Our Life

Sunday, April 29, 2012

Karena Muslimah Begitu Terhormat (6)

Karena Muslimah Begitu Terhormat
Beberapa catatan bagi setiap wanita muslim yang sedang mencari jati dirinya
Catatan Keenam :
Beginilah cara seorang Muslimah dalam menggapai kemuliaannya yang hakiki
Saudaraku sekalian yang dirahmati oleh Alloh
Seorang Muslimah yang mendambakan Kehormatan serta Kemuliaan hidup di dunia dan akhirat harus memiliki sebuah pedoman yang akan mengantarkannya untuk mencapai tujuannya tersebut. Dan seluruh pedoman hidup seorang hamba telah diatur dalam syariat Islam. Dan diantara sekian banyak sarana yang dapat ditempuh untuk meraih kehormatan serta kemuliaan Muslimah adalah :
Pertama        : Seorang Muslimah dituntut untuk menjadi Isteri yang Shalihah, sehingga ia dapat menjadi perhiasan dunia yang paling baik, bukan justru menjadi fitnah atau musuh bagi suaminya.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash , Rasulullah  bersabda :
(( الدُّنْيَا مَتَاعٌ,  وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ ))
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)
Allah  juga telah mensifati para wanita shalihah didalam firmanNya :
{…فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ…}
“… maka wanita shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah telah memelihara mereka.” (QS. An-Nisa’ : 34)
Kedua             : Seorang Muslimah harus senantiasa menghiasi dirinya dengan sifat Malu.
Tanpa sifat Malu, seseorang akan berbuat semaunya sendiri seperti layaknya hewan ternak. Dengan adanya sifat malu pada diri seorang muslimah, maka pada hakikatnya akan membentengi seorang muslimah dari hal-hal yang buruk, keji serta munkar. Rosululloh  pernah bersabda :
(( إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الْأُولَى إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ ))
“Sesungguhnya yang diperoleh manusia dari ucapan kenabian yang pertama adalah jika kamu tidak mempunyai rasa malu, maka berbuatlah sesukamu.” (HR. Bukhori, No. 3224, 3225, 5655, 6465)
Hadits ini sejalan firman Alloh  yang menyebutkan kisah Nabi Musa  ketika membantu dua orang wanita di sebuah telaga di dalam firmanNya :
{ فجَاءتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاء قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا
فَلَمَّا جَاءهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ }
“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malunya, ia berkata: “Sesungguhnya ayahku memanggilmu untuk memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami”. Maka tatkala Musa mendatangi ayahnya (Syuaib ) dan menceritakan kepadanya cerita mengenai dirinya, Syuaib berkata: “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang lalim itu”. (QS. Al-Qoshosh: 25)
Sebuah pelajaran berharga yang dapat kita petik dari kisah nabi Musa  mengenai sifat Malu yang seharusnya senantiasa ada dan dijaga pada diri seseorang, terutama pada diri seorang wanita. Tentunya sangat berbeda jauh antara kisah ini dengan realitas yang kita hadapi di zaman ini, dimana seolah-olah sifat Malu telah ditanggalkan begitu saja. Oleh karena itu, jangan pernah heran jika kita mendapatkan kemaksiatan ada dimana-mana, di depan kita, secara terang-terangan dan begitu sangat vulgar-nya.
Wahai saudaraku sekalian, telah kita ketahui bersama bahwa sifat Malu adalah bagian dari Iman, sebagaimana telah datang didalam sabda Rosululloh :
((لْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ ))
“Iman itu ada tujuh puluh tiga sampai tujuh puluh sembilan cabang, dan malu termasuk dari iman.” (HR. Muslim, No. 50)
Artinya, ketika rasa malu seseorang telah ditanggalkan, yang dengannya dia melakukan berbagai keburukan dan kemunkaran secara terang-terangan tanpa ada perasaan bersalah sedikitpun, maka disini sesungguhnya kita perlu untuk mempertanyakan keimanan  yang ada didalam jiwanya. Bagaimana mungkin seorang muslimah akan mengatakan bahwa dirinya telah berIman dengan Iman yang sebenar-benarnya jika rasa malu telah dicampakkan dari dalam dirinya ??. Dan bagaimana juga seorang muslimah akan dapat menggapai kemuliaan serta keehormatannya jika rasa malu telah dicampakkan dari dalam dirinya ??
Sebagai bahan renungan bagi kita bersama, kami sebutkan perkataan Imam Ibnul Qoyyim  di dalam kitabnya (الْجَوَابُ الْكَافِي لِمَنْ سَأَلَ عَنْ الدَّوَاءِ الشَّاِفي) :
وَمِنْ عُقُوبَاتِهَا : ذَهَابُ الْحَيَاءِ الَّذِي هُوَ مَادَّةُ حَيَاةِ الْقَلْبِ ، وَهُوَ أَصْلُ كُلِّ خَيْرٍ ، وَذَهَابُهُ ذَهَابُ الْخَيْرِ أَجْمَعِهِ .
وَفِي الصَّحِيحِ عَنْهُ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَنَّهُ قَالَ : الْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ .
“Dan termasuk balasan dari sebuah kemaksiatan adalah hilangnya rasa malu yang merupakan komponen yang menghidupkan hati, dan pokok dari seluruh kebaikan. Yang jika rasa malu telah hilang, maka hilang pulalah seluruh kebaikan. Telah datang dalam hadits shohih dari sabda Rosululloh : Sifat malu semuanya adalah baik”. (الْجَوَابُ الْكَافِي لِمَنْ سَأَلَ عَنْ الدَّوَاءِ الشَّاِفي:1/45, 2/78)
Ketiga             : Seorang Muslimah harus membekali dirinya dengan ilmu, sehingga dia dapat menunaikan kewajiban-kewajibannya yang telah dituntunankan dalam syariat dengan baik.
Sebagai seorang ibu, ia mempunyai tanggung jawab mendidik anak-anaknya agar menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah. Hasil didikan seorang ibu terhadap anak-anaknya merupakan salah satu perkara yang akan ditanyakan oleh Allah kelak di hari kiamat. Karena itulah Muslimah harus menuntut ilmu syar’i sebagai bekal mendidik anak-anak sehingga fitrah mereka tetap terjaga dan menjadi penyejuk hati karena keshalihan mereka.
Bukan hanya iu, seluruh kewajiban ini harus dapat ditunaikan dengan dasar ilmu. Karena jika tidak, akan terjadi berbagai kesalahan dan kerusakan. Maka tidak heran, bila para Muslimah yang bodoh terhadap agamanya akan dapat melakukan dengan mudahnya berbagai praktek kesyirikan, kebid’ahan, kemaksiatan, serta berbagai keemungkarn lainnya.
Akibat kebodohannya pula, banyak Muslimah yang durhaka pada suami atau orang tuanya yang telah merawat serta membesarkannya. Atau terjadi berbagai kesalahan dalam mendidik anak sehingga muncullah generasi yang berakhlak buruk. Karena kebodohannya pula, banyak Muslimah yang tidak mengetahui bagaimana ia harus menjaga kehormatannya serta kemuliannya, sehingga ia menjadi fitnah dan terjerumus dalam perzinahan dan berbagai kemaksiatan. Kita berlindung kepada Allah  dari yang demikian itu.  Usamah bin Zaid  berkata, Rasulullah  telah bersabda :
((قُمْتُ عَلَى بَابِ الْجَنَّةِ,  فَكَانَ عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا الْمَسَاكِينَ,  وَأَصْحَابُ الْجَدِّ مَحْبُوسُونَ,  غَيْرَ أَنَّ أَصْحَابَ النَّارِ قَدْ أُمِرَ بِهِمْ إِلَى  النَّارِ, وَقُمْتُ عَلَى بَابِ النَّارِ فَإِذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا النِّسَاءُ ))
“Aku berdiri di muka pintu Surga, maka aku dapatkan mayoritas penghuninya adalah orang-orang miskin. Sedang orang-orang kaya masih tertahan oleh perhitungan kekayaannya. Dan ahli neraka telah diperintahkan masuk neraka. Dan ketika aku berdiri di dekat pintu neraka, maka aku dapatkan mayoritas penghuninya adalah para wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hanya dengan menuntut ilmu-lah, seorang Muslimah akan mengetahui jalan yang selamat. Hanya dengan menuntut ilmu-lah, seorang Muslimah akan dapat menggapai kemuliaannya serta kehormatannya. Kaum Muslimah masa kini akan menjadi baik bila mereka mau mencontoh para Muslimah generasi terdahulu (generasi salafuna shalihah), mereka sangat memperhatikan dan bersemangat dalam menuntut ilmu. Dalam sebuah hadits dari Abi Sa’id Al Khudri :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَتْ النِّسَاءُ لِلنَّبِيِّ : غَلَبَنَا عَلَيْكَ الرِّجَالُ فَاجْعَلْ لَنَا يَوْمًا مِنْ نَفْسِكَ فَوَعَدَهُنَّ يَوْمًا لَقِيَهُنَّ فِيهِ فَوَعَظَهُنَّ …
Seorang wanita mendatangi Rasulullah  dan berkata : ‘Wahai Rasulullah!  Kaum lelaki telah membawa haditsmu, maka jadikanlah bagi kami satu harimu yang kami datang pada hari tersebut agar engkau mengajarkan pada kami apa yang telah diajarkan Allah kepadamu.’ Maka beliau bersabda: “Berkumpullah pada hari ini dan ini di tempat ini”. Maka mereka pun berkumpul, lalu Rasulullah  mendatangi mereka dan mengajarkan apa yang telah diajarkan Allah kepada beliau.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, bukanlah sesuatu yang mengherankan jika kita mendapatkan dalam sejarah Islam, banyak diantara muslimah yang menjadi ulama ahli fiqih, ahli tafsir, ahli hadits, dan ahli dalam seluruh bidang ilmu dan bahasa. Contoh mudahnya, Ummul Mukminin ‘Aisyah  yang dididik didalam madrasah Rasulullah  sehingga beliau menjadi wanita yang berilmu dan shalihah. Sampai-sampai Imam Az-Zuhri  berkata : ”Seandainya ilmu ‘Aisyah dikumpulkan dan dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, maka ilmu ‘Aisyah lebih afdhal.”
Tidak hanya itu, bahkan ‘Aisyah merupakan guru dari beberapa shahabat dan tempat rujukan mereka dalam berbagai masalah agama. Urwah bin Az-Zubair berkata : “Aku tidak melihat orang yang lebih mengetahui ilmu fiqih, pengobatan, dan syi’ir ketimbang ‘Aisyah”. Para wanita dari kalangan tabi’in juga berdatangan ke rumah ‘Aisyah untuk belajar, di antara muridnya adalah Amrah bintu ‘Abdurrahman bin Sa’ad bin Zurarah. Ibnu Hibban berkata : “Dia adalah orang yang paling mengetahui hadits-haditsnya ‘Aisyah.”
Demikianlah -wahai saudariku Muslimah- sebuah contoh terbaik bagi kita. Dan telah terbukti bahwa Allah  akan memuliakan serta mengangkat derajat orang-orang yang berilmu sebagaimana firman-Nya :
{…يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ}
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah : 11)
Setidaknya, bagi seorang Muslimah yang tidak mengetahui akan suatu hal dalam perkara agamanya untuk tidak malu bertanya dan meminta fatwa atas berbagai masalah yang dihadapinya. `Aisyah  pernah berkata :
نعم نساء الأنصار, لم يمنعهن الحياء من السؤال عن دينهن
“Sebaik-baiknya wanita adalah wanita Anshor, yang mereka tidak pernah malu untuk bertanya akan masalah agama mereka”
Dan pada akhirnya, Semoga Allah memudahkan jalan bagi kita untuk menuntut ilmu dan memberikan ilmu yang bermanfaat. Karena pada hakikatnya tidak ada jalan lain bagi seorang Muslimah yang ingin meraih Kehormatan serta Kemuliannya, melainkan hanya dengan senantiasa membekali diri Ilmu yang bermanfaat.
الله العليم الحكيم أعلم بالصواب, وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله و أصحابه أجمعين

0 Comments:

Post a Comment

<< Home