untuk tetap bertahan dalam ketaatan menjalankan syari’at, maka bersyukurlah! Karena itu adalah keadaan yang lebih baik untuk dirimu. Bandingkanlah dengan keadaan mereka yang tidak perlu bersusah payah mempertimbangkan itu semua. Dan dengan mudahnya mereka jatuh dalam gelimang dosa. Dan salah satu cara untuk mewujudkan rasa syukurmu adalah dengan lebih menjalankan ketaatan kepada-Nya. Perhatikanlah firman Allah ta’ala kepada orang-orang yang telah diberikan nikmat.
…Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (Al A’raaf [7]: 69)
Nikmat yang engkau rasakan dalam menjalankan ketaatan dalam agama Islam adalah jauh lebih baik dari dunia dan segala isinya. Tidak semua orang Islam dapat merasakan ini. Karena terdapat dua nikmat dalam Islam. Nikmat karena telah beragama Islam (ni’mat lil islam) dan nikmat dalam Islam itu sendiri (ni’mat fil islam). Tidak semua orang Islam mendapatkan nikmat untuk menjalankan ketundukan pada syari’at yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan telah dijelaskan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ya! Baiklah! Masih berkutat di pikiranmu. Bagaimana dengan kebutuhan hidupku?! Bagaimana dengan balas jasaku? Allahumma… semoga Allah memudahkan jalanmu saudariku. Tidakkah engkau ingat bahwa masing-masing telah ditentukan rezekinya. Bahkan sampai binatang yang cacat sekalipun, yang ia tidak dapat mencari makanan sendiri atau mangsa sendiri. Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji pada hamba-hamba-Nya lewat firman-Nya (dan sungguh janji Allah Ta’ala adalah benar adanya)
…Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. At Thalaq [65]: 2)
Dan ayat ini sejalan dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika memberikan jalan bagi seorang muslim dalam menghadapi kehidupan di dunia dimana seorang makhluk memiliki berbagai kebutuhan,
Sekiranya kalian bertawwakal kepada Allah secara benar maka Dia akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Allah memberi rezeki pada burung. Mereka berangkat pada waktu pagi dalam keadaan sangat lapar dan pulang dalam keadaan sangat kenyang. (Hadits riwayat Ahmad, Tirmidzi, Nasai, Ibn Majah, Ibn Hibban, dan Hakim. Tirmidzi berkata, hadist ini hasan shohih)
Saudariku… burung tersebut tentu tidak memastikan bahwa setiap bulannya harus mendapatkan makanan sekian dan sekian. Namun ia berusaha untuk mendapatkan apa yang dia butuhkan dan mendapatkan rezeki dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka bersyukur adalah yang lebih layak engkau lakukan dan dengan demikian maka akan terwujud sikap qona’ah dalam hatimu.
Syaitan menjanjikan kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan, sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengatahui. (Al-Baqoroh [2]: 268)
Lalu, bagaimana dengan balas jasaku? Maka dengan menjalankan keta’atan kepada Allah, engkau memberikan balasan yang insya Allah jauh lebih besar manfaatnya untuk mereka di akherat nanti. Mengapa? Perhatikan hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini (yang secara makna artinya) “Tidak ada ketaatan pada makhluk dalam hal kemaksiatan pada Allah.”
Dan dari Abu Hurairah rodhiallahu’anhu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia menanggung dosanya dan juga menanggung dosa orang-orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka. (HR. Muslim)
Maka jika engkau mengikuti mereka dalam sebuah hal yang dapat menjerumuskanmu dalam kemaksiatan, maka ketahuilah saudariku, engkau juga telah memberikan dosa-dosa yang semisal kepada mereka. Wal’iyyadzubillah. Dan berpuluh-puluh juta yang telah mereka korbankan untukmu agar engkau pada akhirnya menjalankan sebuah kemaksiatan tidak akan memberi manfaat sedikitpun di akherat nanti dan justru yang terjadi adalah sebaliknya, mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas segala amal perbuatannya. Maka, janganlah ukur segala sesuatu dengan materi keduniaan. Karena ada kehidupan yang jauh lebih patut untuk dipikirkan dan dipersiapkan.
Pesan terakhir yang paling baik adalah kalimat dari manusia terbaik yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Abu Sa’id Al-Khudry rodhiallahu’anhu, dia berkata. ‘Aku memasuki tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau sedang demam. Lalu kuletakkan tanganku di badan beliau. Maka aku merasakan panas di tanganku di atas selimut. Lalu aku berkata. ‘Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya sakit ini pada dirimu’. Beliau berkata: ‘Begitulah kami (para nabi). Cobaan dilipatkan kepada kami dan pahala juga ditingkatkan bagi kami’. Aku bertanya. ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya ? Beliau menjawab: ‘Para nabi. Aku bertanya. ‘Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: ‘Kemudian orang-orang shalih. Sungguh salah seorang di antara mereka diuji dengan kemiskinan, sampai-sampai salah seorang diantara mereka tidak mendapatkan kecuali (tambalan) mantel yang dia himpun. Dan, sungguh salah seorang diantara mereka merasa senang karena cobaan, sebagaimana salah seorang diantara kamu yang senang karena kemewahan.’ (HR. Ibnu Majah, Al-Hakim, di shahihkan Adz-Dzahaby)
Jangan menyerah saudariku!
Rezeki yang kau butuhkan,
tidak hanya bertumpuk pada hiruk pikuk perkantoran.

Tidak hanya terkumpul pada tempat yang memudahkanmu menjalankan kemaksiatan.
Balas jasamu tidak sekedar materi keduniaan.
Sebuah do’a dan amal sholeh lebih dapat menghindarkan mereka dari kehinaan.

Insya Allah.
Semoga Allah memudahkanmu dalam ketaatan.
Dan memberikan yang lebih baik, yaitu manisnya iman.

Sebuah nasihat bagi diriku dan ukhtifillah…
***
Artikel www.muslimah.or.id