Karena Muslimah Begitu Terhormat (6)
Karena Muslimah Begitu Terhormat
Beberapa catatan bagi setiap wanita muslim yang sedang mencari jati dirinya
Beberapa catatan bagi setiap wanita muslim yang sedang mencari jati dirinya
Catatan Keenam :
Beginilah cara seorang Muslimah dalam menggapai kemuliaannya yang hakiki
Beginilah cara seorang Muslimah dalam menggapai kemuliaannya yang hakiki
Saudaraku sekalian yang dirahmati oleh Alloh
Seorang Muslimah yang mendambakan Kehormatan serta Kemuliaan hidup di dunia dan akhirat harus memiliki sebuah pedoman yang akan mengantarkannya untuk mencapai tujuannya tersebut. Dan seluruh pedoman hidup seorang hamba telah diatur dalam syariat Islam. Dan diantara sekian banyak sarana yang dapat ditempuh untuk meraih kehormatan serta kemuliaan Muslimah adalah :
Seorang Muslimah yang mendambakan Kehormatan serta Kemuliaan hidup di dunia dan akhirat harus memiliki sebuah pedoman yang akan mengantarkannya untuk mencapai tujuannya tersebut. Dan seluruh pedoman hidup seorang hamba telah diatur dalam syariat Islam. Dan diantara sekian banyak sarana yang dapat ditempuh untuk meraih kehormatan serta kemuliaan Muslimah adalah :
Pertama
: Seorang Muslimah dituntut untuk menjadi Isteri yang Shalihah,
sehingga ia dapat menjadi perhiasan dunia yang paling baik, bukan justru
menjadi fitnah atau musuh bagi suaminya.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash , Rasulullah bersabda :
(( الدُّنْيَا مَتَاعٌ, وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ ))
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)
Allah juga telah mensifati para wanita shalihah didalam firmanNya :
{…فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ…}
“… maka wanita shalihah, ialah yang taat
kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh
karena itu Allah telah memelihara mereka.” (QS. An-Nisa’ : 34)
Kedua : Seorang Muslimah harus senantiasa menghiasi dirinya dengan sifat Malu.
Tanpa sifat Malu, seseorang akan berbuat
semaunya sendiri seperti layaknya hewan ternak. Dengan adanya sifat
malu pada diri seorang muslimah, maka pada hakikatnya akan membentengi
seorang muslimah dari hal-hal yang buruk, keji serta munkar. Rosululloh
pernah bersabda :
(( إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الْأُولَى إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ ))
“Sesungguhnya yang diperoleh manusia
dari ucapan kenabian yang pertama adalah jika kamu tidak mempunyai rasa
malu, maka berbuatlah sesukamu.” (HR. Bukhori, No. 3224, 3225, 5655,
6465)
Hadits ini sejalan firman Alloh yang
menyebutkan kisah Nabi Musa ketika membantu dua orang wanita di sebuah
telaga di dalam firmanNya :
{ فجَاءتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاء قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا
فَلَمَّا جَاءهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ }
“Kemudian datanglah kepada Musa salah
seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malunya, ia berkata:
“Sesungguhnya ayahku memanggilmu untuk memberi balasan terhadap
(kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami”. Maka tatkala Musa mendatangi
ayahnya (Syuaib ) dan menceritakan kepadanya cerita mengenai dirinya,
Syuaib berkata: “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari
orang-orang yang lalim itu”. (QS. Al-Qoshosh: 25)
Sebuah pelajaran berharga yang dapat
kita petik dari kisah nabi Musa mengenai sifat Malu yang seharusnya
senantiasa ada dan dijaga pada diri seseorang, terutama pada diri
seorang wanita. Tentunya sangat berbeda jauh antara kisah ini dengan
realitas yang kita hadapi di zaman ini, dimana seolah-olah sifat Malu
telah ditanggalkan begitu saja. Oleh karena itu, jangan pernah heran
jika kita mendapatkan kemaksiatan ada dimana-mana, di depan kita, secara
terang-terangan dan begitu sangat vulgar-nya.
Wahai saudaraku sekalian, telah kita
ketahui bersama bahwa sifat Malu adalah bagian dari Iman, sebagaimana
telah datang didalam sabda Rosululloh :
((لْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ ))
“Iman itu ada tujuh puluh tiga sampai tujuh puluh sembilan cabang, dan malu termasuk dari iman.” (HR. Muslim, No. 50)
Artinya, ketika rasa malu seseorang
telah ditanggalkan, yang dengannya dia melakukan berbagai keburukan dan
kemunkaran secara terang-terangan tanpa ada perasaan bersalah
sedikitpun, maka disini sesungguhnya kita perlu untuk mempertanyakan
keimanan yang ada didalam jiwanya. Bagaimana mungkin seorang muslimah
akan mengatakan bahwa dirinya telah berIman dengan Iman yang
sebenar-benarnya jika rasa malu telah dicampakkan dari dalam dirinya ??.
Dan bagaimana juga seorang muslimah akan dapat menggapai kemuliaan
serta keehormatannya jika rasa malu telah dicampakkan dari dalam dirinya
??
Sebagai bahan renungan bagi kita
bersama, kami sebutkan perkataan Imam Ibnul Qoyyim di dalam kitabnya
(الْجَوَابُ الْكَافِي لِمَنْ سَأَلَ عَنْ الدَّوَاءِ الشَّاِفي) :
وَمِنْ
عُقُوبَاتِهَا : ذَهَابُ الْحَيَاءِ الَّذِي هُوَ مَادَّةُ حَيَاةِ
الْقَلْبِ ، وَهُوَ أَصْلُ كُلِّ خَيْرٍ ، وَذَهَابُهُ ذَهَابُ الْخَيْرِ
أَجْمَعِهِ .
وَفِي الصَّحِيحِ عَنْهُ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَنَّهُ قَالَ : الْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ .
“Dan termasuk balasan dari sebuah
kemaksiatan adalah hilangnya rasa malu yang merupakan komponen yang
menghidupkan hati, dan pokok dari seluruh kebaikan. Yang jika rasa malu
telah hilang, maka hilang pulalah seluruh kebaikan. Telah datang dalam
hadits shohih dari sabda Rosululloh : Sifat malu semuanya adalah baik”.
(الْجَوَابُ الْكَافِي لِمَنْ سَأَلَ عَنْ الدَّوَاءِ الشَّاِفي:1/45,
2/78)
Ketiga :
Seorang Muslimah harus membekali dirinya dengan ilmu, sehingga dia dapat
menunaikan kewajiban-kewajibannya yang telah dituntunankan dalam
syariat dengan baik.
Sebagai seorang ibu, ia mempunyai
tanggung jawab mendidik anak-anaknya agar menjadi anak-anak yang shalih
dan shalihah. Hasil didikan seorang ibu terhadap anak-anaknya merupakan
salah satu perkara yang akan ditanyakan oleh Allah kelak di hari kiamat.
Karena itulah Muslimah harus menuntut ilmu syar’i sebagai bekal
mendidik anak-anak sehingga fitrah mereka tetap terjaga dan menjadi
penyejuk hati karena keshalihan mereka.
Bukan hanya iu, seluruh kewajiban ini
harus dapat ditunaikan dengan dasar ilmu. Karena jika tidak, akan
terjadi berbagai kesalahan dan kerusakan. Maka tidak heran, bila para
Muslimah yang bodoh terhadap agamanya akan dapat melakukan dengan
mudahnya berbagai praktek kesyirikan, kebid’ahan, kemaksiatan, serta
berbagai keemungkarn lainnya.
Akibat kebodohannya pula, banyak
Muslimah yang durhaka pada suami atau orang tuanya yang telah merawat
serta membesarkannya. Atau terjadi berbagai kesalahan dalam mendidik
anak sehingga muncullah generasi yang berakhlak buruk. Karena
kebodohannya pula, banyak Muslimah yang tidak mengetahui bagaimana ia
harus menjaga kehormatannya serta kemuliannya, sehingga ia menjadi
fitnah dan terjerumus dalam perzinahan dan berbagai kemaksiatan. Kita
berlindung kepada Allah dari yang demikian itu. Usamah bin Zaid
berkata, Rasulullah telah bersabda :
((قُمْتُ عَلَى بَابِ
الْجَنَّةِ, فَكَانَ عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا الْمَسَاكِينَ, وَأَصْحَابُ
الْجَدِّ مَحْبُوسُونَ, غَيْرَ أَنَّ أَصْحَابَ النَّارِ قَدْ أُمِرَ
بِهِمْ إِلَى النَّارِ, وَقُمْتُ عَلَى بَابِ النَّارِ فَإِذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا النِّسَاءُ ))
“Aku berdiri di muka pintu Surga, maka
aku dapatkan mayoritas penghuninya adalah orang-orang miskin. Sedang
orang-orang kaya masih tertahan oleh perhitungan kekayaannya. Dan ahli
neraka telah diperintahkan masuk neraka. Dan ketika aku berdiri di dekat
pintu neraka, maka aku dapatkan mayoritas penghuninya adalah para
wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hanya dengan menuntut ilmu-lah, seorang
Muslimah akan mengetahui jalan yang selamat. Hanya dengan menuntut
ilmu-lah, seorang Muslimah akan dapat menggapai kemuliaannya serta
kehormatannya. Kaum Muslimah masa kini akan menjadi baik bila mereka mau
mencontoh para Muslimah generasi terdahulu (generasi salafuna shalihah), mereka sangat memperhatikan dan bersemangat dalam menuntut ilmu. Dalam sebuah hadits dari Abi Sa’id Al Khudri :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ
الْخُدْرِيِّ قَالَتْ النِّسَاءُ لِلنَّبِيِّ : غَلَبَنَا عَلَيْكَ
الرِّجَالُ فَاجْعَلْ لَنَا يَوْمًا مِنْ نَفْسِكَ فَوَعَدَهُنَّ يَوْمًا
لَقِيَهُنَّ فِيهِ فَوَعَظَهُنَّ …
Seorang wanita mendatangi Rasulullah
dan berkata : ‘Wahai Rasulullah! Kaum lelaki telah membawa haditsmu,
maka jadikanlah bagi kami satu harimu yang kami datang pada hari
tersebut agar engkau mengajarkan pada kami apa yang telah diajarkan
Allah kepadamu.’ Maka beliau bersabda: “Berkumpullah pada hari ini dan
ini di tempat ini”. Maka mereka pun berkumpul, lalu Rasulullah
mendatangi mereka dan mengajarkan apa yang telah diajarkan Allah kepada
beliau.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, bukanlah sesuatu yang
mengherankan jika kita mendapatkan dalam sejarah Islam, banyak diantara
muslimah yang menjadi ulama ahli fiqih, ahli tafsir, ahli hadits, dan
ahli dalam seluruh bidang ilmu dan bahasa. Contoh mudahnya, Ummul
Mukminin ‘Aisyah yang dididik didalam madrasah Rasulullah sehingga
beliau menjadi wanita yang berilmu dan shalihah. Sampai-sampai Imam
Az-Zuhri berkata : ”Seandainya ilmu ‘Aisyah dikumpulkan dan
dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, maka ilmu ‘Aisyah lebih
afdhal.”
Tidak hanya itu, bahkan ‘Aisyah
merupakan guru dari beberapa shahabat dan tempat rujukan mereka dalam
berbagai masalah agama. Urwah bin Az-Zubair berkata : “Aku tidak melihat
orang yang lebih mengetahui ilmu fiqih, pengobatan, dan syi’ir
ketimbang ‘Aisyah”. Para wanita dari kalangan tabi’in juga berdatangan
ke rumah ‘Aisyah untuk belajar, di antara muridnya adalah Amrah bintu
‘Abdurrahman bin Sa’ad bin Zurarah. Ibnu Hibban berkata : “Dia adalah
orang yang paling mengetahui hadits-haditsnya ‘Aisyah.”
Demikianlah -wahai saudariku Muslimah-
sebuah contoh terbaik bagi kita. Dan telah terbukti bahwa Allah akan
memuliakan serta mengangkat derajat orang-orang yang berilmu sebagaimana
firman-Nya :
{…يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ}
“Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah :
11)
Setidaknya, bagi seorang Muslimah yang
tidak mengetahui akan suatu hal dalam perkara agamanya untuk tidak malu
bertanya dan meminta fatwa atas berbagai masalah yang dihadapinya.
`Aisyah pernah berkata :
نعم نساء الأنصار, لم يمنعهن الحياء من السؤال عن دينهن
“Sebaik-baiknya wanita adalah wanita Anshor, yang mereka tidak pernah malu untuk bertanya akan masalah agama mereka”
Dan pada akhirnya, Semoga Allah
memudahkan jalan bagi kita untuk menuntut ilmu dan memberikan ilmu yang
bermanfaat. Karena pada hakikatnya tidak ada jalan lain bagi seorang
Muslimah yang ingin meraih Kehormatan serta Kemuliannya, melainkan hanya
dengan senantiasa membekali diri Ilmu yang bermanfaat.
الله العليم الحكيم أعلم بالصواب, وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله و أصحابه أجمعين
0 Comments:
Post a Comment
<< Home