Saturday, December 31, 2016
Friday, December 30, 2016
Nasihat Ibu
Thursday, December 29, 2016
![kisah ulama kisah ulama](https://konsultasisyariah.com/wp-content/uploads/2016/10/kisah-ulama-696x435.jpg)
Menjaga Kesehatan Hati
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba'du
Terdapat banyak dalil bahwa iman, ibadah, dan ketaataan adalah nikmat. Iman itu manis, ibadah itu manis, taat itu manis, yang hanya bisa dirasakan oleh hati yang sehat.
Dalam al-Quran, Allah menyebut wahyu dengan sebutan ar-Ruh,
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا
“Demikianlah Kami wahyukan kepadamuRuh (al-Quran) dengan perintah Kami…”(QS. as-Syura: 52)
Yang dimaksud Ruh pada ayat di atas adalah wahyu al-Qur’an.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamdalam beberapa hadisnya juga menyebutkan bahwa iman itu rasanya lezat. Diantaranya, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
Ada 3 hal, siapa yang memilikinya maka dia akan bisa merasakan manisnya iman. [1] Allah dan Rasul-Nya menjadi sesuatu yang paling dia cintai melebihi yang lainnya. [2] Mencintai orang lain yang latar belakangnya hanya karena Allah. [3] dan dia benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke neraka. (Bukhari 6941 & Muslim 174)
Kemudian, dalam hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut shalat sebagai sesuatu yang menenangkan. Dalam hadis dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِى فِى الصَّلاَةِ
“Ketenangan hatiku dijadikan dalam shalat.” (HR. Ahmad12293, Nasai 3956, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth)
Mengapa Ketika Ibadah kita Tidak Nyaman?
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa ketika kita melakukan ketaatan, kita selalu merasa tidak nyaman? Kita merasa tidak betah. Bahkan umumnya kita berfikir bagaimana agar ibadah itu segera selesai…
Bukankah taat itu nikmat?
Shalat itu menenangkan?
Ibadah itu rasanya lezat?
Tapi mengapa seolah menjadi beban yang sangat berat bagi kita?
Jawabannya adalah karena hati kita sedang sakit…
Sebagaimana ketika fisik kita sedang sakit, semua terasa pahit, meskipun sejatinya itu nikmat.
Orang sakit diberi makanan selezat apapun, tidak akan bisa dia nikmati. Karena semua terasa pahit.
Bagi orang sehat, mandi dengan air itu menyegarkan, tapi bagi orang sakit, itu menyiksa dirinya.
Karena dia sakit, sehingga tidak bisa menikmati yang lezat…
Bagaimana penawarnya?
Ibnul Qoyim menyebutkan teori pengobatan orang sakit. Teori ini berlaku dalam semua tindakan pengobatan orang yang sakit, baik sakit fisik maupun sakit hati.
Kata Ibnul Qoyim,
ومدار الصحة على حفظ القوة والحمية عن المؤذى واستفراغ المواد الفاسدة ونظر الطبيب دائر على هذه الأصول الثلاثة
Menjaga kesehatan berporos pada 3 hal: [1] Menjaga kekuatan (حفظ القوة), [2] Perlindungan dari sesutau yang memperparah sakitnya (والحمية عن المؤذى) dan [3] Membersihakan sumber penyakit (واستفراغ المواد الفاسدة).
Dan para dokter selalu memperhatikan 3 prinsip ini. (Ighatsah al-Lahafan, 1/16).
Selanjutnya, kita akan merinci secara ringkas,
Pertama, Menjaga kekuatan [حفظ القوة]
Dalam dunia kedokteran, pendekatan pertama yang digunakan dokter untuk mengobati pasiennya adalah menjaga kekuatan fisik pasien. Dokter akan meminta pasien untuk banyak mengkonsumsi makanan bergizi, banyak beristirahat, jangan banyak berfikir berat, dan tidak lupa diberi multivitamin.
Dalam menjaga kesehatan hati yang sakit juga demikian, kita harus memberikan nutrisi bagi hati. Diantaranya dengan banyak berdzikir, banyak mendekatkan diri kepada Allah, banyak belajar agama, dst.
Karena wahyu itu ruh… mendekat kepada wahyu, baik bentuknya amalan maupun menata pemahaman, berarti meningkatkan potensi kehidupan bagi hati.
Kedua, Perlindungan dari sesutau yang memperparah sakitnya [والحمية عن المؤذى]
Dalam dunia kedokteran, pendekatan kedua yang digunakan dokter untuk mengobati pasiennya adalah melindungi pasien dari sesutau yang memperparah sakitnya. Dokter akan menyebutkan beberapa pantangan yang harus dihindari pasien. Tidak boleh makan berlemak, berkolestrol, dst.
Dalam menjaga kesehatan hati yang sakit juga demikian, kita harus menjaga diri dari kondisi yang memperparah penyakit hati kita. Itulah dosa dan maksiat. Karena dosa dan maksiat adalah noda bagi hati.
Ketiga, Membersihakan sumber penyakit [واستفراغ المواد الفاسدة]
Dalam dunia kedokteran, ini pendekatan ketiga. Dokter akan mengobati sumber penyakit pasien. Pasien akan diberi obat misalnya antibiotik, anti radang, anti alergi, dst.
Dalam menjaga kesehatan hati yang sakit juga demikian, kita harus membersihkan sumber penyakit hati. Dengan cara membersihkan noda dosa. Bentuknya, banyak bertaubat kepada Allah, memohon ampun atas kesalahan yang kita lakukan, dst.
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android.
Download Sekarang !!
KonsultasiSyariah.com didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia.
Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.
- SPONSOR hubungi: 081 326 333 328
- DONASI hubungi: 087 882 888 727
- REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242a.n. YAYASAN YUFID NETWORK
Bagaimana agar Mudah Menghafal Al-qur’an?
1. sangat suka membaca Al-Qur’an (TILAWAH HARIAN).
Sebelum menghafal Al-qur’an, ada orang yang menerapkan strategi : membaca Al-Qur’an secara rutin dalam jumlah tertentu. misal 1 juz per hari,bahkan sampai 10 juz per hari. Ini sangat efektif untuk membantu mengenali ayat yang akan dihafal dan melancarkan lidah terhadap lafadz-lafadz Al-Qur’an.
2. memahami ayat al-qur’an sebelum menghafal (MEMPELAJARI TAFSIRNYA).
Ini juga cara yang jitu untuk menghafalAl-qur’an. Jika kita paham makna dan maksud ayat tersebut, maka akan mudah untuk mengingat dan menghafalnya. Jadi, kita menghafal qur’an bukan hanya lafadznya, tapi juga memahami isinya… apalagi jika kita bisa mengambil pelajaran dari ayat tesebut, maka akan memberikan pengaruh positif bagi hati dan pola pikir. Untuk hati, bisa menjadi obat, penyejuk jiwa, hiburan bagi hati, penyemangat dalam beramal shalih, dan penegur kita jika akan melakukan keburukan. Untuk pola pikir, akan mengembangkan cara berpikir kita secara lebih luas, misal tentang bahasanya (ternyata indah banget lho…
3. TEPAT DALAM MEMILIH WAKTU DAN TEMPAT.
Ternyata… ini juga FAKTOR YANG AMAT PENTING. Ana sendiri meneliti, kenapa suatu saat ana bisa cepat hafal,tapi kenapa berjam-jam cuma dapat 1 halaman? Ternyata, faktor yang menonjol saat itu adalah waktu dan tempat. Jika kita menghafal di tempat yang bising, maka kita akan sulit berkonsenrasi, pikiran menjadi terpecah. Ada yang memilih masjid, taman, atau di pojok rumah yang sunyi dari suara-suara yang mengganggu untuk menghafal Al-Qur’an. Lalu jika menghafal pada waktu pagi atau malam (menurut pengalaman), ternyata lebih mudah dan cepat masuk.
Kalau kita sudah menemukan waktu dan tempat yang tepat. Sebaiknya kita mengusahakan bisa selalu atau sering berada pada tempat dan waktu itu ketika menghafal. Hal ini sangat membantu konsentrasi.
4. memusatkan perhatian pada Al-Qur’an (KONSENTRASI / FOKUS pada Al-Qur’an)
Kalau kita sudah memutuskan untuk menghafal-qur’an, maka sebaiknya kita mau mengorbankan beberapa kesibukan lain, jika memang kesibukan itu akan mengganggu konsentrasi. Mungkin antum perlu mencobanya. Kosongkan waktu dalam satu hari, lalu niatkan khusus untuk menghafal,insya Allah kita akan merasakan perbedaannya.
Konsentrasi ini butuh latihan. Meski kita sudah di tempat hening, belum tentu bisa konsentrasi jika pikiran melayang ke mana-mana (misal: mikir ada tugas ini, tugas itu). Kosongkan pikiran, kecuali untuk Al-qur’an. Jika ada pikiran lagi yang datang,maka ingatlah kembali bahwa antum harus segera kembali pada aktivitas antum: MENGHAFAL AL-QUR’AN. Jika antum sudah bisa menghafal dengan konsentrasi yang baik, maka tingkatkan lagi konsentrasi tersebut.
5. SERING MENDENGARKAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN (menjadi pendengaran harian)
Saya pernah membaca sebuah artikel, bahwa seseorang bisa menghafal Al-Qur’an 1 juz dalam 1 pekan karena sangat sering mendengar murottal ketika dalam perjalanan. Ini juga bisa diterapkan. Ana sering mendengarkan QS. al-Mujadilah sebelum menghafalnya, alhamdulillah ternyata saya tidak mengalami banyak kesulitan ketika menghafalnya. Kalau boleh berkomentar: rasanya seperti meletakkan puzle-puzzle ke tempatnya sehingga menjadi gambar yang utuh (tinggal ditempatkan pada tempat yang benar).
Memang untuk menghafal, bisa melalui pendengaran saja. Makanya kita bisa menemui ada orang yang buta, tapi hafal al-qur’an.
6. tidak putus asa jika menemui kesulitan dalam menghafal.
Memang saat proses menghafal itu kita juga akan menemui beberapa kesulitan, bisa jadi karena lafadznya jarang diucapkan, atau merasa asing dengan istilah itu, atau belum paham maknanya, belum paham mana subjek dan objeknya., dll. Ana sendiri merasa ada tambahan ilmu dengan menghafal Al-qur’an, baik kosakata bahasa Arab, kisah-kisah, gaya bahasa, dll.
Kalau kita menemui kesulitan, jangan putus asa.Insya Allah ada hikmahnya di balik itu. Misalnya saja: jika belum hafal-hafal juga, berarti kita perlu mengulang-ulang ayat tersebut. Semakin banyak mengulang ayat Al-Qur’an, insya Allah pahalanya juga semakin banyak. Contoh lain: ketika mengalami kesulitan menghafal itu, justru kita menemukan metode lain yang cocok untuk kita dalam menghafal. Ana dulu pernah mengalami hal ini, kemudian ana bertanya-tanya: Kenapa ko tidak hafal-hafal? Lalu ana baca tafsirnya sekali lagi. Ternyata, di situ ada ilmu yang terlewat (belum ana baca dengan seksama)… Ternyata dalam ayat itu, ada uslub tanya jawab yang berbeda dari biasanya. Biasanya tanya jawab itu adalah antara 2 orang, misal antara Allah dengan orang kafir, antara Nabi dengan kaumnya…tapi ternyata pada ayat itu, pertanyaan dan jawaban adalah dari satu orang, yaitu dari Nabi Muhammmad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Subhanallah! Indah sekali.
Yang perlu diingat,jika kita sampai putus asa, maka ketahuilah, itu dari setan. Jangan dituruti ya!!
Wallahu a’lam.
Sementara ini dulu, ana sambung lain waktu nggih, insya Allah.. Wassalam.
Tuesday, December 27, 2016
Sunday, December 25, 2016
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh.
Ustadz, afwan Ana pernah di tanya santri Ana. Apa benar ada hadits yang menyatakan bahwa jika kita sudah pernah menghafal Al-Quran kemudian melupakannya atau lupa, kemudian kita berdosa. Apa hadits itu shahih? Mohon bantuannya ustadz. Jazakumullah khairan katsira.
Jawaban:
Alhamdulillaah. Washalatu wassalamu wa’ala alihi wa shabihi ajma’in, amma ba’du:
Al-Quran adalah Firman Allah Yang Maha Kuasa, Kalamullah, dan sumber hukum. Membacanya adalah ibadah yang melembutkan hati, merendahkan jiwa, dan membawa manfaat yang tak terhitung jumlahnya.
Termasuk rahmat Allah dan kebaikan-Nya kepada para hamba adalah adanya sifat lupa. Jika seseorang lupa hafalannya, dia tentu akan menghafal kembali (muraja’ah). Jika dia murajaah bacaannya, dia akan mendapatkan hasil yang lebih utama daripada kalau dia dulu telah membaca Al-Quran, menghafalnya, dan tidak lupa. Karena jika Anda membaca, hafal, dan tidak lupa sedikit pun, Anda tidak akan membaca Al-Quran walaupun pada saat Anda butuh. Namun selama Anda mengetahui bahwa Anda akan lupa, tentu Anda akan muraja’ah berkali-kali, demikian seterusnya.
Secara hukum dia tidak berdosa, akan tetapi disyariatkan bagi seorang muslim untuk selalu menjaga dan memelihara hafalan Al-Quran agar tidak hilang dari ingatannya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi – shallallahu ‘alaihi wa sallam -,
تَعَاهَدُوا الْقُرْآنَ فوَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَلُّتًا مِنَ اْلإِبِلِ فِيْ عَقْلِهَا
“Jagalah Al-Quran. Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh Al-Quran itu lebih mudah lepas daripada seekor unta yang lepas dari talinya.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 5033 dalam kitab Fadha’il al-Qur’an, bab (22), dan diriwayatkan Muslim, no. 791 dalam kitab Shalat orang yang bepergian dan qashar, bab (23) dari hadits Abu Musa al-Asy’ari z.)
Akan tetapi, yang paling penting adalah mempelajari dan memahami ayat-ayat Al-Quran kemudian mengamalkannya. Karena barangsiapa yang mengamalkan Al-Quran, maka Al-Quran tersebut akan menjadi hujjah baginya (akan membelanya di hadapan Allah l). Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan Al-Quran, maka Al-Quran tersebut akan menjadi bumerang dia. Hal ini berdasarkan sabda Nabi – shallallahu ‘alaihi wa sallam -.
وَ الٌُقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
“Dan Al-Quran itu bisa menjadi hujjah bagimu (membelamu) dan bisa menjadi hujjah atas kamu (mengancammu).” (Riwayat Muslim dari hadits Al-Harits Al-Asy’ari yang panjang).
Oleh karena itu, tidak boleh bagi orang yang telah hafal bacaan Al-Quran untuk mengabaikan, atau mengabaikan untuk memperbaiki hafalannya. Sebaliknya, seseorang wajib menentukan sebagian dari Al-Quran untuk dibaca setiap hari yang akan membantu orang tersebut memperkuat hafalan dan memastikan bahwa seseorang tidak melupakannya. Sehingga, di samping akan menerima pahala dari Allah juga akan mendapatkan manfaat dari hukum-hukumnya dengan penuh keyakinan dan tindakan. Namun, orang yang menghafal beberapa bagian dari Al Quran kemudian mereka lupa karena sibuk atau ceroboh tidaklah berdosa. Terdapat hadist yang menyebutkan ancaman terhadap mereka yang menghafal bagian dari Al-Quran kemudian melupakannya, hadits tersebut bukan hadits yang shahih dari Nabi Muhammad – shallallahu ‘alaihi wa sallam -.
Kami meminta kepada Allah untuk memberikan kita bimbingan dan taufik-Nya, dan semoga Allah melimpahkan doa-Nya dan kedamaian atas Nabi Muhammad – shallallahu ‘alaihi wa sallam -, kepada keluarganya dan para sahabatnya. (***)
Sumber: Rubrik Konsultasi Syariah Majalah Sakinah Vol. 11 No. 5
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
SubhanAllah Alhamdulillah Allahu Akbar
Subhanallah…
Kisah ini sungguh menghentak hati.
Seorang mujahid sekaligus hafidz bisa menjadi penghuni neraka
Bagaimana pula dengan diri ini???
Ya Allah cabutlah nyawa kami dalam keadaan husnul khotimah…
*DULUNYA IA HAFAL 30 JUZ, SEMUA HILANG TAK TERSISA KECUALI 2 AYAT SAJA *
Lelaki gagah itu mengayunkan pedangnya menebas tubuh demi tubuh pasukan romawi. Ia adalah dulunya termasuk dari Tabi’in (270 H) yang HAFAL AL QURAN. Namanya adalah sebaik-baik nama, ‘Abdah bin ‘Abdurrahiim. Keimanannya tak diragukan. Adakah bandingannya di dunia ini seorang MUJAHID nan NAN HAFAL AL QURAN, terkenal akan keilmuannya, kezuhudannya, ibadahnya, puasa daudnya serta ketaqwaan dan keimanannya…???
Namun tak dinyana, akhir hayatnya mati dalam kemurtadan dan hilang semua ISI AL QURAN dalam hafalannya melainkan 2 AYAT SAJA YANG TERSISA. Ayat apakah itu?? Apakah penyebabnya..?? Inilah kisahnya :
Pedangnya masih berkilat-kilat memantul cahaya mentari yang panas di tengah padang pasir yang gersang. Masih segar berlumur merahnya darah orang romawi. Ia hantarkan orang romawi itu ke neraka dengan pedangnya.
Tak disangka pula, nantinya dirinyapun dihantar ke neraka oleh seorang WANITA ROMAWI, tidak dengan pedang melainkan dengan ASMARA.
Kaum muslimin sedang mengepung kampung romawi. Tiba-tiba mata ‘Abdah tertuju kepada seorang wanita romawi di dalam benteng. Kecantikan dan pesona wanita pirang itu begitu dahsyat mengobrak-abrik hatinya. Dia lupa bahwa tak seorangpun dijamin tak lolos su’ul khotimah.
Tak tahan, iapun mengirimkan surat cinta kepada wanita itu. Isinya kurang lebih:
“Adinda, bagaimana caranya agar aku bisa sampai ke pangkuanmu?”
Perempuan itu menjawab: “Kakanda, masuklah agama nashrani maka aku jadi milikmu.”
Syahwat telah memenuhi relung hati ‘Abdah sampai-sampai ia menjadi lupa beriman, tuli peringatan dan buta Al Quran. Hatinya terbangun tembok anti hidayah.
Khotamallaahu ‘ala qulubihim wa’ala sam’ihim wa’ala abshorihim ghisyawah… Astaghfirullah, ma’adzallah. Pesona wanita itu telah mampu mengubur imannya di dasar samudra. Demi tubuh cantik nan fana itu ia rela tinggalkan islam. Ia rela murtad.
Menikahlah dia didalam benteng. Kaum muslimin yang menyaksikan ini sangat terguncang. Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa seorang hafidz yang hatinya dipenuhi Al Qur’an meninggalkan Allah dan menjadi hamba salib?
Ketika dibujuk untuk taubat ia tak bisa. Ketika ditanyakan kepadanya, "Dimana Al Quran mu yang dulu???"
Ia menjawab, "Aku telah lupa semua isi Al Quran kecuali 2 ayat saja yaitu :
رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ
"Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim."
ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ ۖفَسَوْفَ يَعْلَمُونَ.
"Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).
(QS. Al Hijr: 2-3)
Seolah ayat ini adalah hujjah untuk dirinya, kutukan sekaligus peringatan Allah yang terakhir namun tak digubrisnya. Dan ia bahagia hidup berlimpah harta dan keturunan bersama kaum nashrani. Dalam keadaan seperti itulah dia sampai mati. Mati dalam keadaan MURTAD.
Ya Allah, seorang hafidz nan mujahid saja bisa Kau angkat nikmat imannya berbalik murtad jika sudah ditetapkan murtad, apatah lagi hamba yang banyak cacat ini. Tak punya amal andalan.
Saudaraku, doakan aku dan aku doakan pula kalian agar Allah lindungi kita dari fitnah wanita dan fitnah dunia serta dihindarkan dari ketetapan yang buruk diakhir hayat.
Ma taraktu ba’di fitnatan adhorro ‘ala ar rijaal min nisaa…
"Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah yang maha dahsyat bahayanya bagi lelaki kecuali fitnah wanita." (muttafaq ‘alaih).
Wa’alaikum sallam warohmatullahi wabarokatuh.
Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar Walahaulawala Quwwata illabilla hil ‘aliyil ‘azhim. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa ‘ala ali Muhammad. Astaghfirullahal ‘azhim wa atubu ilaih.
**Disarikan dari tulisan DR. Hamid Ath Thahir dari buku "Di bawah Kilatan Pedang" (101 Kisah Heroik Mujahidin)
Friday, December 23, 2016
Thursday, December 22, 2016
SUBIAH AL-HAFIZHAH: MUSLIMAH ROHINGYA PENGHAFAL AL-QUR’AN DI ACEH
![Subiah Al-Hafizhah (bercadar) sesekali menyeka air matanya saat diwawancarai Mi’raj Islamic News Agency (MINA). Photo: MINA](https://isro17.files.wordpress.com/2015/06/subiah-al-hafizhah-bercadar.jpg?w=551)
Subiah Al-Hafizhah (bercadar) sesekali menyeka air matanya saat diwawancarai Mi’raj Islamic News Agency (MINA). Photo: MINA
Oleh: Nurhabibi, Koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) Biro Sumatera
Pandangan mata saya tertuju dengan seorang Muslimah yang berbeda penampilan dengan pengungsi Rohingya lain saat saya mengunjungi pengungsian Kuala Cangkoy Kecamatan Lapang, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Nagroe Aceh Darussalam, Ahad (31/5).
Pakaiannya serba hitam dan cadar menutupi wajahnya. Dari tatapan matanya, tampak kelembutan hatinya, walaupun demikian, terlihat roman ketakutan yang berusaha ia tutupi. Dari cara berbicaranya yang santun dan pelan menandakan bahwa ia seorang Muslimah yang memiliki akhlaq yang baik dan menawan.
Dialah Subiah Al-Hafizhah, Muslimah Rohingya yang hafal Al-Qur’an, yang ikut terombang-ambing di lautan lepas, demi menyelamatkan harga dirinya dari renggutan kekejaman di negaranya.
Subiah, merupakan satu diantara ratusan pengungsi Rohingya yg ditempatkan di TPI (Tempat Pendaratan Ikan) Kuala Cangkoy Kecamatan Lapang, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Nagroe Aceh Darussalam. Menariknya, Subiah ini merupakan seorang yang hafal 30 Juz Al-Qur’an.
Pembicaraan kami dengan Subiah siang itu, diterjemahkan oleh Muhammad Husein, pengungsi Rohingya yang hampir fasih berbicara bahasa melayu, karena sebagian besar dari para pengungsi tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris.
Menurut pengakuan Muhammad Husein ia mahir berbahasa melayu karena memang pernah menetap lama di Malaysia pada saat ia bekerja di sana sebagai kuli bangunan.
Melalui Muhammad Husein inilah penulis mampu menangkap informasi-informasi penting yang tersimpan dalam benak Subiah dengan keadaan dan kondisi yang tengah terjadi di Rohingya.
Kekejaman di Myanmar
Percakapan Penulis dengan Subiah diawali dengan tangisannya yang menyayat hati. Subiah mengungkapkan, bahwa ia tidak ingin kembali ke Rohingya, kekejaman umat Budha sebagai agama mayoritas di Myanmar atau sekitar 90% dari penduduknya telah menghancurkan masa depan Subiah dan keluarganya.
Kaum kerabat Subiah banyak yang menjadi korban. Ia mengisahkan bagaimana kejamnya perlakuan kejahatan mereka terhadap kaum Muslimin.
Tiap hari korban berjatuhan, anak-anak, wanita dan pria. Banyak anak-anak yang menjadi korban di depan mata ayah ibunya. Begitu juga sebaliknya, banyak orang tua yang dibantai secara biadab di depan anak-anak mereka.
Subiah mengisahkan, bagaimana ia belajar dan menghafal Al-Qur’an dalam keadaan sembunyi-sembunyi, penuh ketakutan, kekhawatiran.
Subiah mampu menghafal Al-Qur’an dalam jangka waktu 3 tahun. Hafal 30 Juz pada saat ia berumur 12 tahun, ia belajar Al-Qur’an melalui bimbingan Ustadz Al-Hafizh Muhammad Yunus. Para pengungsi Rohingya biasa memanggil Ustadz Al-Hafizh Muhammad Yunus dengan panggilan Imam, sebagai orang yang ditokohkan dalam urusan agama.
Ketika Penulis memintanya untuk membacakan salah satu ayat yang ia hafal, ia enggan bahkan terlihat menangis sesunggukkan. Ketika penulis tanyakan penyebabnya, Muhammad Husein, penerjemah kami mengatakan bahwa Subiah seringkali trauma ketakutan. Ia teringat pada saat sedang menghafal Al-Qur’an itulah umat Budha menyerang dan membasmi keluarga Muslimnya di sana.
Banyak teman-teman Subiah yang menjadi penghafal Al-Qur’an telah menjadi korban keganasan yang didukung oleh pemerintah Myanmar.
Aktivitas ibadah Muslim Rohingya sangat dibatasi. Fasilitas ibadah sangat minim. Begitu pula fasilitas pendidikan. Perlakuan pemerintah Myanmar terhadap Muslim tidak sama dengan perlakuan mereka terhadap Nasrani. Kaum Kristen walaupun minoritas, mereka masih tetap mendapatkan fasilitas ibadah dan pendidikan.
Kini Subiah telah berumur 17 tahun dan memiliki seorang suami. Ia menikah 2013 silam pada saat umur 15 tahun. Suaminya kini bekerja dan menetap di Malaysia, ia berharap dapat bertemu kembali dengan suaminya.
Subiah berpesan yang ditujukan kepada dunia, ia berharap dunia dapat melihat keadaan mereka di Rohingya.
“Jangan bedakan kami dengan yang lain, apakah hanya karena kami seorang Muslim lantas ditindas dan harga diri kami diinjak dengan semena-mena. Kami juga manusia yang ingin hidup di muka bumi ini, hormatilah kami dan keyakinan kami, “ ujarnya.
Subiah juga bersyukur dan berterimakasih atas bantuan rakyat Indonesia, khususnya warga Aceh yang telah digerakkan oleh Allah untuk membantu dan menempatkan mereka di sini.
“Kami mohon dengan amat sangat kepada Pemerintah Indonesia untuk tidak memulangkan kami ke Rohingya, sayangilah dan cintailah kami sebagai saudara kalian sesama Muslim, “ ujarnya.(T/HBB/K08/P4)