Our Life

Wednesday, July 13, 2022

Melaka




MELAKA KOTA SEJARAH
Minggu, 22 April 2006

Waktu masih sekolah aku suka pelajaran sejarah. Suka aja, karena dengan membaca buku sejarah bisa membayangkan what happened in the past. Begitu juga dengan blog ini...inilah sejarahku bersama keluargaku dan orang-orang tercinta. Bisa kubayangkan betapa senangnya Ansya dan Rizky mengenang perjalanan mereka di waktu kecil.

Nah, jalan-jalan kita minggu ini ke kota bersejarah, Melaka. Aku antusias sekali karena sudah tahu sejarahnya dan ingin melihat langsung sisa-sisa peninggalan bersejarahnya. Lama perjalanan dari rumah kami ke Melaka 2 jam lebih. Lewat tol terus, jauh tapi lancar. Kota Melaka adalah ibukota negeri Melaka. Lokasinya sesudah Seremban, ibukota negeri Sembilan dan sebelum negeri Johor. Kota ini terkenal dengan pelabuhannya yang konon sering disinggahi kapal-kapal dagang bangsa Cina, India, Arab dan Eropa. Mengingatkanku pada tanah air, tepatnya di daerah kota dekat pelabuhan Sunda Kelapa. Kalau disana ada Musium Fatahillah atau Stadt Huis, di Melaka pun ada Stadthuys yang berdinding merah sama dengan gereja Christ. Dulunya Stadthuys merupakan kediaman resmi gubernur Belanda beserta pegawai-pegawainya, dibangun tahun 1650. Sekarang jadi musium sejarah dan musium kebudayaan. Kita masuk ke dalam musiumnya.


Awalnya kerajaan Melaka didirikan oleh pangeran yang diasingkan dari Sumatera pada tahun 1396, namanya Parameswara. Pelabuhannya termasyhur, bangsa Cina, India dan Arab masuk melalui pelabuhan ini. Selain berdagang bangsa Arab juga menyebarkan agama Islam. Sampai tahun 1511 daerah ini mulai dikuasai bangsa Portugis dari Eropa, setelah melalui peperangan akhirnya dikuasai Belanda pada tahun 1641. Pada tahun 1795 Belanda menyerahkan kekuasaannya di Melaka kepada Inggris supaya daerah itu tidak jatuh ke tangan bangsa Perancis yang saat itu menangkapi bangsa Belanda yang mengadakan revolusi kepada bangsa Perancis. Daerah tsb kembali ke tangan Belanda namun akhirnya ditukar, Belanda menguasai Bengkulu sedangkan Inggris menguasai Melaka lagi.


Aku dan suami memasuki sisa-sisa bangunan portugis di sana. Dari gereja St Paul di atas kami menuruni tangga, melewati kuburan Belanda, menuju A'Famosa, benteng yang dibangun Portugis. Terus berempat, bersama anak-anak naik becak yang penumpangnya duduk disamping si supir. Becaknya rame hiasan bunga plastik beraneka warna, full musik tapi lagunya itu lho, musiknya kayak musik lagu Ami search yang dulu pernah ngetop di Indonesia....he he he... Ongkosnya RM 20, putar-putar, keluar masuk ke jalan-jalan Hang Jebat, Lekir, Lekiu (jadi ingat nama jalan di Kebayoran) dan melihat sekilas makam Hang Jebat yang tewas dibunuh oleh Hang Tuah. Kemudian melewati mesjid kampung keling, mesjid tertua di Melaka yang menara mesjidnya mirip bangunan pagoda, juga lewat kuil Cheng Hoon Teng yang juga kuil cina tertua serta kuil Sri Poyyatha Vinayagar Moorthi, salah satu kuil Hindu dan Jonker Walk yang kanan kiri banyak toko-toko barang antik, souvenir dan panganan cina. Dulu, ada Sultan Melaka yang menikah dengan puteri dari Cina. Penduduk Melaka kini pun percampuran antara melayu dan cina.

Lain dulu lain sekarang...Sekarang, pelabuhan Melaka sekedar ramai untuk transportasi Melaka-Dumai, Pekanbaru. Selebihnya untuk objek wisata seperti cruise yang membawa turis-turis menyusuri sungai Melaka. Ini foto musium bahari yang berbentuk kapal portugis.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home