kok mirip kisah pribadiku ya? Perempuan bodoh dan tidak cantik yang bisa menikah dengan laki-laki pintar yang nyaris sempurna...
tapi aku gak suka ending ceritanya...
tidak ada kata terlambat untuk berusaha memperbaiki diri...
sebaik-baik ibu di seluruh dunia ini, tetap saja tak ada ibu yang sempurna...
karena manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan lemah (dhaif) dan sebagian mereka menjadi cobaan bagi sebagian yang lain...
apakah yang dicoba itu kufur atau bersyukur...
Allah akan menambah nikmat bagi yang bersyukur dan bagi yang kufur...azab-Nya amatlah pedih.
Nobody perfects!
tapi aku gak suka ending ceritanya...
tidak ada kata terlambat untuk berusaha memperbaiki diri...
sebaik-baik ibu di seluruh dunia ini, tetap saja tak ada ibu yang sempurna...
karena manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan lemah (dhaif) dan sebagian mereka menjadi cobaan bagi sebagian yang lain...
apakah yang dicoba itu kufur atau bersyukur...
Allah akan menambah nikmat bagi yang bersyukur dan bagi yang kufur...azab-Nya amatlah pedih.
Nobody perfects!
Ibu yang Sempurna
Apr29 by mas stein
Aku ndak akan pernah bisa jadi ibu yang
baik, itu yang selalu dibilang sama Mas Darmo, suamiku. Tiap kali aku
bertanya kemana dia pergi sampe harus pulang pagi, dia akan bilang
panjang lebar tentang beratnya beban yang harus dia pikul, tentang
lembur yang harus dijalani dan kurang bersyukurnya aku sebagai istri.
Dia akan ngomel panjang lebar tentang
anak-anak kami yang makin bengal, ndak hormat dan patuh, yang berisik
waktu dia tidur di akhir pekan, yang nilai sekolahnya ndak juga membaik,
dan yang lain-lain, dan yang lain lagi. Dia selalu bilang bahwa
tanggung jawabnya adalah mencari nafkah di luar, dan mendidik anak-anak
adalah tanggung jawabku.
Kebutuhan rumah tangga kami tercukupi,
berarti tanggung jawabnya sudah dilakukan dengan baik. Anak-anak kami
kurang terdidik, berarti aku memang ndak bisa mengemban tanggung jawab.
Suamiku selalu benar, ndak mungkin dia
salah. Tetangga-tetangga kami bilang kalo suamiku selalu jadi yang
terbaik dari kecil, di sekolah selalu ranking pertama, biaya pendidikan
selalu didapat dari beasiswa, setelah lulus pun langsung ditawari kerja
dan karirnya ndak pernah redup.
Sedangkan aku, dari kecil orang tuaku selalu bilang kalo aku adalah anak yang sial. Sekolah
selalu jadi yang paling bodoh, malas, ndak punya prestasi apapun,
secara fisik juga ndak istimewa. Beda jauh sama Mbak Narti, mbakyuku
yang ayu dan pernah jadi siswa teladan kabupaten. Mungkin hanya
keberuntungan yang saat itu membawa perkenalanku dengan Mas Darmo, dan
sempat membuat orang tua terbelalak ndak percaya waktu anak juragan
tanah itu datang melamar ke rumah.
Suamiku selalu bilang bahwa anak kami
adalah anak-anak yang hebat, dengan bakat yang terpaksa ndak berkembang
karena ibunya yang bodoh ndak bisa mendidik dengan baik. Bukannya aku
ndak pernah mencoba, sering aku membaca-baca tips untuk menjadi orang
tua yang baik, tapi suamiku selalu bilang itu percuma, otakku yang
pas-pasan ini ndak akan pernah bisa mencerna.
Aku tidak akan bisa menjadi ibu yang
baik, tidak di dunia ini. tapi aku berjanji, aku akan menjadi ibu yang
lebih baik, ibu yang sempurna untuk anak-anak hebat ini.
Aku harap si sulung tidak sempat
mengalami kesakitan, kayu ini pasti telah mencabut nyawanya pada pukulan
pertama. Anakku yang bayi mungkin sedikit kesakitan saat nafasnya
terhenti oleh cekikan. Tapi ndak apa-apa, daripada di dunia bakat mereka
tersia-sia. Racun di gelas ini akan membuatku menyusul mereka, dan aku
berjanji, aku akan menjadi ibu yang sempurna di sana.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home