Our Life

Sunday, July 17, 2011

ALHAMDULILLAH

Perbincanganku dengan Alia di snack bar bowling alley kemaren, sampai pada point yang paling penting.
Bersyukur kepada Allah...
"Apa pun cobaan, ujian bahkan musibah dari Allah tetap saja tidak sebanding dengan nikmat yang telah Ia berikan kepada kita," kataku.
"Betul sekali! Bahkan kita tak mampu menghitung semua nikmat itu."
"Makanya kita harus selalu bersyukur. Al Qur'an mengatakan "...jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi kalau kalian kufur, ingatlah sesungguhnya azab-Ku amatlah pedih."
"Itu petikan ayat 7 dari surah Ibrahim," kata Alia.

"Ketika kami masih tinggal di Riyadh kami pernah mendengar kuliah dari seorang sheik tentang syukur kepada Allah. Sifat manusia, walaupun ia sudah memiliki apa yang ia inginkan tapi selalu ingin yang lain, meminta lebih, meminta yang belum ia miliki...hingga lupa untuk mensyukuri segala yang ada, yang telah dimilikinya. Biasanya ketika apa yang ia miliki itu telah hilang atau diambil kembali oleh yang punya, Allah Ta'ala...barulah ia sadar dan menyesal krn menyia-nyiakan yg telah ada. Saya belajar dari kisah pengalaman seorang teman saya (juga muslimah palestine) ketika kami masih tinggal di Calgary, Canada. Suatu hari ia dan kedua anaknya mengantar suaminya ke airport, suaminya mau pergi. Sepulang dari airport, mobilnya mengalami kecelakaan di jalan. Bannya pecah hingga mobilnya tdk terkendali dan menabrak sebuah pohon. Ia selamat namun bagian tubuhnya dari pinggang hingga ujung kaki mengalami kelumpuhan. Anak laki-lakinya yang berusia 5 tahun selamat, hanya luka-luka ringan namun anak perempuannya yang berusia 2,5 tahun meninggal dunia. MasyaAllah teman saya itu wanita yang sabar, tentu saja ia bersedih atas kepergian buah hatinya namun ia terus memandangi wajah putranya dan lisannya tak berhenti mengucap Alhamdulillah. Karena kondisinya yang cacat, akhirnya ia dan putranya kembali ke rumah orangtuanya di Jordan (kedua orangtuanya warganegara Jordan). Sementara suaminya tetap tinggal dan bekerja di Calgary. Akhirnya suaminya menikah lagi. Namun ia tetap berusaha sabar dan amat mensyukuri nikmat Allah karena masih bisa hidup bersama putranya dan masih memiliki kedua orangtua. Subhanallah...setelah mengunjungi teman saya itu dan berbincang-bincang dengannya, saya menyadari khilaf saya yang kurang bersyukur...setiap pagi ketika perasaan malas membuat saya enggan beranjak dari tempat tidur untuk menyiapkan sarapan buat keluarga...saya ingat teman saya yang kini duduk di kursi roda namun tetap berusaha mengurus putranya semampunya...saya paksa diri saya untuk beranjak dan bersyukur atas kesehatan yang Allah berikan...Ketika saya kesal dengan kelakuan anak perempuan saya , saya pun segera sadar dan bersyukur Alhamdulilah...saya masih bisa memeluknya...Jika saya lelah megurus rumah tangga dan ingin bersenang-senang di luar rumah, saya kini sadar dan bersyukur...ada suami, saya bahagia bersamanya, bersama-sama kami berbagi suka dan duka serta membesarkan anak-anak.....Alhamdulillah...."

Aku terkesima dengan cerita Alia hingga tak mampu berkomentar apa-apa kecuali ungkapan mohon ampunan "Astaghfirullah Al-Adzhim..." di dalam hati. Kupandangi wajah-wajah anak-anak di meja yang lain. Wajah-wajah ceria anak-anakku dan anak-anak Alia yang sedang menikmati french fries dan sandwich mereka sambil mengobrol. Alhamdulillah...Alhamdulillah...Alhamdulillah...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home