Our Life

Wednesday, April 29, 2015

Tafsir Al-Qur’an Surah At-Takwiir (2)

17MEI

Tafsir Ibnu Katsir Surah At-Takwiir (Menggulung)
Surah Makkiyyah; Surah ke 81: 29 ayat

Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Salamah bin Yazid al-Ju’fi, dia berkata: Aku bersama saudara laki-lakiku pernah menolak menuju Rasulullah saw. lalu kami katakan: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibu kami, Mulaikah, selalu menyambung tali silaturahim, menghormati tamu dan berbuat [kebaikan]. Beliau binasa pada masa jahiliyyah, maka apakah semua itu memberi manfaat baginya?’ Beliau menjawab: ‘Tidak.’ Lalu kami katakan lagi: ‘Dahulu, memang beliau pernah mengubur hidup-hidup saudara perempuan kami pada masa jahiliyyah, lalu apakah hal itu juga memberi sedikit manfaat kepadanya?’ beliau menjawab: ‘al-waa-idah dan almau-uudah berada di neraka kecuali jika wal-waa-idah sempat mengenai Islam sehingga Allah akan memberi maaf kepadanya.’” (HR an-Nasa-i)

Imam Ahmad juga meriwayatkan, Ishaq al-Azraq memberitahu kami, ‘Auf memberitahu kami, Khansa’ binti Mu’awiyah ash Shrimiyyah memberitahuku dari pamannya, dia bercerita: Aku pertanyakan: “Wahai Rasulullah, siapakah yang berada di surga itu?” Beliau menjawab: “Nabi berada di surga, orang yang mati syahid berada di surga, dan anak yang dilahirkan berada di surga, sedangkan al-mau-uudah (bayi yang dikubur hidup-hidup) berada di surga.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan, Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Anak-anak orang-orang musyrik (yang mati ketika masih kecil) berada di surga. Dan barangsiapa mengklaim bahwa mereka berada di neraka berarti dia telah berdusta, karena Allah telah berfirman: wa idzal mau-uudatu su-ilat. Bi ayyi dzambing qutilat (“Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh?”) lebih lanjut Ibnu Abbas mengatakan: “Yaitu bayi yang dikubur.”

Firman Allah Ta’ala: wa idzash shuhufu nusyirat (“Dan apabila catatan-catatan [amal perbuatan manusia] dibuka.”) adl-Dlahhak mengatakan: “Setiap orang diberi catatannya dengan tangan kanan atau kirinya.” Sedangkan Qatadah mengemukakan, “Wahai anak Adam, kalian akan mengisinya lalu melipatnya, dan setelah itu akan dibukakan kepada kalian pada hari Kiamat kelak. Oleh karena itu, hendaklah seseorang memperhatikan dengan apa dia mengisi lembaran catatannya.”

Firman Allah: wa idzas samaa-u kusyithat (“Dan apabila langit dilenyapkan”) as-Suddi mengatakan: “Yakni dibuka.” Adl-Dlahhak mengemukakan: “Mengelupas dan kemudian menghilang.”

Firman Allah: wa idzal jahiimu su’-‘irat (“Dan apabila neraka jahim dinyalakan.”) as-Suddi mengatakan: “Dididihkan.” Sedangkan Qatadah mengemukakan: “Yakni dinyalakan.” Lebih lanjut Qatadah mengatakan: “Neraka itu dinyalakan oleh murka Allah dan berbagai kesalahan anak cucu Adam.”

Dan firman Allah: wa idzal jannatu uzlifat (“Dan apabila surga didekatkan.”) adl-Dlahhak, Abu Malik, Qatadah, dan ar-Rabi’ bin Khaitsam mengatakan: “Yakni mendekati para penghuninya. Firman-Nya: ‘alimat nafsum maa ahdlarat (“Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya.”) dan inilah jawabannya. Artinya, jika semua hal di atas terjadi, maka pada saat itu setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan diperbuatnya, itulah yang menjadi miliknya. Sebagaimana yang difirmankan Allah yang arttinya: “Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan [di mukanya], begitu [juga] kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh.” (Ali ‘Imraan: 30)

“15. sungguh, aku bersumpah dengan bintang-bintang, 16. yang beredar dan terbenam, 17. demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, 18. dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing, 19. Sesungguhnya Al Qur’aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), 20. yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan Tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy, 21. yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya. 22. dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila. 23. dan Sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang. 24. dan Dia (Muhammad) bukanlah orang yang bakhil untuk menerangkan yang ghaib. 25. dan Al Qur’aan itu bukanlah Perkataan syaitan yang terkutuk, 26. Maka ke manakah kamu akan pergi? 27. Al Qur’aan itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam, 28. (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. 29. dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (at-Takwiir: 15-29)

Muslim di dalam kitab shahihnya dan an-Nasa-i meriwayatkan dalam penafsirannya mengenai ayat ini, dari ‘Amr bin Harits dia berkata: Aku pernah mengerjakan shalat shubuh di belakang Nabi saw. lalu aku mendengar beliau membaca: falaa uqsimu bilkhun-nas. Aljawaaril kunnas. Wallaili idzaa ‘as ‘as. wash shubhi idzaa tanaffas (“Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang yang beredar dan terbenam. Demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, dan demi shubuh apabila fajarnya mulai menyingsing.”) Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari ‘Ali: falaa uqsimu bilkhunnas. Aljawaaril kunnas (“Sungguh Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan terbenam.”) dia mengatakan: “Yaitu bintang-bintang yang terbenam pada siang hari dan muncul pada malam hari.” Dan Ibnu Jarir tawaqquf (tidak memberikan pendapatnya) pada maksud firman-Nya: bil khunnas. Aljawaaril kunnas (“Dengan bintang-bintang yang beredar dan terbenam.”) apakah ia bintang-bintang atau kijang dan sapi liar. Dia mengatakan: “Ada kemungkinan semua itu yang dimaksudkan.”

0 Comments:

Post a Comment

<< Home